Tradisi menjaga kebersihan badan di tengah pandemi ternyata sudah menjadi budaya pada masyarakat Banten dahulu. Pembaca mungkin masih ingat pada rumah di Banten dahulu terdapat gentong atau tempat penampung air yang diletakkan di depan rumah.
Penampung air yang ada di depan rumah tersebut ternyata bukan tanpa tujuan. Air di depan rumah tersebut berfungsi untuk mencuci tangan dan kaki penghuni rumah atau tetamu yang datang.
“Sebelum masuk rumah, mereka sudah bersih. Cuci tangan, cuci muka, cuci kaki bahkan ada yang kumur-kumur menggunakan air tersebut,” ujar Peneliti Bantennologi Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Yadi Ahyadi berbincang dengan BantenNews.co.id, Sabtu (24/10/2020).
Pada perkembangannya, rumah penduduk di Banten sebagian besar tidak lagi memiliki tempat penampungan air di depan rumah. Selain dianggap mengganggu aktivitas penghuni rumah juga dianggap tak banyak manfaatnya.
Tradisi menyimpan air di depan rumah, menurut pria yang akrab disapa Abah Yadi tersebut masih lestari di tengah masyarakat adat Kanekes, Lebak, Banten. “Di Baduy itu mereka masih ada tempat penyimpanan air terbuat dari bambu besar untuk mencuci tangan, kaki dan berkumur,” ujarnya.
Selain budaya mencuci tangan pada masyarakat Banten dahulu, ada juga upacara penyambutan tamu yang hilang pada saat ini yakni nyirih atau nginang. Tamu disuguhi sirih yang sudah dicampung dengan kapur, tembakau dan pinang. “Itu semua mengandung antioksidan,” kata Yadi.
Di Banten sendiri, menurut beberapa catatan pernah mengalami beberapa kali pandemi. Mulai dari masa Kesultanan Banten yang dikenal dengan wabah pernapasan. Kemudian wabah malaria pada masa Orde Lama.
Pada masing-masing zaman memiliki cara untuk mengusir wabah. Di Kota Serang pernah ada tradisi Gotong Petekong. Ritual ini dilakukan orang Tionghoa dengan cara mengarak Patung Dewi Kwan Im saat terjadi wabah penyakit di Banten. Ritual itu kini sudah tidak ada.
Kemudian Banten Utara pernah diterpa wabah malaria pada 1953. Wilayah yang terdampak parah yakni Kecamatan Pontang dan Ciruas, wilayah administratif Kabupaten Serang saat ini. Sebanyak 4-10 orang meninggal dunia tiap harinya. (you/red/SG)