SERANG – Provinsi Banten berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup menggembirakan pada triwulan III tahun 2024. Setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi, yaiti investasi dan pembangunan infrastruktur.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) ekonomi Banten tumbuh sebesar 4,93 persen. Secara tahunan (year on year/yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,70 persen (yoy).
Namun, angka ini masih sedikit di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 4,95 persen pada periode yang sama.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Provinsi Banten, Ameriza M. Moesa mengungkapkan, pencapaian ini didorong oleh beberapa sektor kunci, terutama sektor konsumsi rumah tangga dan investasi yang tumbuh positif.
“Konsumsi rumah tangga masih tumbuh stabil di angka 4,61persen (yoy). Sementara realisasi investasi mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 5,44 persen (yoy), naik dari triwulan sebelumnya sebesar 2,86 persen,” ujar Ameriza, Jumat (8/11/2024).
Lebih lanjut, Ameriza menjelaskan, berbagai proyek infrastruktur menjadi pendorong utama peningkatan investasi ini.
Proyek jalan tol, seperti ruas Serang-Panimbang dan Tol Serpong-Balaraja, memberikan dampak nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Banten.
“Tol Serpong-Balaraja misalnya, telah beroperasi sejak September 2024. Dan diharapkan selesai sepenuhnya pada tahun depan. Hal ini didukung pula oleh peningkatan konsumsi pemerintah yang tumbuh sebesar 4,17 persen dari triwulan sebelumnya sebesar 2,16 persen,” jelasnya.
Dari sisi lapangan usaha, sektor konstruksi menunjukkan peningkatan luar biasa dengan pertumbuhan mencapai 10,9 persen. Dan ini menjadi tertinggi di Pulau Jawa.
“Infrastruktur yang berkembang pesat turut mengangkat sektor real estate di Banten, memperkuat daya tarik hunian dan kawasan komersial,” ucapnya.
Sektor transportasi dan pergudangan juga mengalami peningkatan, seiring dengan kenaikan mobilitas masyarakat yang tercermin dari lonjakan jumlah penumpang di bandara dan Pelabuhan Merak.
Selain itu, digitalisasi di Provinsi Banten menunjukkan kemajuan yang signifikan. Hingga Oktober 2024, jumlah merchant yang menggunakan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di Banten mencapai 1,99 juta.
Di mana 95,93 persen di antaranya merupakan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
“Digitalisasi ekonomi yang masif membantu memperluas akses layanan keuangan bagi masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi,” ungkapnya.
Tak hanya itu, digitalisasi pada sistem pembayaran di Banten mencatatkan transaksi SKNBI sebesar Rp9,15 triliun dengan volume transaksi 201 ribu. Melalui BI-RTGS tercatat sebesar Rp272,54 triliun, naik 16,13 persen dibanding tahun sebelumnya.
Meski begitu, Ameriza mengingatkan pentingnya menjaga momentum ini di tengah ketidakpastian global.
“Kami optimis, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten di kisaran 4,7 persen hingga 5,5 persen untuk akhir tahun. Serta dukungan dari stabilitas harga komoditas dan perbaikan di negara mitra dagang, Banten akan terus mengalami pertumbuhan positif,” katanya.
Menurut Ameriza, peningkatan yang terjadi ini menunjukkan bahwa Banten mampu mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi.
“Dengan investasi dan proyek infrastruktur sebagai motor penggerak utama,” ujarnya.
(Dhe/Red)