Beranda Kesehatan Dinkes Banten Dorong Peningkatan Layanan ANC di Puskesmas

Dinkes Banten Dorong Peningkatan Layanan ANC di Puskesmas

Evaluasi lintas sektor kesehatan ibu dan anak termasuk masalah gizi di Hotel Le Dian, Kota Serang, Kamis (18/7/2024).

SERANG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten terus berupaya menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Provinsi Banten. Salah satunya dengan meningkatkan pelayanan antenatal care (ANC) di Puskesmas.

Kepala Dinkes Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, peningkatan layanan ANC di puskesmas-puskemas harus ditingkatkan agar meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Salah satunya denga menyediakan alat ultrasonografi (USG) di tempat tersebut.

“Kalau di rumah sakit kan terbatas. Maknya di puksesmas-puskesmas harus ada alat USG. Selain itu, dokter-dokter umum juga kita berikan pelatihan untuk bisa menggunakan alat USG itu, sehingga kalau ada potensi yang mengakibatkan ke.atian ibu dan anak bisa dicegah,” kata Ati usai membuka pertemuan evaluasi lintas sektor kesehatan ibu dan anak termasuk masalah gizi di Hotel Le Dian, Kota Serang, Kamis (18/7/2024).

Lebih lanjut, Ati mengatakan, setiap fasilitas kesehatan (faskes) juga diwajibkan mempunyai tim kedaruratan. “Baik puskesmas dengan Poned (pelayanan obstetri neinatal emergensi dasar, red) juga rumah sakit dengan Poned-nya. Karena kebanyakan (kasus) kematian ibu dan bayi ketika saat dirujuk,” katanya.

Selain itu, Ati menilai, alat transportasi ambulance juga harus memadai dan layak menjadi transportasi rujukan.

“Contoh di Lebak, kondisi geografisnya kan beda dengan diperkotaan makanya transportasinya juga harus memadai. Lalu dalam 14 hari ke depan saya akan tagih janji faskes-faskes untuk memanfaatkan aplikasi rumah sakit online, jadi kalau rujuk pasien nggak perlu lagi by telepon atau by WA (whatsapp, red). Cukup pakai aplikasi ini yang dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes),” ucapnya.

Dari sisi hulu, Ati mengaku, pihaknya terus melakukan upaya prefent8f dan promotif. Salah satunya bagiamana memastikan calon ibu mendapatkan lima kali pemeriksaan selama sembilan bulan kehamilan.

“Dan yang terpenting itu pemeriksaan oada kehamilan bulan pertama dan bulan kelima. Kemudian harus dipastikan kondisi calon ibu tidak mengalami anemia (kurang darah, red), karena akan berpengaruh oada bayi yang dilahirkan, dan itu juga yang menyebabkan kematian bayi,” ujarnya.

Ati menegaskan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dengan delapan kabupaten/kota mempunyai komitmen dalam menurunkan AKI dan AKB.

“Buktinya dulu capaian AKI AKB kita posisi tiga terbawah nasional. Tapi dalam tiga tahun terkahir kita sudah di posisi tiga teratas nasional. Tapi kita tidak berpuas diri, karena kematian ibu dan bayi masih ada, untuk itu kita perbaikai dan menjadi tantangan besar bagaimana kuta bisa melakukan oemerataam faskes khsusunya di wilayah Selatan Banten,” tegasnya.

“Ini kita lakukan secara perlahan, dan kita juga akan melakukan audit maternal setiap ada kematian ibu dan anak. Kita akan panggil orang-orang yang menangani dan juga runah sakitnya. Kita berharap nggak ada kasus lagi dan jumlah kematian ibu dan anak menurun,” sambungnya.

Terkait pertemuan evaluasi, Ati mengungkapkan, hal tersebut menjadi upaya mencari gambaran baik capaian maupun kendala dalam upaya menrkan AKI dan AKB di Banten.

“Untuk kali ini kita mengundang Lebak, Kota Cilegon, Kota Tangerang dan Kabupaten Serang. Targetnya bagiamana AKI dan AKB bisa ditekan kalau bida sampai zero kematian dan meningkatnya kesehatan ibu dan anak,” ungkapnya. (ADV)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News