SERANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten mengadakan sosialisasi, komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang bencana alam tsunami pada Selasa (14/03/2023) di kantor BPBD Provinsi Banten. Acara ini dihadiri oleh BMKG Tangerang, Dinas PUPR, Dinas Perkim, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Bapedda, Pengusaha, dan Forum Pengurangan Resiko Bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Banten, Nana Suryana mengatakan bahwa saat ini terdapat tiga titik alat sirine atau Early Warning Sistem (EWS) peringatan potensi tsunami yang terletak di Pasauran, Labuan, dan Panimbang. Salah satu alat yang berada di Pasauran masih dalam tahap perbaikan. Nana mengungkapkan bahwa BPBD Banten akan memodifikasi alat deteksi tsunami ini agar jangkauannya lebih luas dan bisa terdengar oleh masyarakat dengan jarak beberapa kilometer. Selain alat EWS ini, masih ada alat lainnya seperti kentongan dan toak masjid, sehingga ketika terdeteksi adanya tsunami, masyarakat bisa cepat dievakuasi.
BPBD Banten juga memperkuat jaringan informasi tentang tsunami dan gempa agar sampai ke masyarakat dengan tepat melalui pembentukan tim relawan setiap daerah. Nana mengatakan bahwa BPBD Banten sedang membangun jaringan relawan ke setiap desa untuk memberikan edukasi dan informasi serta langkah apa yang perlu dilakukan untuk menghindari hal yang tidak diinginkan saat terjadi bencana alam.
Nana berharap ke depannya akan ada penambahan alat deteksi tsunami agar lebih optimal lagi memberikan informasi dan himbauan ke masyarakat tentang bencana alam. BPBD Banten mengajak masyarakat untuk melakukan komunikasi efektif melalui kentongan atau toak masjid di tingkat RT dan RW jika terjadi tanda-tanda terjadinya bencana tsunami. Dengan demikian, diharapkan masyarakat bisa lebih siap dan terhindar dari dampak yang lebih buruk jika terjadi bencana alam.
Sosialisasi yang diadakan BPBD Banten ini dianggap penting karena Provinsi Banten merupakan salah satu wilayah yang berisiko terkena bencana tsunami. Pada tahun 2018 lalu, Banten pernah dilanda tsunami yang menimbulkan kerusakan dan korban jiwa yang cukup besar.
Dalam upaya meningkatkan kesiapan menghadapi bencana alam, BPBD Banten terus melakukan berbagai upaya, termasuk perkuatan alat deteksi tsunami dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana alam.
Kepala Pelaksana BPBD Banten, Nana Suryana, berharap masyarakat Banten bisa memahami pentingnya persiapan menghadapi bencana alam, terutama tsunami, dan berperan aktif dalam memperkuat kesiapan menghadapi bencana alam.
“Kami berharap masyarakat Banten bisa lebih peduli dengan persiapan menghadapi bencana alam, terutama tsunami. Mari kita perkuat kemampuan dan kesiapan kita dalam menghadapi bencana alam, sehingga kita bisa lebih siap dan terhindar dari dampak yang lebih buruk jika terjadi bencana alam,” tutur Nana.
Dalam sosialisasi ini, BPBD Banten juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti informasi terbaru dari BMKG dan BPBD terkait potensi bencana alam, terutama tsunami dan gempa bumi. Masyarakat juga diimbau untuk selalu mengikuti prosedur evakuasi yang telah ditetapkan oleh pihak berwenang jika terjadi bencana alam.
Dengan adanya sosialisasi dan peningkatan kesiapan menghadapi bencana alam, diharapkan masyarakat Banten bisa lebih siap dan terhindar dari dampak yang lebih buruk jika terjadi bencana alam, khususnya tsunami.
Menurutnya setiap wilayah di Provinsi Banten memiliki mekanisme SOP (Standard Operating Procedure) yang berbeda-beda dalam menghadapi bencana gempa atau tsunami. Oleh karena itu, pihaknya berupaya untuk memperkuat jaringan informasi tentang bencana tersebut agar sampai ke masyarakat dengan tepat melalui pembentukan tim relawan setiap daerah.
Nana menjelaskan bahwa jika terjadi bencana gempa atau tsunami, langkah yang harus dilakukan adalah evakuasi masyarakat ke tempat yang aman sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan di wilayah masing-masing. Pihak BPBD juga akan menghubungi tim SAR untuk memberikan bantuan evakuasi dan penanganan bencana.
Selain itu, Nana juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik dan tetap tenang dalam menghadapi bencana tersebut. Ia juga mengingatkan pentingnya untuk selalu memantau informasi terbaru tentang kondisi cuaca dan bencana melalui sumber resmi seperti BPBD dan BMKG.
Nana menambahkan bahwa pihak BPBD Banten terus berupaya untuk memperkuat alat dan mekanisme deteksi dini bencana gempa dan tsunami agar dapat memberikan informasi dan himbauan yang lebih optimal kepada masyarakat. Ia juga mengajak masyarakat untuk aktif dalam partisipasi pengurangan risiko bencana di wilayah masing-masing.
Kades Pulo Panjang Ratu Bulkis, salah satu peserta kegiatan sosialisasi BPBD tentang bencana alam tsunami, mengungkapkan bahwa kegiatan tersebut sangat membantu masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam. Menurutnya, jika ada tanda-tanda cuaca buruk seperti angin kencang atau laut surut, mereka selalu memberikan informasi pencegahan kepada masyarakat.
Ratu Bulkis juga mengungkapkan bahwa di desanya, Pulau Panjang, belum ada alat deteksi tsunami. Oleh karena itu, setelah mengikuti sosialisasi BPBD, mereka akan mengadakan tester dan mengajukan permohonan ke dewan untuk mendapatkan alat tersebut. Ia mengatakan bahwa wilayahnya sangat rentan terhadap bencana alam, karena terletak di sekitar laut dan memiliki 7 kampung dengan 1200 KK dan 3500 jiwa.
Ratu Bulkis juga mengungkapkan bahwa banjir rob sudah sering terjadi di desanya, dan hal tersebut sudah menjadi kebiasaan setiap bulan. Oleh karena itu, kehadiran alat deteksi tsunami akan sangat membantu masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam yang lebih besar. (ADV)