TANGERANG – Di tengah hiruk-pikuk Kota Tangerang yang terus tumbuh dan bergerak cepat, ada jejak budaya yang tetap kokoh berdiri. Ia bukan sekadar cerita masa lalu, melainkan denyut nadi kehidupan yang masih berdetak hingga hari ini, yaitu Budaya Tionghoa Benteng.
Satu komunitas, dua dunia. Komunitas Tionghoa Benteng disebut demikian karena dahulu bermukim di sekitar benteng pertahanan Belanda.
Mereka bukan hanya keturunan perantau, tapi juga anak kandung dari tanah Nusantara. Di sinilah bisa dilihat bagaimana budaya melebur menjadi identitas unik.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tangerang Boyke Urip Hermawan menceritakan, langkah pertama mengenal budaya Tionghoa Benteng bisa dimulai dari Klenteng Boen Tek Bio, salah satu klenteng tertua di Kota Tangerang yang berdiri sejak 1684 silam.
“Klenteng ini bukan hanya tempat ibadah, tapi juga pusat aktivitas sosial dan budaya masyarakat Tionghoa Benteng. Ini menjadi kekayaan budaya Kota Tangerang yang sangat melekat. Bahkan rugi jika tidak mengunjunginya saat menginjakkan kaki ke Kota Tangerang,” ungkap Boyke.
Ia pun menjelaskan, setiap tahun perayaan Cap Go Meh atau Ceng Beng di klenteng ini menjadi magnet wisata budaya. Arak-arakan, musik tradisional, serta sajian kuliner khas seperti kue keranjang dan lainnya menyatukan ribuan pengunjung dari berbagai latar belakang.
“Dalam Tionghoa Benteng juga tersaji rasa dari warisan. Yaitu, tak lengkap membahas Tionghoa Benteng tanpa mencicipi kekayaan kulinernya. Seperti seporsi Laksa Benteng, laksa khas Kota Tangerang yang kental dengan rempah dan disajikan bersama ketupat serta telur rebus,” tuturnya.
“Atau kue rangi Benteng, perpaduan legit antara kelapa, gula merah dan sentuhan rasa oriental. Bisa dipastikan, warung-warung kecil di Kawasan Pasar Lama menjadi surga tersembunyi bagi pecinta kuliner tradisional,” sambungnya.
Kini, banyak generasi muda Tionghoa Benteng yang hidup di luar kawasan tradisional, bekerja di sektor modern dan tidak lagi fasih dalam bahasa nenek moyangnya. Meski demikian, beberapa komunitas lokal dan penggerak budaya berusaha menjaga agar warisan ini tidak punah.
“Salah satunya adalah kegiatan Benteng Heritage Walk, sebuah tur budaya yang mengenalkan sejarah dan kehidupan komunitas Tionghoa Benteng secara langsung kepada publik,” katanya.
Jejak Tionghoa Benteng di Kota Tangerang bukan hanya cerira tentang satu etnis. Ini adalah bukti bagaimana budaya bisa saling berdialog, melebur, dan bertahan. Di tengah keberagaman Indonesia, kisah mereka adalah pengingat bahwa perbedaan bisa menjadi kekuatan.
Tim Redaksi