SERANG – Bagi warga Kota Serang dan sekitarnya yang tertarik untuk belajar dan memulai bisnis dengan cara beternak puyuh, bisa datang langsung ke peternakan puyuh milik Ade Burhanudin di Desa Sukalaksana, Kecamatan Curug, Kota Serang.
Ade Burhanudin (44) salah seorang warga asli Desa Sulaksana ini memulai bisnis beternak puyuh sejak tahun 2017 dengan uji coba 5.000 ekor. Usaha yang ia jalani sekarang dikenal sebagai Usaha Kecil dan Menengah (UKM) H. Ade Puyuh Farm.
“Setelah 7 bulan uji coba, saya bisa menyimpulkan ini bisa lanjut makanya saya lanjutkan usaha ini sampai populasi puyuh sekarang 25.000 ekor,” ujarnya kepada BantenNews.co.id, Kamis (15/4/2021).
Pria yang pernah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini mengungkapkan inspirasi untuk memulai usahanya dikarenakan permintaan telur puyuh yang tinggi di wilayah Banten namun penyuplaian telur puyuh dari wilayah Banten sendiri sangat kurang. Selain menjual telur puyuh, ia juga menjual bibit puyuh ke luar Banten yakni ke Sukabumi, Bogor, dan Bekasi.
“Saya merasa tertantang kebutuhan telur puyuh di Banten ini kan tinggi ya, tapi kebanyakan disuplai dari luar Banten. Sementara Banten sendiri kok tidak bergerak di ternak puyuh ini. Padahal potensi di sini lahan luas, SDM di sini banyak, kemudian industri yang menunjang ternak ada di sini. Pabrik pakan dan produsen obat-obatan ada di sini juga. Jadi kenapa tidak ternak puyuh,” ungkapnya.
Ia menyebutkan setengah suplai telur puyuh di wilayah Banten khususnya untuk Cilegon, Serang, Pandeglang, Rangkasbitung, dan Tangerang saat ini disuplai dari usaha yang Ade dan mitra-mitranya jalani. Mitra-mitra yang ia bina tersebar di wilayah Banten yakni di Serang, Cilegon, dan Pandeglang.
“Karena tertantang itulah akhirnya saya terjun di ternak puyuh ini dan peluang pasar itu sampai sekarang ya bisa setengahnya sudah bisa disuplai dari saya dan teman-teman. Setengahnya lagi masih dari luar Banten,” ucapnya.
Rencananya ia bersama para mitranya akan menyuplai telur puyuh ke luar Banten jika suplai telur puyuh di Banten sudah memenuhi. Menurut Ade, saat ini kebutuhan telur puyuh di Banten bisa mencapai 18 ton per minggunya.
“Kalau Banten sudah terpenuhi dari produksi kita, baru kita suplai ke luar Banten,” katanya.
Puyuh jenis peksi yang ia ternakan biasanya dapat memproduksi telur puyuh sekitar 80-90 persen setiap harinya kemudian ia menjual telur puyuh tersebut tergantung dengan harga pasaran harian antara Rp25 ribu – Rp31 ribu per kilogramnya.
Usaha ternak puyuh yang ia jalani tidak selamanya berjalan mulus. Ade mengaku pernah mendapatkan kerugian hingga ratusan juta akibat puyuh yang ia ternakan mati pada tahun 2019.
“Saya pernah jatuh itu di tahun 2019. Puyuh saya terserang virus AI (Avian Influenza) jadi dalam seminggu mati semua. Kurang lebih kerugian saya 280 juta. Dari pengalaman itu, saya gali, saya konsultasi dengan para ahli ternyata saya belum menerapkan program vaksinasi pada puyuh. Setelah itu saya buat program vaksinasinya, alhamdulillah mudah-mudahan tidak terserang virus lagi,” ungkapnya.
Baginya pengalaman tersebut merupakan pelajaran berharga dan tantangan utama untuk para peternak puyuh untuk tidak mengabaikan program vaksinasi pada puyuh. Kini semua puyuh yang ia ternak sudah divaksinasi dengan vaksin AI dan vaksin ND. Vaksinasi AI ia terapkan setiap 2,5 bulan dan untuk vaksin ND setiap 1,5 bulan.
(Tra/Nin/Red)