KAB. SERANG – Petualangan komplotan perampok spesialis rumah mewah di Kabupaten Serang harus berakhir. Pasalnya kedelapan orang tersebut kini harus meringkuk dibalik jeruji besi dengan kaki penuh luka.
Delapan tersangka ditangkap hidup-hidup oleh Tim Resmob Polda Banten bersama Sat Reskrim Polres Serang di Kotabumi, Kabupaten Tangerang dan Kalideres, Kota Jakarta Barat. Para pelaku terpaksa ditembak di bagian kaki dikarenakan melakukan perlawanan saat penangkapan.
Hendra yang merupakan penjaga kos di Kalideres ini bersama ketujuh rekannya yakni Sopandi, Wahyu, Mus, Sup, Syaf, Said, dan Bambang telah beraksi di tiga rumah yang tersebar di tiga kecamatan. Ketiga aksi itu serempak dilakukan kelompok bandit tersebut pada Mei 2022 lalu.
Di Kecamatan Cikeusal pada 11 Mei 2022 lalu, kedelapan rampok menyatroni rumah pribadi milik JS dan berhasil menggondol uang senilai Rp30 juta.
Namun tak cukup sampai di situ, mereka kembali beraksi di salah satu rumah sekaligus perusahaan farmasi yang berada di Kecamatan Ciruas.
“Para pelaku berhasil masuk ke dalam tempat usaha dan menyekap penjaga malam namun di TKP kedua para pelaku tidak menemukan apapun,” terang Kapolres Serang AKBP Yudha Satria ketika konferensi pers di Mako Polres Serang pada Senin (6/6/2022).
Dikarenakan tidak mendapat apapun pada aksi kedua, mereka kembali merencanakan penjarahan selanjutnya yakni di Desa Cerucuk Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang pada Senin (30/5/2022) lalu.
Kedelapannya menyatroni rumah Sukron (34) yang merupakan pedagang sembako dan berhasil menggasak uang Rp200 juta, perhiasan emas seberat 85 gram yang nilainya setara sekitar Rp300 juta, 80 slop rokok berbagai merek serta rekaman CCTV.
Dalam setiap melakukan perbuatannya, para pelaku mengenakan sabo atau tutup muka berwarna hitam dan membekali diri mereka dengan senjata tajam berupa golok yang dipakai untuk mengancam membunuh korbannya jika melawan.
“Kedelapan tersangka ini dalam melakukan semua aksinya yaitu dengan kekerasan dan mengancam para korban. Korbannya disekap, diikat, dan diancam akan dibunuh dengan menggunakan golok jika melawan,” kata Yudha.
Para rampok yang berasal dari Aceh Tenggara ini pun memiliki perannya masing-masing dalam setiap aksinya. Hendra dan Wahyu berperan mencongkel rumah korban dan mengambil uang. Namun Hendra juga bertugas membagi uang hasil kejahatan dan menjual perhiasan.
Sup membawa kendaraan yang digunakan untuk melakukan pencurian dan menentukan target sasaran sementara Sopandi berperan mapping atau menggambar situasi rumah para korban yang akan dijadikan sasaran pencurian.
Kemudian Musdi, Syaf, dan Bambang mengikat para korban dengan menjaga situasi korban agar tidak melakukan perlawanan lalu Said mengamati situasi di luar rumah korban.
Kawanan pelaku ini mengaku beraksi sekitar pukul 02.00 – 03.00 WIB. Mereka kerap berkeliling secara acak dengan menggunakan mobil yang disewanya dari rental mobil.
Berdasarkan data kepolisian, Hendra alias Tompel sebelumnya pernah melakukan kejahatan yang sama di salah satu toko yang terletak di Pasar Rau, Kota Serang pada 2014 silam. Dalam kejadian itu, dirinya menyebabkan kerugian mencapai Rp2 miliar dan berhasil ditangkap lalu ditahan di Polres Serang Kota.
Hendra mengatakan saat melakukan aksi pencurian bersama 7 rekannya, ia memilih sasaran secara acak dan merental mobil menggunakan biaya patungan.
“Otaknya dari kita semua, secara acak yang rumahnya terlihat mewah. Kita pakai mobil rental dan duit rentalnya patungan,” kata Hendra.
Hendra dan 7 temannya yang terlibat dalam aksi pencurian mengaku hasil jarahan tersebut dipakai untuk membayar utang, berfoya-foya serta memenuhi kebutuhan hidup keluarga masing-masing.
Kedelapan bandit tersebut diamankan pada Kamis (2/6/2022) sekira pukul 04.15 WIB. Berbekal informasi dan hasil lidik di lapangan, keenam pelaku pencurian yaitu Musdi, Bambang, Wahyu, Sup, Said, dan Sopandi diringkus di Kotabumi, Kabupaten Tangerang.
Setelah berhasil menangkap 6 pelaku, Tim Sat Reskrim Polres Serang dengan Tim Resmob Polda Banten kembali menangkap dua pelaku lainnya yakni Syaf yang ditangkap sedang nongkrong di pinggir jalan Terminal Kalideres sementara Hendra ditangkap di kontrakannya yang berada di belakang Terminal Kalideres.
Para pelaku dijerat Pasal 365 KUHPidana dengan ancaman kurungan penjara 9 tahun. (Nin/Red)