SERANG – Mantan Presiden RI ketiga, BJ Habibie meninggal dunia. Sosok yang menginspirasi ini pernah mengemban tugas cukup berat semasa memimpim negara Indonesia.
Saat dia dilantik pada 21 Mei 1998 menggantikan Soeharto, kondisi ekonomi tengah porak poranda.
Pada akhir 1997 dolar AS secara perlahan mulai merangkak ke Rp 4.000 kemudian lanjut ke Rp 6.000 di awal 1998. Bahkan dolar AS sempat mencapai Rp 13.000, dolar AS sedikit menjinak dan kembali menyentuh Rp 8.000 pada April 1998.
Namun pada Mei 1998, Indonesia memasuki periode kelam. Penembakan mahasiswa, kerusuhan massa, dan kejatuhan Orde Baru membuat rupiah ‘terkapar’ lagi.
Sampai akhirnya dolar AS menyentuh titik tertinggi sepanjang masa di Rp 16.650 pada Juni 1998. Kondisi itu menimbulkan kekacauan di Indonesia. Hingga akhirnya Orde Baru tumbang digantikan Reformasi pada Mei 1998.
Kondisi nilai tukar saat itu merupakan salah satu tolak ukur dari hancurnya perekonomian Indonesia. Habibie mengemban tugas menyelamatkan ekonomi tanpa didampingi wakil presiden.
Habibie berhasil membawa Indonesia keluar dari cengkraman krisis moneter. Namun salah satu upaya yang dilakukan pemerintah saat itu dengan menjadi pasien dari IMF.
Namun sebagai konsekuensinya seluruh kebijakan ekonomi pemerintah harus dengan persetujuan IMF, sebagai syarat pemberian pinjaman. Habibie juga saat itu membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebuah lembaga yang bekerja untuk menyembuhkan bank-bank yang kolaps.
Lalu pada 2006 di era SBY, utang itu dilunasi. Indonesia melunasi sisa utang IMF sebesar US$ 3,1 miliar. Sebelumnya, pada Juni 2006, BI juga telah membayar US$ 3,75 miliar kepada IMF.
(Red)
Sumber : detik.com