Beranda Pendidikan Begini Awal Mula Sistem Kalender Masehi

Begini Awal Mula Sistem Kalender Masehi

BANTEN – Terlepas dari perayaan tahun baru, tahukah kamu bagaimana asal muasal kalender Masehi yang menjadi salah satu patokan sistem penanggalan saat ini?
Dilansir dari jurnal berjudul Studi Komparasi Sejarah dan Aturan Kalender Masehi: Julian dan Gregorian yang ditulis M. Saifulloh, dkk, sistem penanggalan kalender Masehi
berasal dari sistem penanggalan kalender Romawi kuno. Adapun sistem penanggalan kalender Romawi Kuno mengacu pada gerakan bulan.

Kalender Romawi digunakan pada zaman kekuasaan Romulus, pendiri Romawi pada abad ketujuh SM. Acuan dari sistem penanggalan ini didasarkan pada siklus bulan. Kemudian, sistem penanggalan Romawi ini beralih ke siklus bulan dan matahari.

Siklus ini mendorong penambahan bulan ke-12 setiap dua atau tiga tahun sekali. Penambahan bulan ke-12 ini dilakukan untuk menyamakan kalender dengan pergantian musim yang diakibatkan peredaran semu matahari. Satu tahun terdiri dari 366 hari.

Bulan pertama pada sistem penanggalan Romawi diawali dengan bulan Maret. Bulan Maret dipilih sebagai bulan pertama karena posisi matahari yang berada di titik Aries.

Namun, perhitungan ini ternyata tidak akurat. Pasalnya, Pontiffs selaku pendeta terlambat melakukan penghitungan dari yang seharusnya. Keterlambatan ini hingga tiga bulan lamanya.

Kejanggalan lain pada sistem penanggalan ini tidak berhenti di situ. Posisi matahari yang berada di titik Aries seharusnya terjadi Maret, tetapi fenomena ini terjadi hingga memasuki Juni. Hingga pada 47 tahun SM, Julius Caesar menerima saran dari seorang ahli astronom Sosigenes sewaktu mengunjungi Alexandria, Mesir.

Ia diberikan saran agar banyaknya hari disesuaikan panjang satu tahun Syamsiyah yakni 365,25 hari. Penyesuaian dilakukan dengan memotong 90 hari dari kalender tradisional Romawi. Artinya, 23 hari di Februari dan 67 hari pada November dan Desember.

Baca Juga :  Cagar Budaya Bekas Rumah Dinas Multatuli Tidak Terurus

Kalender Julian: Perbaikan Kalender Romawi
Pada 45 tahun SM, kalender Romawi kemudian dapat selaras dengan pergantian musim. Raja Julius Caesar melakukan pembaruan terhadap kalender Romawi yang dirombak menjadi kalender solar (Syamsiah).

Adapun satu tahun pada sistem kalender ini 365,35 hari. Sistem ini kemudian membagi tahun menjadi dua yakni tahun pendek (basithah), yang terdiri dari 365 hari serta tahun panjang (tahun kabisat), yang terdiri 366 hari. Adapun perbedaan satu hari ini ditemukan pada Februari.

Sistem penanggalan ini kemudian dikenal dengan kalender Julian. Perombakan tidak hanya terjadi pada sistem penghitungan, tetapi juga penamaan bulan. Perombakan nama bulan ini dilakukan pada 8 Masehi bulan Agustus.

Adapun penamaan bulan-bulan ini seperti yang digunakan hingga saat ini. Mulai Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November, dan Desember. Panjang hari setiap bulan juga sama seperti yang digunakan hingga saat ini.

Kalender Julian digunakan sebagai patokan sistem penanggalan kaum Kristen. Ketetapan kalender mereka mengikuti angka tahun kelahiran Isa al-Masih. Alhasil, sistem kalender Kristen saat ini dikenal dengan kalender Masehi.

Sistem penanggalan Masehi sebenarnya merupakan kalender Gregorius. Kalender Gregorius atau Gregorian kerap digunakan oleh orang barat. Adapun sistem kalender ditemukan oleh Paus Gregorius XIII. Sementara kalender ini mulai dikenal publik berkisar tanggal 4 dan 15 Oktober 1582.

Sistem penanggalan ini merupakan hasil perbaikan dari kalender Julius. Perbaikan ini digagas Aloysius Lilius dan Napoli-Italia, yang kemudian disetujui Paus Gregorius XIII.

Kalender Gregorian merujuk pada sistem perhitungan Masehi yang dimulai dari lahirnya Isa al-Masih. Oleh karenanya, kalender ini mendapat sebutan kalender Masehi karena dirujuk pada Isa al-Masih.

Penggagas sistem penanggalan kalender Gregorian, Paus Gregorius XIII kemudian melakukan sejumlah koreksi terhadap perhitungan kalender yang saat itu masih digunakan yang tak lain ialah kalender Julian.

Baca Juga :  Nadiem Makarim Sebut Skripsi Tak Lagi Wajib untuk Kelulusan Mahasiswa, Tapi...

Koreksi ini dilakukan bersama Christopher Clavius selaku ahli perbintangan serta Aloysius Lilius seorang ahli matematika. Adapun koreksi perhitungan tersebut meliputi sebagai berikut.

Pemotongan 10 hari dari kalender yang saat itu sedang berlangsung
Tahun kabisat bukan tahun yang habis dibagi empar tetapi tahun yang habis dibagi 400
Perbaikan ini tidak berjalan mulus karena mendapat pertentangan dari masyarakat. Koreksi ini baru mendapat penerimaan dari masyarakat setelah kurang lebih tiga abad lamanya.

Dilansir dari situs resmi Direktorat Guru Pendidikan Dasar, sistem kalender ini akhirnya diterima negara-negara penganut Kristen-Katolik termasuk Italia, Spanyol, dan Portugal.

Di Indonesia, kalender Gregorius resmi digunakan pada 1910. Pemakaian sistem kalender di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang Wet op het Nederlandsch Onderdaanschap. Sebelum menggunakan kalender Masehi, Indonesia menggunakan sistem penanggalan Hijriah hingga awal abad ke-20.

 

Tim Redaksi

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News