TANGERANG – Ancaman penyakit demam berdarah dengue (DBD) mengintai masyarakat Kabupaten Tangerang di saat peningkatan curah hujan. Deteksi dini adanya infeksi virus dan pengendalian reproduksi nyamuk menjadi kunci penanganan dan pencegahan penyakit DBD.
Karena itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Tangerang mengantisipasi penyakit yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti ini. Seperti diketahui, nyamuk Aedes Aegypti memiliki habitat di negara beriklim tropis seperti Indonesia termasuk wilayah Kabupaten Tangerang.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang menggencarkan sosialisasi dan informasi kepada masyarakat untuk selalu waspada terhadap peningkatan penyakit DBD apalagi dengan kondisi iklim di saat musim penghujan seperti saat ini.
Adanya peningkatan curah hujan sehingga berisiko terjadinya tampungan air alami di barang-barang bekas atau wadah yang bisa menampung air hujan di sekeliling tempat tinggal, akan menjadi tempat perkembangbiakan jentik nyamuk DBD, apalagi untuk wilayah yang jarang dilakukan kegiatan membersihkan lingkungan.
Kepala Dinkes Achmad Muchlis menyampaikan, perlu upaya bagi masyarakat untuk bersama-sama mencegah peningkatan kasus DBD yaitu dengan menumbuhkan keinginan untuk melakukan aksi pencegahan DBD. Semua pihak harus memulai dari rumah sendiri untuk menjadi Jumantik (Juru Pemantau Jentik) DBD.
“Melalui program 3M Plus yakni Menguras, Menutup tempat penampungan air, serta Mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk dan plusnya yang dimaksud yaitu menggunakan lotion penolak nyamuk, menanam tanaman penolak nyamuk di sekitar rumah, serta memelihara ikan pemakan jentik di kolam,” ujarnya, Rabu (24/1/2024).
Selama ini, pengendalian penyakit DBD juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain diantaranya intensitas fogging yang dilakukan pada suatu wilayah tanpa pemantauan oleh pihak yang berwenang sehingga dapat memicu nyamuk untuk menjadi lebih kebal terhadap zat insektisida yang terkandung pada saat fogging.
“Fogging dapat dilakukan apabila wilayah tersebut sudah termasuk indikasi pemberian fogging, yang sebelumnya harus sudah dilakukan penilaian dan pemantauan oleh tim kesehatan setempat. Fogging untuk membunuh nyamuk dewasa infeksius di wilayah tersebut. Sedangkan upaya paling utama yang harus dilakukan sebetulnya adalah pemeriksaan dan pengawasan jentik nyamuk di rumah masing masing secara rutin, sehingga tidak memberi kesempatan bagi jentik tersebut berkembang menjadi nyamuk dewasa yang akan menjadi penular virus DBD,” kata dr. Muchlis.
Upaya lain untuk pencegahan penularan infeksi virus DBD di masyarakat, Dinas Kesehatan menghimbau masyarakat segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat apabila mengalami gejala infeksi DBD sehingga tidak ada kejadian kasus DBD dengan penanganan yang terlambat, yang dapat berakibat kematian.
“Jika ada masyarakat yang mengalami gejala DBD, kami mengimbau agar segera melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat dan apabila faskes jauh dari tempat tinggal bisa melaporkan ke bidan desa wilayah, sehingga bisa ditindak lanjuti dan tidak ada kejadian kasus DBD dengan penanganan yang terlambat, yang dapat berakibat kematian,” tutupnya.
(Ril/Red)