SOLO – Ekonom Indef, Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan bahwa program food estate adalah implementasi dari konsep revolusi hijau dan pengembangan lumbung pangan lainya yang belum dikerjakan secara maksimal. Food estate, kata Bhima adalah program yang bisa berkembang pesat karena sudah menggunakan sentuhan teknologi mekanisasi.
“Food estate adalah implementasi dari konsepnya revolusi hijau, dimana pak Jokowi mulai belajar agar kesalahan dulu tidak terulang di hari ini. Jadi saya kira, program food estate sudah berjalan dengan baik,” ujar Bhima dalam sesi diskusi virtual bersama Solopos.com, Jumat, 9 April 2021.
Namun, ujar Bhima, pengembangan food estate sebaiknya diperluas menjadi gerakan diversifikasi yang melibatkan semua masyarakat melalui penanaman pekarangan rumah secara masif. Langkah ini penting dilakukan agar ketahanan pangan dapat terwujud secara kolektif dan kebersamaan.
“Yang paling penting adalah program ini meninggalkam jejak dan estafet yang berkelanjutan bagi masyarakat. Sebab tidak selamanya pemerintah membantu dan mendampingi petani. Jadi, diversifikasi ini harus dijawab juga oleh food estate,” katanya.
Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Tengah, Munaji, mengaku telah mendengar banyak kabar baik dari keberhasilan food estate, khususnya di Kalimantan dan Sumatera Utara. Kabar baik itu diantaranya adalah peningkatan tanaman pangan, khususnya padi yang mencapai 7 ton per hektar.
“Kemudian ada juga kabar yang menggembirakan tentang keberhasilan food estate di Humbang Hasundutan. Barangkali ini adalah jalan keluar agar bangsa ini bisa menekan impor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri,” katanya.
Sejak awal, Munaji sudah mengira bahwa program food estate bisa menjadi program percontohan yang memiliki tingkat keberhasilan diatas 80 persen. Apalagi, program tersebut dikerjakan dengan sentuhan teknologi serta dukungan benih dan bibit unggul.
“Pangan strategis yang berbasis Pajale (padi, jagung, kedelai) itu adalah komponen pangan yang sudah terkawal. Terlebih teknologi benih sampai pupuk juga sudah tersedia. Jadi sekali lagi saya kira ini adalah kabar baik karena panen padi dan horti sudah berjalan sangat bagus,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Hortikukultura Kementerian Pertanian (Kementan), Prihasto Setyanto mengatakan bahwa secara umum perkembangan food estate di Sumatera Utara terus mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini terlihat dari tingginya hasil produksi serta terbentuknya badan usaha koorporasi bersama.
“Kelompok usaha bersama atau koorporasi ini bahkan dikelola langsung oleh para petani dan memiliki mitra yang lengkap dari offtaker, sehingga nanti merekalah yang meneruskan keberlanjutan usaha ini. Pemerintah hanya akan mengawalnya sampai 2 tahun. Ke depan petaninya yang akan mengelola dari hulu sampai hilir,” katanya.
Sebagai informasi, saat ini food estate Sumatera Utara khusus pada komoditas tahap I memiliki luas area 215 hektar dengan ketinggian lahan di atas 1500 MDPL. Dulunya, lahan ini merupakan vegetasi paku pakuan, alang-qlang dan semak belukar.
“Sekarang, alhamdulillah kita sudah panen untuk komoditas bawang merah sebanyak 6 ton per hektar dan kentang 13 ton per hektar. Sementara untuk komoditas bawang putih baru akan dipanen pada akhir Mei mendatang karena prosesnya yang memang cukup lama. Yang jelas kami terus pacu pengembanganya,” tutupnya. (Red)