ISRAEL- Jumlah korban sipil yang berjatuhan akibat agresi militer Israel ke Palestina semakin bertambah. Bahkan bayi-bayi prematur tak berdaya ikut menjadi korban akibat diputusnya aliran listrik di Jalur Gaza.
Dikutip dari Reuters, tiga bayi prematur di Rumah Sakit Al Shifa sudah dinyatakan meninggal dunia karena inkubator terpaksa dimatikan akibat tidak adanya aliran listrik.
“Dan banyak lagi (bayi prematur) dalam bahaya,” sambungnya, dikutip pada Senin (13/11/2023). “Kini bayi-bayi prematur itu dikeluarkan dari inkubator mulai Minggu (12/11/2023) dan menurut dokter mereka ditempatkan di ranjang dengan AC yang sudah diatur kehangatannya.”
Putusnya aliran listrik ini tak hanya berdampak kepada RS Al Shifa, tetapi juga RS Al Quds dan RS Indonesia di Gaza. Padahal banyak pasien yang memerlukan sokongan alat-alat medis yang harus tersambung dengan listrik.
Bahkan, RS Indonesia di Gaza sampai harus menggunakan minyak goreng untuk menyalakan generator serta memutus aliran listrik di sebagian besar wilayah.
Tentu banyaknya bayi prematur yang meninggal dunia ini membuat Israel semakin dibanjiri kecaman. Namun, Israel juga seolah berusaha membela diri dan mengaku sudah menawarkan opsi mengevakuasi pasien bayi dari rumah sakit Gaza.
“Kami akan memindahkan bayi-bayi di Departemen Anak menuju rumah sakit yang lebih aman,” ungkap Juru Bicara Militer Israel (IDF), Daniel Hagari, pada Sabtu (11/11/2023) waktu setempat.
Namun faktanya, menurut otoritas Palestina, pengumuman ini tak diikuti dengan mekanisme pemindahan yang jelas. Padahal pemindahan bayi-bayi yang memerlukan perawatan khusus itu pun harus dilakukan dengan tata cara yang benar demi memastikan keselamatan mereka.
Pemutusan aliran listrik memang menyebabkan lebih banyak korban berjatuhan. Dikutip dari Reuters, bayi korban serangan rudal Israel di RS Indonesia pun sampai harus diberikan resusitasi manual akibat tidak adanya aliran listrik untuk mengoperasikan alat medis terkait.
Rumah sakit juga masih dijadikan tempat tujuan para warga Gaza mengungsi, sementara sebagian besar lain memilih untuk mengungsi jauh ke daerah Selatan.
(Red/suara.com)