Oleh : Naziila Rizma Yufada
Ciplukan, tanaman dengan buah berwarna keemasan ini memiliki nama latin Physalis Angulata L merupakan tanaman liar di Indonesia. Tiap daerah di Indonesia memiliki nama yang berbeda dalam menyebut tanaman satu ini, sebagai contoh di daerah Sunda dikenal dengan nama cecendet, sementara di Madura menyebutnya dengan nama nyornyoran, kemudian di Bali dikenal dengan keceplokan, dedes atau leletep, sedangkan di Sumatera menyebutnya dan orang dan di Minahasa menyebutnya dengan leletokan. Sementara, sebutan ciplukan di negara lain yaitu golden berry, poha berry, peruvian groundcherry, goldenberry, inca berry, husk cherry atau cape gooseberry.
Bagi generasi milenial khususnya yang tinggal di kota besar pasti merasa asing dengan buah ini, karena buah ini biasanya ditemukan tumbuh liar di area persawahan dan kebun warga desa. Tanaman liar yang buahnya berbentuk seperti lampion ini bukan tanaman asli Indonesia melainkan dari negara tropis Amerika dan tersebar ke berbagai kawasan di Amerika, Pasifik, Australia, dan Asia. Habitat tumbuhnya di dataran rendah atau di bawah pohon dan agak lembab. Semasa dulu, buah yang disebut dalam bahasa Inggris Ground Cherry Ini terlihat tak ada harganya, karena tumbuh dengan liar di sembarang lahan. Padahal selain kaya manfaat, kini harga ciplukan selangit.
Tanaman ciplukan masih dianggap sebagai tanaman liar ataupun gulma oleh para petani sehingga keberadaannya semakin langka dan juga ciplukan sendiri merupakan tanaman herba yang hidup semusim. Hal inilah membuat ciplukan menjadi komoditi yang memiliki nilai jual yang terbilang tinggi. Di supermarket kota-kota besar Indonesia, dapat dijumpai buah ini dijual seharga Rp200.000 – Rp500.000 per kilo. Sementara, di negara lain sebagai contoh yang di situs jual-beli online internasional seperti Amazon, dijual 3 pak buah ciplukan segar seberat 3 ons dengan harga 28,87 dollar AS atau sekitar Rp418.000. Harga satu onsnya senilai 1,8 dollar AS atau sekitar Rp26.085. Berbeda dengan harga jual di Amazon, pada platform e-commerce Alibaba, setengah kilogram ciplukan dihargai 9 dollar AS atau sekitar Rp130.000. Buah yang dijual itu merupakan hasil produksi atau berasal dari Vietnam.
Harga jual ciplukan yang dapat dikategorikan mahal sesungguhnya sebanding dengan manfaatnya. Tanaman ciplukan juga merupakan tanaman zero waste sebab semua organ tanaman ini yaitu mulai dari akar, batang, daun hingga buahnya dapat dimanfaatkan menjadi obat herbal dengan khasiat yang beragam. Kandungan dalam tanaman ciplukan inilah yang dapat dijadikan obat herbal dan mengatasi berbagai penyakit. Berdasarkan penelitian Retno WK (2015) buah ini mengandung senyawa-senyawa aktif, antara lain saponin pada tunas, flavonoid pada daun dan tunas, polifenol dan fisalin pada buah, withangulation A pada buah, asam palmitat dan stearat pada biji, alkaloid pada akar, chlorogenik acid pada batang dan daun, tannin pada buah, kriptoxantin pada buah, dan vitamin C dan gula.
Melimpahnya kandungan di dalam tanaman yang berasal dari Amerika Serikat ini membuatnya kaya akan khasiat yang luar biasa untuk berbagai penyakit, Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Trimin Kartika (2017) beberapa di antara penyakit yang dapat diobati dengan ciplukan yaitu seperti Cacingan, Penurun panas, Diabetes, Darah Tinggi, Infeksi pada Saluran Pernapasan atau biasa disebut Batuk Berdahak, Kencing Nanah, Penguat Jantung, sakit paru-paru, penyakit kulit seperti Borok atau Bisul dan rematik.
Ciplukan juga dapat mengatasi kanker, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et al (2016) beliau melaporkan, bahwa tanaman ciplukan merupakan tanaman yang memiliki kekerabatan paling dekat dengan tanaman Ginseng India. Ginseng India sendiri merupakan salah satu tanaman herbal yang ekstrak daunnya biasa dikenal sebagai obat anti kanker (Widodo et al., 2010). Ciplukan dan Ginseng India berada dalam satu familia yang sama, yaitu familia Solanaceae. Pada Ciplukan terdapat kandungan senyawa bioaktif yang diperkirakan mirip dengan Ginseng India ini. Senyawa bioaktif yang terkandung di dalam ciplukan seperti withanolids, physalin, karotenoid, glikosida flavonol, dan etanol (Ramesh & Mahalakshmi, 2014). Kandungan withanolids dan physalin diperkirakan berpotensi sebagai obat antikanker (Widodo et al., 2010).
Selain itu, kandungan antioksidan yang tinggi pada tanaman ciplukan juga membuatnya menjadi suplemen yang kaya nutrisi untuk berbagai penyakit. Antioksidan ini yang dapat menetralkan radikal bebas dan dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit. Ciplukan juga mengandung Anti inflamasiyang dapat mengurangi rasa nyeri karena radang sendi, asam urat, nyeri otot, hingga wasir.
Buah berwarna cerah ini dapat dimanfaatkan bukan hanya untuk ragam penyakit, tetapi juga bagi yang merasa bermasalah dengan berat badannya, caranya sangatlah mudah hanya dengan mengkonsumsi buah ciplukan secara rutin berat badan bisa susut, hal ini dikarenakan ciplukan mengandung kalori yang rendah yaitu hanya 53 kalori per 100 gram. Dengan begitu, buah ciplukan merupakan penyumbang nutrisi yang besar tanpa khawatir lemak. Maka, sangatlah bagus untuk keseimbangan kolesterol dan jantung sehat karena mengandung asal oleat dan linoleat. Jika enggan memakan buahnya secara langsung tanpa diolah, buah ciplukan dapat dikreasikan menjadi berbagai dessert mulai dari es krim hingga kue tart, dibuat jus, serta dapat diolah menjadi kismis buah ciplukan.
Ciplukan yang pada awalnya dianggap remeh bahkan gulma, setelah diketahui berbagai khasiatnya, ciplukan dengan harga selangit memanglah wajar, dengan begitu banyaknya kandungan yang bermanfaat untuk menyembuhkan ataupun mengurangi berbagai penyakit, serta menjaga kesehatan berbagai organ tubuh. Kemudian, seluruh bagian tanaman ciplukan mengandung senyawa aktif bermanfaat membuat tanaman ini menjadi lebih spesial karena dengan begitu tidak ada yang tersisa dari setiap bagian tanaman ini yang menjadi sampah tidak berguna, semua organ tubuhnya dapat bermanfaat.
Pada saat ini walaupun sudah mulai mereda, baik di Indonesia maupun seluruh dunia sedang terjadi pandemi infeksi virus Corona atau yang dikenal sebagai Covid-19. Untuk dapat menangkal atau mencegah agar seseorang tidak terinfeksi atau terjangkit virus Covid-19 salah satu cara alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi tanaman herbal seperti ciplukan ini karena mempunyai khasiat sebagai imunomodulator. Imunomodulator adalah zat biologis atau sintetis yang dapat merangsang, menekan atau memodulasi sistem kekebalan baik adaptif maupun innate immunity (Mahime et al, 2013; Singune et al, 2018).
Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta