JAKARTA – Pelestarian arca dan artefak kuno lainnya penting demi menjaga warisan dan budaya Indonesia bagi generasi masa depan. Inilah yang menjadi alasan Kembalinya Arca Durga, Mahakala, Nandishvara, dan Ganesha, yang telah tiga abad disimpan di Belanda, menjadi penting. Arca dan artefak kuno ini tiba di Museum Nasional Indonesia (MNI) pada Seleasa (22/8/2023) sebagai bagian awal dari rangkaian artefak yang kembali ke Indonesia di tahun ini.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim, menyambut dengan hangat kembalinya empat arca peninggalan Kerajaan Singasari dari Belanda ke Tanah Air.
Upaya repatriasi ini telah dimulai Kemendikbudristek sejak tahun 2021 dan secara resmi disepakati kedua negara pada 10 Juli 2023 lalu. Pemerintah Indonesia dalam seremoni kesepakatan tersebut diwakili oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek) juga mengenalkan bentuk pengelolaan baru Museum dan Cagar Budaya (MCB) untuk segera mengambil langkah signifikan dalam upaya perbaikan, pelestarian, dan pemeliharaan museum dan warisan budaya nasional.
MCB merupakan lembaga di bawah naungan Kemendikbudristek yang saat ini mengemban tanggung jawab atas pengelolaan 18 museum dan galeri serta 34 situs cagar budaya nasional di Indonesia. MCB menyampaikan komitmennya untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak dan menerapkan standar terbaik dalam upaya melestarikan warisan budaya Indonesia.
Ahmad Mahendra selaku Plt Kepala Museum dan Cagar Budaya mengatakan akan segera meresmikan MCB tahun ini dengan sistem yang lebih profesional. Ia menyadari selama ini masih banyak ruang untuk perbaikan dan peningkatan pengelolaan untuk permuseuman dan cagar budaya di Indonesia.
Dikatannya dengan implementasi standar dan praktik terbaik dalam perawatan dan pemeliharaan museum dan cagar budaya, MCB Kemendikbudristek berharap dapat menghadirkan museum dan cagar budaya yang dengan tingkat pelayanan yang lebih baik.
“Selain pengelolaan berstandar, kami juga menaruh perhatian khusus pada 472 artefak hasil proses repatriasi benda sejarah dan budaya dari Belanda ke Indonesia, agar juga bisa terjaga dengan baik dan dimaksimalkan pemanfaatannya bagi Publik,” terangnya dalam keterangan yang diterima Suara.com (jaringan BantenNews.co.id).
Beberapa unit museum, terutama Museum Nasional Indonesia, menjadi titik tolak untuk rencana revitalisasi tahap awal, mencakup berbagai aspek, termasuk kuratorial, pelayanan, dan fasilitas. Revitalisasi ini dimulai pada kuartal 3 tahun ini dan akan dilakukan secara bertahap dengan melibatkan tenaga profesional serta kerja sama dengan berbagai ahli, sehingga kami dapat menghadirkan tingkat pelestarian dan pelayanan museum dan cagar budaya yang lebih unggul bagi masyarakat dan pengunjung.
“Transformasi adalah bagian integral dari perjalanan kami, dan fokus kami akan sepenuhnya tertuju pada usaha perbaikan yang lebih baik. Kami berkomitmen untuk memberikan pengelolaan yang profesional dan sesuai standar dalam pelestarian, pemeliharaan, dan pemanfaatan museum serta warisan budaya nasional. Melalui inisiatif kami, kami akan memastikan bahwa standar dan praktik terbaik diterapkan secara konsisten dalam merawat dan memelihara museum dan cagar budaya di seluruh Indonesia,” tutup Mahendra. (Red)