CILEGON – Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) Kota Cilegon menampilkan pertunjukan Seni Drama dan Tari (Sendratari) Kolosal yang bertemakan tentang sanitasi, khususnya masalah persampahan yang dikolaborasikan dengan pertunjukan kostum Cilegon Ethnic Carnival (CEC).
Pertunjukan Sendratari Kolosal yang diperagakan oleh 20 penari dengan durasi sekitar 9 menit tersebut ditampilkan pada pembukaan pelaksanaan City Sanitation Summit XXII Aliansi Kabupaten/Kota Peduli Sanitasi (AKKOPSI) di Stadion Krakatau Steel, Kota Cilegon, Senin (6/5/2024) malam.
Kepala Bidang Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disporapar Kota Cilegon, Wawan Ihwani mengatakan pertunjukkan Sendratari Kolosal itu menampilkan 5 kostum ikonik yang menggambarkan kondisi Kota Cilegon.
5 kostum tersebut antara lain kostum industri, kostum tugu landmark Cilegon, kostum mutiara, kostum bedrong lesung, dan kostum garuda dengan logo Bhinneka Tunggal Ika.
“Pertama, menggambarkan bahwa Cilegon itu kota industri. Kedua, landmark yang terbuat dari baja memang Cilegon itu kota dengan banyak pabrik baja atau metal. Ketiga, kostum mutiara menggambarkan kita punya pesisir di Cilegon yang harus dijaga biota lautnya. Kemudian kostum Bendrong Lesung sebagai budaya yang bersumber dari kearifan lokal,” katanya.
“Kostum garuda dengan logo di kakinya itu beranekaragam agama, suku, etnis, bahasa harus bersatu padu dalam rangka mensupport pembangunan yang dilaksanakan pemerintah. Pembangunan akan berhasil jika ada 4 pilar yang mendukung, pemerintahan, industri, masyarakat, dan ulama,” sambung Wawan.
Dalam pertunjukan Sendratari Kolosal tersebut, Wawan mengungkapkan para penari juga menampilkan tarian yang menggambarkan kondisi sanitasi di Kota Cilegon sejak dahulu hingga saat ini. Menurutnya, sejak masuknya industri ke Kota Cilegon hal itu turut mempengaruhi lingkungan dan kualitas air yang dikonsumsi oleh masyarakat.
“Korelasinya ada di scene pertama itu menggambarkan Kota Cilegon yang sejuk, asri, penuh pepohonan. Tiba-tiba masuk investasi sejak 1972 Baja Trikora yang itu merupakan embrio berdirinya PT KS. Industri makin banyak sehingga pepohonan banyak yang gundul, banyak yang ditebang dan menyebabkan sanitasi tidak sebaik zaman dahulu sehingga berpengaruh terhadap sumber air yang dikonsumsi oleh masyarakat, rumah tangga, tidak sejernih dan higienis sebelum industri masuk ke Cilegon,” ungkapnya.
Wawan berharap, dengan adanya penyelenggaraan City Sanitation Summit XXII yang dihadiri oleh sejumlah Walikota/Bupati dari berbagai daerah itu dapat memberikan dampak positif terhadap Kota Cilegon dan keberlangsungan sanitasi di Indonesia.
“Saya berharap dengan penyelenggaraan ini Cilegon makin membahana, terkenal, tidak hanya di pemerintahan saat ini saja. Keberhasilan pemerintahan saat ini tidak lepas dari pondasi keberhasilan yang diletakkan pemerintah sebelumnya dari mulai awal Cilegon berdiri,” tutupnya.
(Advertorial)