Beranda Pendidikan Beroperasi Hari Ini, Nasib Sekolah Terdampak Tol Serang – Panimbang Belum Jelas

Beroperasi Hari Ini, Nasib Sekolah Terdampak Tol Serang – Panimbang Belum Jelas

SD Negeri Inpres Cikeusal Yang Berdampingan Dengan Tembok Pembatas Tol Serang Panimbang. Foto: Nindia/BantenNews.co.id
FollowWhatsApp Channel BantenNews.co.id untuk Berita Terkini

KAB. SERANG – Tol Serang Panimbang Seksi I Ruas Serang – Rangkasbitung telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo. Rencananya jalan tol tersebut mulai akan dioperasikan pada Rabu (17/11/2021) pukul 14.00 WIB.

Namun dibalik itu, pembangunan jalan Tol Serang Panimbang Seksi I Ruas Serang – Rangkasbitung menyisakan cerita bagi 2 dari 4 sekolah yang terdampak pembangunan tersebut. Dua sekolah itu yakni SD Negeri Inpres Cikeusal dan SD Negeri Cipete di Kecamatan Kragilan yang masih belum jelas nasibnya.

Ada 4 sekolah yang terdampak pembangunan Tol Serang Panimbang Seksi I Ruas Serang – Rangkasbitung yaitu 3 sekolah di Kecamatan Cikeusal yakni SD Negeri Inpres, SD Negeri Cilayangguha, SD Negeri Seba dan satu sekolah  yaitu SD Negeri Cipete yang berada di Kecamatan Kragilan.

Terkait 4 sekolah yang terdampak pembangunan Tol Serang Panimbang Seksi I Ruas Serang – Rangkasbitung tersebut, PT Wika Serang Panimbang (WSP) berencana akan membangun kembali atau merelokasi 4 sekolah itu. Namun hingga kini, hanya 2 sekolah yang telah dibangun yaitu SD Negeri Cilayangguha dan SD Negeri Seba.

 

Untuk SD Negeri Seba, pihak PT WSP telah merelokasi sekolah tersebut dan saat ini sekolah sudah siap beroperasi. Kemudian untuk SD Negeri Cilayangguha, proses pembangunan sudah mencapai sekitar 80 persen.

Pantauan BantenNews.co.id, Rabu (17/11/2021) di lokasi, bangunan SD Negeri Inpres Cikeusal tepat bersebelahan dengan tembok pembatas Tol Serang – Panimbang. Hal ini tentunya akan berpengaruh dengan aktivitas belajar mengajar yang dilakukan oleh para guru dan murid.

UM, salah satu guru yang ditemui di lokasi mengaku prihatin dengan keadaan tersebut. Tak hanya memikirkan nasib para murid yang nantinya akan belajar dengan suara bising, guru tersebut juga memikirkan akses para murid menuju ke sekolah.

Baca Juga :  Warga Terdampak Tol Serang Panimbang Menjerit Tak Sanggup Kembalikan Uang Rp4,6 M

“Tanahnya itu separuh udah kebawa ke tol. Saya bingungnya gimana murid nyebrangnya kan muridnya ada yang dari Ciremai, Dukuh, ada yang dari Kampung Pasir Gadung juga. Kita juga mempertanyakan gimana ini kalau jalan tol udah aktif, gimana anak-anak ke sekolahnya,” ujarnya pada BantenNews.co.id ketika ditemui di lokasi.

Senada dengan UM, Agung yang juga merupakan guru di sekolah tersebut merasa miris. Ia juga mengatakan beberapa kali tim dari pembangun tol datang untuk merelokasi namun tidak kunjung terjadi dikarenakan permasalahan lahan yang tak selesai-selesai.

Lahan yang sempat disetujui oleh Bupati Serang untuk relokasi SD Negeri Inpres Cikeusal, kata Agung pun gagal setelah dilakukan peninjauan ulang lantaran lahan dinilai tidak stabil.

“Ada beberapa opsi ya, waktu itu ada yang sempat sudah disetujui bu Tatu (Bupati Serang) tapi ternyata begitu ada survei lagi katanya tanahnya labil. Waktu itu sempat diusulkan juga untuk dibuat jembatan penyebrangan saja tapi setelah itu datang lagi tim turun katanya udah relokasi saja, ada beberapa tim juga turun hitung-hitung masalah katanya ini kan yang perlu dihitung hanya bagian sini, bagian sananya belum. Terakhir sih katanya pindah ke Kubang Asem tapi enggak jadi lagi,” jelas Agung.

Alasan tidak jadinya direlokasi yaitu dikarenakan ukuran lahan yang baru tak sesuai dengan ukuran lahan yang dimiliki oleh SD Negeri Inpres Cikeusal.

“Alasannya yaitu satu masalah lahannya, kita punya 2.500 terus sepakatnya enggak apa-apa nih dua ribu tapi begitu digambar hanya seribu sekian,” kata Agung.

Terkait kepastian kapan sekolah tersebut akan direlokasi, pihak sekolah hanya bisa pasrah menunggu kepastian dari PT WSP.

“Nanti nunggu lagi dari mereka kabarnya. Kalau keganggu pastinya terganggu, dari awal juga. Awalnya juga itu tanah  sekolah enggak begitu tadinya dibawah sekarang di atas. Itu yang riskan kalau misal nanti sudah operasi ya terbayang, siswa kita kan banyaknya dari arah Timur. Ke sekolah itu nyebrang riskan,” ujar Agung.

Baca Juga :  Dua Truk Proyek Tol Serpan Terbakar, Sopir Alami Luka Bakar

Tak hanya riskan bagi para murid ke sekolah yang menyebrang untuk menuntut ilmu. Menurut Agung jembatan penyebrangan juga penting untuk masyarakat sekitar.

“Belum dibangun (jembatan penyebrangan). Mungkin nanti kalau misal dibangun jembatan itu kalau tidak jadi relokasi. Tapi kalau itu sebetulnya jadi tidak jadi (relokasi) kan riskan dengan masyarakat terlepas dari sekolah ya. Masyarakat aja riskan kalau sudah beroperasi keadaan jalannya seperti itu. Apakah nanti mereka (PT WSP) ada plan apa rencana apa kita belum tahu,” kata Agung.

Jalan Tol Serang – Panimbang digadang-gadang akan menciptakan aksesibilitas yang mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di wilayah Provinsi Banten dan memiliki nilai investasi sekitar Rp8,58 triliun.

PT WSP juga sedang melakukan pembangunan untuk Seksi II Tol Serang-Panimbang Ruas Rangkasbitung-Cileles sepanjang 24,1 kilometer yang saat ini prosesnya berjalan sekitar 13,21 persen. Kemudian juga membangun Seksi III Ruas Cileles – Panimbang sepanjang 33 kilometer. Diharapkan keduanya dapat rampung pada akhir 2023 mendatang.

(Nin/Red)

 

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News