SERANG – Minat baca masyaraat harus dimulai dari desa. Mengingat, desa merupakan garda terdepan sebagai wilayah tempat masyarakat hidup dan mengembangkan potesi diri. Oleh karena itu peran perpustaan desa perlu dikelola dan dikembangkan sebaik mungkin.
Dari 326 desa yang ada di Kabupaten Serang, baru sekitar 145 desa yang memiliki perpustakaan desa. Namun dari jumlah tersebut belum memiliki tenaga pustakawan yang mampu mengelola buku dengan baik. Padahal, perpustakaan desa menjadi amanat dalam Undang Undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pada Pasal 16 poin e.
Menghadapi persoalan seperti itu, Dinas Perstakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD) Kabupaten Serang menggelar Pelatihan
Tenaga Pengelola Perpustakaan yang berlangsung
4-5 Februari 2020 di salah satu hotel di Kota Serang.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD) Kabupaten Serang Tahyudin mengharapkan peserta yang hadir dari perwakilan desa dan sekolah dapat mengelola perpustakaan dengan baik sesuai dengan kriteria perpustakaan. “Mereka juga diharapkan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari pelatihan ini, supaya masyarakat juga mau membaca” kata Tahyudin, Selasa (4/2/2020).
Sejauh ini, ia mengaku ada beberapa desa yang sudah lumayan baik dalam pengelolaan perpustakaan desa. Namun tiak menutupi bahwa mamsih banyak desa yang belum menerapkan pengelaan perpustakaan desa dengan baik. “Harapannya perpustakaan menjadi tempat yang memiliki daya tarik.”
Pengembangan perpustakaan secara inklusi, kata dia, memungkinkan kehadiran perpustakaan dapat dirasakan oleh masyarkat. “Di perpustakaan masyarakat tidak hanya belajar baca tulis, tapi keterampilan hidup sesuai dengan kondisi wilayah masing-masing. Bisa membuat sesuatu dari hasil bacaan yang ia praktikan dalam kehidupan nyata. Bisa menambah penghasilan dan taraf hidup,” kata dia.
Di tempat yang sama, Kepala Bidang Pengambangan Perpustakaan dan Pembudayaan Minat Baca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD) Kabupaten Serang, Effy Afidah menyatakan bahwa perpustakaan desa di Kabupaten Serang saat ini masih berupa embrio alias rintisan. “Belum standar nasional,” kata Effy.
Selain dari distribusi buku dan ketersediaan buku perpustakaan desa juga perlu peningkatan dari sisi tenaga pustakawan. “Kondisinya kurang maksimal ditambah tenaga yang kurang terlatih. Makanya, pelatihan semacam ini agar perpustakaan menjadi baik dan bermanfaat bagi masyarakat,” kata dia.
Bukan hanya memberikan pelatihan, pihaknya berencana akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap perpustakaan desa yang sudah hadir mengutus tenaga pustakawan. ”
Hasil pelatihan akan kami pantau, kami terus bina dengan kunjungan langsung,” jelasnya.
Pelatihan terdhadap 100 peserta yang terbagi menjadi dua sesi tersebut diharapkan menjadi bekal pengetahuan dasar bagi pustakawan desa yang terdiri dari berbagai macam latar belakang. Peserta yang hadir terdiri dari perwakilan desa dan perwakilan sekolah SMP dan MTs. Dua peserta dari Desa Pamarayan sebelumnya telah mengikuti kegiatan yang sama dan menjadi model pemgelolaan perpustakaan desa yang cukup baik.
(Advertorial)