JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia membukukan transaksi ekspor pertanian hingga US$4,24 miliar. Nilai tersebut meningkat 2,86 persen dibanding tahun sebelumnya yang membukukan transaksi senilai US$4,12 miliar.
“Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah,” ungkap Kepala BPS Margo Yuwono pada konferensi pers BPS yang dilakukan secara daring, Senin, 17 Januari 2021.
Secara keseluruhan BPS mencatat ekspor Indonesia selama tahun 2021 mencapai US$231,54 miliar, meningkat 41,88 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor non migas menyumbang 94,7 persen dari total ekspor tahun 2021 yang mencapai US$231,54 miliar. Sektor pertanian disebut berkontribusi sebesar 1,83 persen.
Share ekspor nonmigas terbesar pada tahun 2021 disumbang oleh dua komoditas, yaitu bahan bakar mineral serta lemak dan minyak hewan/nabati.
“Nilai ekspor bahan bakar mineral mencapai US$32,84 miliar. Sementara lemak dan minyak hewan/nabati memiliki nilai ekspor sebanyak US$32,83 miliar,” sebut Margo.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri menyebutkan catatan kinerja ekspor pertanian selama tahun 2021 melanjutkan tren positif yang telah ditorehkan oleh sektor ini, terutama sejak masa pandemi.
“Selama pandemi, sektor pertanian berhasil menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Peningkatan ekspor pertanian pada tahun 2021 menandakan pertanian masih tetap konsisten menjalankan peran tersebut,” ungkap Kuntoro.
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kinerja ekspor, Kementan saat ini menjalankan program Gerakan Tiga Kali Ekspor atau Gratieks. Digagas oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Gratieks bertujuan mendorong lalu lintas ekspor pertanian menjadi tiga hingga empat kali lipat.
“Program ini melibatkan penggunaan teknologi, digitalisasi, riset, jejaring maupun kerja sama antara semua pihak baik hulu hingga hilir,” pungkas Kuntoro. (Red/TAN)