KAB. SERANG – Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Provinsi Banten, Redi Kurniadi mengatakan mulai Kamis (24/2/2022), para perajin tahu tempe di Banten akan kembali memasarkan produknya usai libur produksi sementara selama 3 hari.
“Kita libur produksi karena kita merasa tidak menjadi perhatian pemerintah. Hari ini hari terakhir libur produksi. Jadi nanti malam atau besok sudah ada produknya yang masuk lagi ke pasar,” ujar Redi kepada BantenNews.co.id ketika dikonfirmasi pada Rabu (23/2/2022).
Sebelumnya, para perajin tahu tempe di Banten sepakat untuk menghentikan produksi sementara mulai dari 21 Februari hingga 23 Februari 2022. Keputusan itu imbas dari kenaikan harga kedelai dan minyak goreng.
Redi mengungkapkan pihaknya bersama perajin tahu tempe juga telah mengambil langkah selanjutnya untuk menyesuaikan harga dan ukuran produk. Hal itu dikarenakan adanya kemungkinan harga kedelai akan menyentuh angka Rp14 ribu sampai bulan Mei mendatang.
“Pasti sih (ambil langkah selanjutnya), karena dari Kementerian Perdagangan informasinya akan sampai di angka titik Rp14 ribu sampai bulan Mei ini. Jadi kita acuannya saat libur ini untuk penyesuaian harga dan bentuk ukurannya sedikit kita ubah, bukan tipis tebalnya jadi nanti bentuknya, cetakannya yang akan kita ubah. Kemarin kita rapat menentukan cetakan sebenarnya,” terang Redi.
Namun para perajin tidak bisa menaikan harga terlalu banyak dikarenakan selain melonjaknya harga kedelai, saat ini masyarakat juga disulitkan dengan kenaikan harga minyak goreng.
“Kita juga tidak bisa menaikan karena nanti memberatkan masyarakat, kita tidak terlalu menaikkan harga produknya hanya penyesuaian harga saja tadi dari bentuk dan ukuran,” tambah Redi.
Kenaikan harga kedelai sendiri sudah terjadi sejak 2020. Pada 2020, harga kedelai di Banten menyentuh Rp8.000 hingga Rp10 ribu. Namun hal itu masih bisa diatasi oleh Kopti dan perajin tahu tempe dengan mengambil langkah untuk menaikan harga produk yang semula untuk tahu adalah Rp25 ribu – Rp35 ribu per papan menjadi Rp40 ribu per papan.
“Kalau sekarang beda. Tahun 2020 kita masih bisa kita siasati, kalau sekarang dobel dari kedelai dan minyak goreng. Kalau dulu kedelai saja jadi kita masih bisa siasati,” kata Redi.
Faktor kenaikan harga kedelai pada 2022 diduga karena banyaknya kedelai yang gagal panen di Amerika akibat cuaca buruk. Selain itu permintaan tinggi di China juga berpengaruh pada stok kedelai yang diperoleh Indonesia. Imbas stok yang dibatasi, harga kedelai pun melonjak.
Redi menyebutkan pihaknya juga telah mengambil langkah dengan berkirim surat kepada Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko melalui Moeldoko Center. Hal itu ditempuh agar pemerintah pusat dapat menanggapi suara-suara dari perajin tahu tempe dan memberikan solusi atas kenaikan harga kedelai yang kian hari mengkhawatirkan produsen dan pedagang.
“Sepertinya kita tidak akan audiensi dengan Gubernur lagi, kita coba audiensi dengan KSP Pak Moeldoko, kita sudah bersurat dengannya melalui Moeldoko Center. Mungkin pak Moel lebih bisa karena dia kan di pusat,” ucap Redi.
Sementara itu, Budi salah satu pedagang sayur keliling di Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang mengeluhkan stok kosong terkait tahu tempe selama 3 hari. Ia berharap para produsen tidak libur produksi lagi sebab pelanggannya kebanyakan mencari tahu tempe serta pemerintah bisa mengambil tindakan dengan menstabilkan harga kedelai.
“Sempat kesulitan saya mbak tapi katanya besok udah mau mulai ngirim (tahu tempe) lagi. Mau gimana lagi kan dari sananya aja enggak ada. Ya semoga kejadian ini enggak terjadi lagi, yang susah orang-orang bawah seperti kami apa-apa naik,” kata Budi.
(Nin/Red)