SERANG – Yayasan Pendidikan Informatika (YPI) kembali mengenang sosok inspiratif Almarhum Almaghfurlah H. Mochammad Rachmatoellah Siddik dalam Haul ke-20 yang digelar penuh khidmat di Rachmatoellah Convention Hall, Universitas Serang Raya (Unsera), Sabtu (26/4/2025). Kegiatan ini juga dirangkaikan dengan halal bihalal keluarga besar YPI.
Mengusung tema “Menajamkan Nurani Membangun Negeri melalui Pendidikan yang Bermartabat”, acara ini tidak hanya menjadi momen penghormatan, tetapi juga pengingat akan pentingnya peran pendidikan dalam membangun bangsa.
Sehari sebelumnya, berbagai kegiatan seperti ziarah kubur dan khotmil Quran turut digelar sebagai rangkaian acara.
Ketua Panitia sekaligus Wakil Rektor Bidang Non Akademik dan Kreatif Unsera, Kamil Husain menyampaikan, tema haul kali ini lahir dari pemikiran Almarhum yang senantiasa menekankan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai senjata perjuangan.
“Yang paling saya ingat dari beliau adalah pesan bahwa dulu kita berjuang dengan senjata, kini kita berjuang dengan pena,” ujar Kamil.
“Beliau adalah pelita yang menerangi jalan ilmu, dan kami bertugas untuk menjaga agar api itu tetap menyala,” sambungnya
Ketua YPI, Mulya R. Rachmatoellah, juga menegaskan, tema ini bukan sekadar slogan, melainkan warisan nilai dari sang ayah yang melihat kebodohan sebagai bentuk penjajahan paling berbahaya.
Dalam pidatonya, Mulya mengurai empat prinsip utama untuk menajamkan nurani dan membangun negeri melalui pendidikan bermartabat yaitu visi, loyalitas, independensi, dan kontribusi.
Pertama, Ia mengenang bagaimana ayahandanya selalu menekankan pentingnya memiliki pandangan jauh ke depan. Hal itu agar Indonesia bisa berdiri sejajar dengan negara lain dan memberi pengaruh di tingkat global.
Kedua adalah loyalitas, bukan kepada lembaga semata, tapi kepada profesi dan peran yang dijalani.
“Cintailah pekerjaanmu, maka pekerjaanmu akan mencintaimu,” pesannya.
Ketiga, independensi. Ia mencontohkan kemandirian China yang bangkit dari kehancuran menjadi negara yang menguasai sebagian besar modal dunia.
Dan terakhir, kontribusi, manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat. Menurutnya, ukuran keberhasilan bukan pada gelar atau kekayaan, melainkan seberapa besar kita memberi dampak positif bagi sesama.
Haul ke-20 ini menjadi refleksi mendalam bahwa warisan nilai seorang pendidik sejati tak lekang oleh waktu—terus hidup dan menyala dalam semangat generasi penerusnya.
Penulis : Ade Faturohman
Editor : Tb Moch. Ibnu Rushd