KAB. SERANG — Harga kelapa parut di wilayah Kabupaten Serang mengalami lonjakan signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Uci, salah satu pedagang kelapa parut di Pasar Baros, mengungkapkan harga kelapa sudah naik sejak enam bulan lalu.
“Kelapa mah udah naik dari enam bulan ke sini. Kalau dulu cuma Rp6.500 per butir, pas pindah ke sini jadi Rp10.000 per butir borongannya. Kalau sekarang Rp12.000 sampe Rp14.000 (perbutir borongan), bijian atau ecer Rp15.000 (perbutir) sekarang mah,” ujarnya saat diwawancarai BantenNews.co.id, Senin (14/4/2025).
Ia juga menyebut, harga kelapa melonjak tajam menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah.
“Lebaran kemarin tembus harga Rp20.000 lebih. Seminggu abis lebaran aja turun jadi Rp 15.000 (per butir),” katanya.
Kelangkaan pasokan menjadi penyebab utama mahalnya harga kelapa parut saat ini. Uci juga mengaku, dirinya terpaksa memesan dari luar daerah beberapa hari sebelum diantarkan.
“Dapat kelapanya sulit, kalo nggak sulit nggak bakal mahal. Dapat ini (kelapa) dari Cibaliung, pesan tiga hari sebelumnya,” jelas Uci.
Uci mengaku, saat pasokan melimpah, dirinya bisa memesan hingga 500 butir. Namun, lantaran stok yang terbatas, jumlah pesanan pun berkurang.
“Biasa pesan 500 butir, karena langka jadi (pasokan) untuk dijual juga berkurang. Dari sana (suplayer) sudah mahal juga,” paparnya.
Ia menambahkan, kelangkaan kelapa di wilayah Baros terjadi sejak Ramadan karena banyak digunakan untuk membuat es.
“(Langka) Karena kelapanya nggak ada, pada dijadikan es dari Ramadan itu. Kalau saya mengandalkan dari sekitar sini (Baros) nggak bakal ada dan sulit nggak bisa jualan. Di sini (Baros) udah nggak ada kelapa, otomatis ngambil (pasokan) dari luar (daerah),” ungkapnya.
Tak hanya harga kelapa tua, produk turunannya pun ikut naik.
“(Ampas dan santan) Juga ikut naik, karena harga kelapa tua naik dua kali lipat,” jelas Uci.
Dikatakan Uci, peningkatan harga tersebut terjadi sejak dari tangan petaninya itu sendiri. Hal ini terjadi mengingat sulit dan langkanya kelapa saat ini.
“Dari petaninya aja udah mahal pengennya. Apalagi dengan pasar (harganya tinggi), jadi hati-hati aja jualannya,” tambahnya.
“Waktu puasa sampe labaran saya berjualan setengah hari, karena barangnya ga ada,” sambungnya.
Sementara itu, Ali, pedagang kelapa lain, mengatakan, dirinya terpaksa mendatangkan kelapa dari luar pulau akibat kelangkaan stok di wilayahnya.
“Harga semenjak puasa kemarin udah naik, saya jual (perbutir) sampe Rp25.000 (perbutir). Karena kalau pesen itu (kelapa) sampe dari Palembang. Di sini udah nggak kebagian karena sedikit barangnya,” katanya.
Di sisi lain, Enok, seorang pedagang nasi uduk di Baros, juga mengeluhkan naiknya harga kelapa yang menjadi bahan baku dagangannya.
“Buat dibikin uduk, iya harga beda. Lebaran kemarin nyampe Rp20 ribu, sekarang sudah turun jadi Rp15 ribu,” ujarnya.
Karena mahalnya harga kelapa, Enok mengurangi jumlah pembelian untuk kebutuhan usahanya.
“Beli juga jadi sedikit karena mahal, kan saya buat bahan jualan uduk nanti. Kalau mahal takut nggak kembali modal, dan nggak mungkin saya naikan harga nasi uduk karena santan dan kelapa parut yang mahal,” tegasnya.
Penulis : Rasyid
Editor: Tb Moch. Ibnu Rushd