SERANG – Sejumlah rumah sakit utama yang berada di Gaza dikepung militer Israel. Bahkan, tank-tank Israel tersebut telah menutup akses keluar masuk rumah sakit hingga menyebabkan pasien dan bayi yang sedang dalam perawatan dibiarkan sekarat karena kekurangan bahan bakar.
Dari laporan Kementerian Kesehatan Gaza terungkap sejak akhir pekan lalu hingga kini jumlah korban tewas di Rumah Sakit Al Shifa, salah satu rumah sakit terbesar di Gaza, telah mencapai 34 orang akibat dihentikannya suplai bahan bakar.
“Korban terbaru termasuk 27 pasien dewasa dalam perawatan intensif dan tujuh bayi,” kata wakil menteri kesehatan di Jalur Gaza, Youssef Abu Rish kepada AFP.
Ahli bedah di Rumah Sakit Al Shifa Ahmed El Mokhallalati mengungkapkan, suasana blokade yang dilakukan oleh tank-tank militer Israel. Keberadaan pasukan Israel tersebut membuat semua orang yang berada di dalam rumah sakit semakin sulit bergerak.
“Tank-tank tersebut berada di depan rumah sakit. Kami berada di bawah blokade penuh. Ini adalah wilayah yang sepenuhnya sipil. Hanya fasilitas rumah sakit, pasien rumah sakit, dokter dan warga sipil lainnya yang tinggal di rumah sakit. Seseorang harus menghentikan hal ini,” katanya melalui telepon.
Tak hanya memblokade rumah sakit, sejumlah fasilitas pendukung yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit menjadi sasaran pengeboman tank-tank dan pesawat Israel.
“Mereka mengebom tangki (air), mengebom sumur air, dan juga mengebom pompa oksigen. Mereka mengebom semua yang ada di rumah sakit. Jadi kita sulit bertahan. Kami sampaikan kepada semua orang, rumah sakit bukan lagi tempat yang aman untuk merawat pasien. Kami merugikan pasien dengan menahan mereka di sini.”
Dilansir dari Alarabiya, Juru bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Gaza Qidra mengatakan, di gerbang rumah sakit ditempatkan satu tank Israel, sedangkan penembak jitu dan drone Israel menembaki rumah sakit.
“Kami terkepung dan berada dalam lingkaran kematian,” katanya.
Militer Israel sendiri memerintahkan warga sipil angkat kaki dari kawasan tersebut. Sedangkan, petugas medis mengirim pasien ke tempat lain. Pihak Israel sendiri hanya memberikan 300 liter bahan bakar solar dan mendesak pihak rumah sakit agar segera mengevakuasi bayi dari bangsal.
Adapun bahan bakar tersebut untuk menyalakan generator darurat di pintu masuk rumah sakit, namun tawaran tersebut diblokir oleh Hamas.
Untuk diketahui, Qidra mengungkapkan 300 liter bahan bakar hanya akan memberi daya rumah sakit setengah jam. Padahal untuk operasional, RS Shifa membutuhkan 8.000-10.000 liter bahan bakar per hari yang disalurkan oleh Palang Merah atau badan internasional.
Selain RS Al Shifa, RS Al-Quds, rumah sakit terbesar kedua di Gaza Utara juga berhenti berfungsi.
Seperti halnya RS Al Shifa, Bulan Sabit Merah Palestina menyebut area rumah sakit dikepung dan menyebabkan konvoi kendaraan palang merah yang dikirim untuk evakuasi pasien dan staf tidak bisa mencapai lokasi tersebut.
(Red/suara.com)