
Oleh: Sulaiman Djaya, Peminat Kajian Kebudayaan
Kita kerapkali bicara tentang pentingnya mindset, seakan bodyset dan soulset tidak penting atau sampiran dari mindset belaka. Padahal, tubuh dan pikiran merupakan satu kesatuan yang padu dan tidak mungkin bisa dipisahkan.
Seni, termasuk teater, adalah kepaduan pendidikan atau edukasi holistik tubuh dan kognisi. Tubuh dan pikiran (intelek) saling terkait, tubuh yang sehat akan menentukan kondisi pikiran yang sehat pula.
Karenanya, pendidikan atau edukasi seni bagi pelajar sudah tentu pula dalam rangka pembentukan karakter atau kepribadian, character building.
Secara umum, pendidikan seni di sekolah (bagi siswa atau pelajar) menjadi penting dalam rangka pengembangan ekspresi diri, kreativitas, dan melahirkan kemampuan atau kapasitas untuk berpikir kritis dan reflektif.
Pendidikan seni pun bisa membentuk pribadi siswa-siswa yang sadar budaya serta memahami warisan kearifan kultural dan falsafah bangsanya, selain menciptakan insan-insan yang memiliki kepekaan dan empati pada kehidupan keseharian.
Kita pun tak boleh lupa, pelaksanaan atau penyelenggaraan pendidikan di ragam institusi atau pusat pendidikan dilandasi untuk melahirkan manusia-manusia ideal.
Secara koneptual, diantara ciri manusia ideal adalah manusia-manusia yang memiliki keseimbangan pertumbuhan jasmani (bodyset) dan ruhani (soulset dan mindset), yang wujudnya adalah kesanggupan utuh cipta, rasa dan karsa. Manusia yang cerdas secara intelektual dan kreatif secara artistik dan kultural.
Proses dan kerja seni pun mengajarkan (dan membentuk) kita menjadi pribadi-pribadi yang jujur dan punya integritas, menolak kepalsuan atau ketidakotentikan hidup dan jati diri kita sebagai manusia.
Terlebih dalam teater, kita belajar untuk jujur kepada tubuh dan pikiran kita selama proses berteater dijalankan, hingga ketika pementasan teater berulang kali dilakukan. Tidaklah mudah menjadi pribadi yang jujur dan otentik tanpa proses pembelajaran hingga perjuangan.
Karena kesadaran itulah, Pendidikan Seni Pertunjukan Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, merasa terpanggil untuk men-tradisi-kan festival teater remaja, setelah seri pertamanya digelar di tahun kemarin.
Diangkatnya kembali tema kearifan lokal dan tradisi di bulan Agustus tahun 2025 ini tak lain karena mereka yang menginisiasi festival teater pelajar ini percaya bahwa generasi muda di suatu tempat atau wilayah dengan kekayaan khazanah kearifan dan kebudayaan sudah semestinya dimengerti, lalu kemudian digali kembali dan diwariskan melalui pembelajaran, yang salah-satunya melalui pembelajaran teater.
Diantara manfaat pendidikan atau pembelajaran teater bagi pelajar, contohnya, dapat memberikan dasar pengertian atau pemahaman mendalam tentang hidup dan kehidupan, serta melatih berpikir kritis yang peka dan responsif pada realitas keseharian kita.
Artinya pendidikan atau pembelajaran teater bisa menanamkan dan menumbuhkan kearifan sekaligus kecerdasan bagi para pelajar yang terlibat dalam proses berteater.
Secara psikologis dan personality bagi pengembangan karakter dan kepribadian, proses berteater bisa menumbuhkan dan membangun kematangan emosional dan pikiran, serta kecerdasan sosial melakukan kerjasama atau kerja-kerja tim yang sifatnya guyub dan gotong-royong.
Karena proses dan kerja teater merupakan kerja kolaboratif atau kerja bersama, yang akan menjadi penentu utama berhasil atau tidaknya kerja atau pun pementasan teater.
Sebagai contoh, siswa atau pelajar yang cenderung pemalu dan enggan tampil mengekspresikan atau pun mengaspirasikan diri sebelum berkenalan dengan proses dan kerja teater.
Akan menjadi seseorang yang punya keberanian dan tidak canggung untuk mengekspresikan atau mengaspirasikan dirinya di panggung atau di hadapan orang lain setelah terlibat dengan teater. Lahirlah rasa percaya dirinya dan keberaniannya untuk keluar dari zona nyaman yang kemudian membuatnya berkembang dan maju.
Selanjutnya, saat mereka terlibat dalam proses dan kerja hingga bermain teater, dengan sendirinya mereka akan dituntut untuk membuat pilihan-pilihan kreatif, untuk memikirkan atau mengimajinasikan ide atau gagasan baru yang segar, hingga menafsirkan tema atau materi yang ada dengan cara dan perspektif yang baru dan orisinal.
Mereka juga akan diajarkan dan dilatih untuk menjadi lebih peka dengan kesekitaran. Ketika mereka diberi tugas untuk memerankan karakter, tokoh atau sosok yang berbeda dengan diri mereka.
Secara langsung mereka diberi tugas untuk menyerap kehidupan orang-orang lain. Dan ini mengajarkan mereka untuk memiliki sikap empati kepada kesekitaran kehidupan mereka.
Singkat kata, bukan hal atau sesuatu yang mengada-ada bila wujud konkrit dan nyata pendidikan karakter adalah teater. Sudah tentu ada manfaat-manfaat lainya dari pendidikan teater.
Misalnya, melatih dan mengajarkan siswa untuk memiliki kecerdasan sosial, selain kepekaan individualnya, dalam merefleksikan kehidupan hingga berempati kepada orang lain yang mereka lihat dan mereka jumpai dalam kehidupan keseharian, yang kemudian mereka ekspressikan dan mereka perankan sebagai tokoh-tokoh dalam pementasan teater mereka.
Pada saat bersamaan, pikiran dan tubuh mereka juga berkembang dan maju sebagai pribadi-pribadi yang matang.
Dalam dan bersama teater, para pelajar dilatih untuk mengembangkan (memajukan/memberdayakan) kapasitas tubuh dan pikiran mereka sekaligus sanggup merefleksikan dan ‘memerankan’ diri mereka sendiri dan kehidupan mereka yang mereka timba dari bacaan dan realitas kehidupan keseharian.
Mereka juga dilatih untuk memiliki kematangan emosional, kepekaan kognitif dan kecerdasan pikiran, selain mengembangkan afirmasi artistik tubuh mereka. Teater adalah wujud padu bodyset, soulset, dan mindset. Tubuh dan pikiran adalah satu kesatuan atau kepaduan yang tak bisa dipisahkan.
(***)