SERANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Banten menggandeng Satuan Karya Pramuka (Saka) Bakti Husada dalam mengentaskan stunting. Kerja sama Dinkes Banten dengan Saka Bakti Husada itu karena selaras dengan misinya yakni untuk memujudkan masyarakat sejahtera yang berakhlak mulia, berbudaya, sehat dan cerdas.
Apalagi, Saka Bakti Husada merupakan wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam bidang kesehatan yang dapat diterapkan pada diri, keluarga, lingkungan dan mengembangkan lapangan pekerjaan di bidang kewirausahaan.
“Sehingga sejalan dengan fungsinya, melaksanakan kegiatan nyata dan produktif serta bakti kepada masyarakat, bangsa dan negara,” kata Kepala Dinkes Banten, Ati Pramudji Hastuti.
Ati mengatakan, yang menjadi atensi dalam kolaborasi dengan Saka Bakti Husada menekan angka stunting. Sehingga tidak ada lagi anak gagal tumbuh kembang akibat kekurangan gizi.
“Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah anak lahir, tetapi stunting baru nampak setelah berusia 2 tahun,” ujarnya.
Ia menjelaskan, stunting dapat menyebabkan kerugian terhadap negara karena generasi penerus mengalami kondisi yang tidak sehat dan tidak produktif.
“Dampak jangka panjangnya kecerdasan rendah, prestasi belajar tidak baik. Jangka pendeknya, gangguan pada perkembangan otak, pertumbuhan fisik, dan perkembangan motorik pada bayi,” jelasnya.
Menurut Ati, kolaborasi yang dilakukan bersama Saka Bakti Husada dengan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) di sekolah guna mendukung penanggulangan stunting.
Sebab ujung tombak dari kolaborasi ini untuk menciptakan anak berperilaku hidup sehat agar berkurang beban penyakit dan meningkatnya produktivitas masyarakat.
Ada enam gerakan yang dilakukan di tingkat sekolah. Pertama, aktivitas fisik secara rutin dengan memasukan kurikulum olahraga, peregangan setiap dua jam setelah melakukan pekerjaan, olahraga seminggu sekali, dan senam pagi tiga kali dalam seminggu.
Kedua, konsumsi pangan sehat dengan sarapan bersama dengan gizi seimbang 2 kali seminggu di semua sekolah, edukasi pangan sehat dengan cara lomba masak serta karya ilmiah, dan berkebun di sekolah.
Ketiga, menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan menyediakan sarana cuci tangan di setiap ruang kelas seluruh sekolah, menyediakan toilet dan air bersih, perilaku dan pengolahan sampah dengan prinsip 3R, dan kantin sekolah sehat.
Keempat, hindari rokok dan asapnya dengan pelaksanaan kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah, dan bahaya rokok masuk dalam kurikulum sekolah sejak dini.
Kelima, skrining kesehatan dan tes kebugaran kepada seluruh karyawan di sekolah beserta siswa.
Keenam, minum satu butir tablet tambah darah bersama seminggu sekali bagi remaja putri. “Dengan pola Germas yang dilakukan bersama Saka Bakti Husada, kita terhindar dari penyakit yang ditimbulkan akibat kurangnya gizi dan kebersihan,” tutupnya. (Adv)