JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data bahwa pada bulan Agustus 2021 harga gabah di tingkat petani baik gabah kering panen dan gabah kering giling secara month to month (m-t-m) meningkat. Kenaikan harga gabah di tingkat petani ini juga turut diikuti oleh kenaikan nilai tukar petani (NTP).
“Selama Agustus 2021, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani Rp4.448,00 per kg atau naik 3,19%,” ungkap Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, dalam konferensi pers secara daring, Rabu (01/09/2021) siang.
Tak hanya harga GKP, Setianto juga mengungkapkan rata-rata harga gabah kering giling (GKG) di tingkat petani juga meningkat. “Rata-rata harga GKG di tingkat petani Rp5.038,00 per kg atau naik 3,37 persen,” sebutnya.
Peningkatan harga gabah di tingkat petani turut diikuti oleh kenaikan nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar usaha pertanian (NTUP) yang kerap dijadikan indikator kesejahteraan petani nasional. Secara keseluruhan, NTP pada bulan Agustus 2021 mencapai 104,68 atau meningkat 1,16% dari bulan sebelumnya. Sementara NTUP juga mengalami kenaikan, mencapai 104,80 atau meningkat 1,00% dari bulan sebelumnya.
Kenaikan NTP dan NTUP bulan Agustus ini tak lepas dari meningkatnya indikator kesejahteraan petani subsektor tanaman pangan.
“NTP tanaman pangan mencapai 97,65 atau meningkat 1,39% dibanding bulan sebelumnya. Sementara NTUP tanaman pangan mencapai 97,79 atau meningkat 1,24% dibanding bulan sebelumnya,” sebut Setianto.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian (Kementan) Kuntoro Boga Andri mengungkapkan harga gabah di tingkat petani sangat penting untuk terus dijaga. Menurutnya, petani harus bisa menikmati keuntungan dari hasil produksi.
“Data bulan Agustus ini menunjukkan bahwa harga gabah di tingkat petani menjadi penting bagi penerimaan pendapatan petani. Karena itu, gabah di tingkat petani harus bisa diserap dengan harga yang bisa menguntungkan bagi mereka,” jelas Kuntoro.
Harga gabah di tingkat petani yang terbilang baik pada bulan ini juga masih diikuti dengan stabilnya harga dan tersedianya stok beras di pasar.
“Berdasarkan data BPS, harga beras di tingkat grosir dan eceran masih cenderung stabil, yaitu sedikit menurun dibanding bulan sebelumnya, masing-masing sebesar 0,08% dan 0,03%,” ujar Kuntoro.
Dari sisi produksi dan stok beras pun kondisi masih sangat sangat terkendali. Sampai dengan minggu ketiga Agustus 2021, stok beras nasional mencapai 7,60 juta ton, masing-masing tersebar di penggilingan 1,52 juta ton, pedagang 708 ribu ton, dan Bulog sebesar 1,16 juta ton.
Menurut Kuntoro, Kementan selalu fokus menangani produktivitas dan budidaya. Sementara itu, soal harga dan stabilitas pangan pun ditangani bersama dengan kementerian dan Lembaga lain.
“Kementan terus berupaya mendorong hilirisasi produk pertanian agar memiliki nilai tambah sehingga petani pun bisa memiliki keuntungan yang layak seraya produksi pun terus meningkat. Sesuatu yang perlu kita syukuri, produksi beras selama kurang lebih dua tahun ini aman terkendali,” pungkasnya. (Red)