CILEGON – Pada industri pangan, gandum menjadi bahan baku yang sangat penting dalam pembuatan berbagai produk pangan, seperti roti, mie, biskuit, pasta, tepung terigu, dan lain sebagainya.
Biji gandum masuk ke Indonesia melalui kegiatan impor yang berasal dari berbagai negara di belahan dunia.
Namun dibalik itu semua importase biji gandum juga menjadi media pembawa Organisme Penggangu Tumbuhan Karantina seperti Sitophilus granarius merupakan golongan serangga yang belum ada di Indonesia dan pernah ditemukan oleh Karantina Pertanian Cilegon pada 2016 lalu.
S. granarius dapat menyebabkan kerusakan serius biji gandum, kerusakan yang diakibatkan biji gandum berlubang dan semakin lama akan habis. Inang utama adalah gandum dan barley namun dapat juga menyerang serealia lainnya seperti jagung, sorgum dan beras.
Saat itu Karantina Pertanian Cilegon dapat menyucihamakan biji gandum dari Sitophilus granarius melalui tindakan fumigasi yang dilakukan oleh fumigator selaku pihak ketiga.
Kini S. granarius menjadi koleksi sebagai bahan pembandingan dengan Sitophilus oryzae dan Sitophilus zeamais yang sudah ada di Indonesia.
Menurut Agusman Jaya Analis Karantina Pertanian Cilegon ada beberapa perbedaan S. granarius dari S. oryzae. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari ciri morfologinya S. granarius tidak mempunyai sayap membran sehingga tidak bisa terbang.
Pada thoraks bagian dorsal terdapat lubang- lubang yang berbentuk oval, sedangkan spesies lainnya cenderung lebih bulat, ukuran tubuhnya lebih besar dari spesies Sitophilus lainnya yaitu 3-4.8 mm, dan berwarna coklat kehitaman.
“Bagi kami pejabat karantina, mengetahui perbedaan antara Sitophilus granarius dan Sitophilus lainnya yang sudah ada di Indonesia itu penting, merupakan bekal pengetahuan sebagai karantina selaku garda terdepan untuk mencegah OPTK agar tindak masuk ke Indonesia,” jelas Agusman melalui siaran tertulisnya.
(Man/Red)