Beranda Peristiwa Diduga Hujan Debu Vulkanik dari Erupsi GAK, Warga Cilegon Heboh

Diduga Hujan Debu Vulkanik dari Erupsi GAK, Warga Cilegon Heboh

Debu yang menempeli seluruh atap dan bagian mobil yang parkir di halaman Kantor Walikota Cilegon. (Foto : Gilang)

CILEGON – Masyarakat di sejumlah wilayah Kecamatan di Kota Cilegon dihebohkan dengan hujan debu yang berterbangan di udara pada Rabu (26/12/2018) sore. Warga menduga, debu kasar berwarna hitam tersebut berasal dari erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) yang yang masih terus sejak beberapa waktu belakangan.

“Tadi saya dalam perjalanan dari Warnasari menuju Cilegon dengan motor, di perjalanan mata ini terasa perih karena rasanya banyak sekali debu yang masuk. Ini ngga biasanya. Bahkan motor penuh ditempeli debu begini,” ungkap Anton, salah seorang pemotor menunjukkan debu hitam yang menempeli motornya.

Tak hanya hujan debu, warga juga bahkan dikagetkan dengan bunyi dentuman keras yang tidak diketahui asalnya. “Dan sudah lebih dari tujuh kali dari jam 16.35 WIB hingga sekarang terdengar sayup-sayup dentuman bunyi ledakan. Ga tau darimana sumbernya,” ungkap Wawan, warga Kecamatan Ciwandan.

Kebenaran asal usul debu yang menurut dugaan warga berasal dari erupsi vulkanik GAK tersebut juga bahkan ramai diperbincangkan di sejumlah media sosial. Debu kasar dan hitam bahkan terpantau merata menempel di seluruh kendaraan yang tengah terparkir di halaman Kantor Walikota Cilegon.

Sayangnya Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilegon, Rasmi Widyani yang dikonfirmasi melalui telpon genggamnya belum dapat memberikan kaitan fenomena tersebut. “Saya belum dapat informasinya. Soalnya mohon maaf posisi saya sedang di Pandeglang,” ujarnya singkat.

Terpisah, Ahli Geofisika, Surono yang dikonfirmasi kaitan hal tersebut menilai, fenomena itu otomatis akan dialami oleh Provinsi Lampung dan Banten, dua wilayah yang berjarak terdekat dengan gunung yang terletak di tengah Sulat Sunda itu.

“Memang harusnya berdebu, karena tergantung arah anginnya sekarang. Kan sudah berkali-kali (GAK) meletus, jadi mudah-mudahan cepat hujan agar debu langsung terbawa. Jadi hujan debu vulkanik ini akan terus berlangsung, tergantung erupsinya. Kalau erupsinya stagnan seperti sekarang ini, sesekali akan hujan debu lagi manakala tiupan angin mengarah ke situ,” ujarnya.

Intensitas erupsi vulkanik yang secara terus menerus itu, terang Surono, akan menghasilkan debu yang mengandung silika dan akan berterbangan di udara dengan ketinggian antara 1000 meter, hingga maksimum 2000 meter.

“Sesekali semburan itu kan besar, kadang kecil, jadi tidak akan berhenti dia menyemburkan abunya. Jadi kalau letusan sudah terbuka seperti itu tidak akan pernah besar. Warga disarankan agar menggunakan masker yang menutupi mulut dan hidung ya, karena kan debu gunung api itu kan mengandung banyak silika ya, bahan pembuat kaca. Karena kalau sampai terhirup akan mengganggu pernapasan. Kemudian kalau kena mata, jangan langsung digosok dengan tangan, harus dicuci dulu dengan air,” tutup mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Badan Geologi (PVMBG) ini. (dev/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News