SERANG – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Banten, Babar Suharso menilai naiknya harga daging sapi di pasar-pasar tradisional disebabkan kenaikan harga impor sapi dari Australia. Dimana untuk harga sapi hidup saat ini menembus angka Rp48 ribu per kilogram dari harga semula yaitu sebesar Rp42 ribu per kilogram.
Dikatakan Babar, kenaikan harga daging impor tak bisa dihindari. Hal itu juga membuat para pedagang daging keberatan jika harus menaikan harga jual di pasaran.
“Nah pedagang keberatan kalau harus ada kenaikan harga, karena posisi sudah dua tahun kan stabil (ini) harga daging segar dibawah 120. Nah kemarin Rp120 ribu per kilogram, hari ini Rp130 ribu per kilogram dan mudah-mudahan nggak naik lagi ini,” kata Babar, Jumat (22/1/2021).
Babar mengaku, pihaknya bersama dinas terkait di kabupaten/kota terus melakukan pemantauan harga daging di pasaran. “Lagi kita pantau temen-temen Disperindag kabupaten/kota (dan) satgas pangan,” katanya.
Dirinya juga mengimbau kepada para pedagang daging di pasar-pasar tradisional di Banten untuk tak melakukan aksi mogok jualan.
“Mudah-mudahan tidak harus terjadi mogok jualan, karena stoknya sih di kandang ada. Kemudian yang sapi anakan sudah datang dari Australia. Meskipun untuk mengimbangi kenaikan juga pemerintah mewacanakan untuk mengimpor (daging sapi) dari Mexico,” jelasnya.
Menurut Babar, impor daging sapi dari Ameeika Latin menjadi alternatif pemenuhan kebutuhan daging.
“Selama ini kan hanya dari Australia dan harganya mulai mahal. 80 persen kebutuhan daging di Banten dari sana (Australia), ditambah peternak sapi lokal belum bisa memenuhi kebutuhan pasar, sehingga Indonesia mencari alternatif ke Amerika Latin,” ujarnya.
“Apalagi peternak lokal juga kemarin menahan sesaaat karena melihat tiba-tiba (harga) naik, dan peternak menahan untuk tidak motong. Tapi, kemarin kan sudah ada imbauan terakhir Rp130 ribu. Dan kalau sudah ada kepastian harga insya Allah suplai sudah normal lagi,” pungkasnya. (Mir/Red)