SERANG – Diskusi Senja di Untirta kembali digelar. Namun, pada edisi keenam ini, diskusi dilangsungkan melalui daring dengan menggunakan media Zoom Meeting, Kamis (1/10/2020). Pada kesempatan ini, Diskusi Senja di Untirta diisi dengan rangkaian kegiatan peluncuran dan bedah buku ‘Cara Mudah Belajar Imunoparasitologi’ karya Reqgi First Trasia, seorang dokter sekaligus akademisi di Untirta. Buku ini diklaim sebagai buku satu-satunya yang membahas tentang Imunoparasitologi di Indonesia.
“Jadi yang saya tahu, di Indonesia ini belum ada buku tentang Imunoparasitologi. Jadi ketika saya mengambil mata kuliah Imunoparasitologi, ketika saat ujian bingung untuk mencari referensinya. Justru yang ada malah bukunya Bahasa Inggris semua dimana kalau dibawa pulang berat,” kata Reqgi.
Reqgi memastikan bukunya adalah yang pertama membahas tentang Imunoparasitologi di Indonesia setelah ia berulangkali mengeceknya melalui mesin pencarian di internet.
“Kalau kita search di Google yang membahas Imunologi sudah banyak, ada 10. Kemudian yang membahas tentang Parasitologi baik itu buku ajar maupun buku-buku populer juga sudah banyak. Namun Imunoparasitologi ketika saya cari di mesin pencarian yang scholar, ya, ini tidak ada. Jadi buku imunoparasitologi di Indonesia belum ada. Sementara untuk mempelajarinya luar biasa rasanya (sulit-red),” tutur Ibu tiga anak ini.
Pembedah buku ‘Cara Mudah Belajar Imunoparasitologi’ Rukman Abdullah mengamini hal tersebut dan sebuah keberuntungan buku Imunoparasitologi bisa hadir ke publik. Sebab menurutnya, selama ini, begitu sulit buku kesehatan tentang Imunoparasitologi dicari.
“Buku ini sangat langka. Jadi jika berbicara kebermanfaatan, buku ini akan sangat bermanfaat jika dibaca oleh komunitas kesehatan. Namun, tidak menutup kemungkinan dibaca juga untuk umum,” kata Rukman yang merupakan Kepala Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Untirta ini.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Untirta Siti Farida, memberikan apresiasi kepada Reqgi. Menurutnya, Reqgi adalah sosok dokter yang cerdas karena bisa mengubah sesuatu yang sulit seperti aktivitas menulis menjadi lebih mudah.
“Sebagai pribadi maupun pimpinan fakultas saya bangga sekali ada dokter yang menulis. Suatu talenta yang luar biasa. Kami tentu senang dan bangga atas kelahiran buku ini. Kami pun akan selalu mensupport karya-karya dokter Reqgi,” katanya. (Red)