TANGERANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten gencar mengedukasi Kader Puskesmas atau Posyandu tentang pentingnya Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
Buku itu berisi tentang panduan cara menjaga gizi dan kesehatan ibu pada saat hamil, melahirkan hingga merawat bayi. Pantauan di lokasi, bidan desa dan kader Posyandu sangat antusias mengikuti edukasi dari Dinkes Banten.
Bidan desa dan kader Posyandu sebagai ujung tombak dari pelayanan kesehatan, nantinya akan mengedukasi masyarakat tentang merawat diri agar kecukupan gizi.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Banten, Ati Pramudji Hastuti mengungkapkan, buku KIA berfungsi untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
Isi dari bukunya adalah informasi kesehatan dan pemantauan pertumbuhan serta perkembangan anak yang meliputi jadwal imunisasi dan gizi seimbang.
“Dengan istilah lain buku KIA ini menggambarkan kondisi kesehatan ibu bahkan bisa diprediksi metode melahirkan yang paling tepat untuk ibu,” ungkapnya, Rabu (22/6/2022).
Untuk dimiliki masyarakat, Dinkes kabupaten kota memiliki tugas mendistribusikan buku KIA, terutama bidan desa dan kader Posyandu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan.
“Jadi, dimanapun fasilitas kesehatannya tapi wajib memiliki buku KIA yang sama,” jelasnya.
Di sisi lain, Anggota Komisi V pada DPRD Provinsi Banten, Hilmi Fuad mengatakan, banyak faktor yang menyebabkan ibu dan anak meninggal dunia.
Oleh sebab itu, perlu ada edukasi terhadap ibu untuk menjaga asupan pada bayi. Buku KIA, menjadi referensi bagi ibu dalam menjaga kesehatan selama kehamilan.
“Faktornya banyak untuk edukasi terhadap ibu, bukan hanya kesehatan gizi. Faktor pendidikan juga perlu. Mengedukasi lingkungan juga penting. Tapi kalau di didik, meskipun lulusan SD, insya allah nggak akan berdampak negatif pada kesehatan ibu dan anak,” katanya saat jadi pemateri di Aula Kecamatan Jayanti.
Jika dilihat dari angka, kematian ibu dan bayi di Indonesia mengalami peningkatan. Tahun 2021 meningkat 746 orang. Data tahun 2020 ada 3.048, sedangkan 2021 berjumlah 3.794 orang.
Namun secara umum, pelayanan kesehatan di Banten terbilang cukup baik. “Kita harus menekan kematian ibu dan anak hingga menjamin kesehatan. Buku KIA ini penting, tidak dapat dikawal kalau tidak di monitoring,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Kepala Seksi Kesehatan Keluarga pada Dinkes Kabupaten Tangerang, Tri Retno Wulandari berujar, angka kematian ibu dan bayi jadi tolak ukur keberhasilan kualitas pelayanan kesehatan baik.
Menurutnya, angka kematian pada ibu dan bayi mengalami kenaikan sejak pandemi Covid-19 melanda. Berdasarkan data, tahun 2020 ada 38 ibu meninggal. Kemudian 2021 ada 78, dan 2022 sampai bulan Mei sudah ada 18 kematian ibu.
Sedangkan kematian pada bayi tahum 2022 sudah 54. Sementara tahun 2021 ada 251 bayi meninggal sebagaimana data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
“Ini meningkat akibat Covid-19, ada yang memiliki kelainan jantung, ada kelainan pada saluran pernafasan hingga telat rujukan. Kami masih kekurangan NICU,” ujarnya.
Strategi dalam penurunan angka kematian ibu, lanjut Wulan, ada empat pilar. Di antaranya program KB, ANC berkualitas, pertolongan persalinan oleh tenaga terampil, pelayanan obstetri esensial.
“Faktor kematian pendarahan paling banyak. Asi yang paling baik untuk asupan makanan bagi bayi di 1.000 hari kehidupan,” jelasnya.
Sementara itu, Sekretaris Camat Jayanti, Kurnia menyatakan, buku KIA bisa menjadi panduan dalam merawat masa kehamilan hingga kelahiran.
Maka sebagai bidan desa dan kader Posyandu, wajib memahami agar pelayanan dasar di masyarakat berjalan dengan baik.
“Ini semacam panduan ya, jika ada yang belum paham tentang kesehatan dan gizi untuk anak dan ibu,” ucapnya.
(ADV)