Vandalisme dan Etika Terhadap Lingkungan

Oleh Jumyadi 

Di Indonesia etika lingkungan bukanlah sesuatu hal yang baru. Jauh sebelum zaman ini, nenek moyang kita telah banyak mempraktekan bagaimana cara merawat dan menghargai lingkungan sebagaimana dicontohkan masyarakat tradisional Baduy, Dayak, Asmat dan lain sebagainya. Mereka sangat peka terhadap lingkungannya. Memperhatikan setiap ancaman yang akan mengganggu dan merusak lingkungan mereka. Udara, air, tanah dan tumbuhan dijaga dengan baik sebagai warisan nenek moyang yang kemudian akan diwariskan kembali kepada generasi berikutnya. Mereka tidak ingin mewariskan kerusakan kepada penerus-penerusnya.

Etika lingkungan mempersoalkan prilaku manusia terhadap alam dan juga mengenai hubungan manusia dengan seluruh kehidupan semesta, yaitu hubungan sesama manusia yang berdampak terhadap alam serta hubungan manusia dan kehidupan lain ataupun dengan keseluruhan komponen alam. Sebagi pelaku moral, manusia mempunyai kewajiban moral untuk menghormati kehidupan, baik pada manusia maupun pada makhluk lain dalam komunitas ekologis seluruhnya. Manusia berkewajiban menghargai hak semua mahluk hidup untuk berada, hidup, tumbuh dan berkembang secara alamiah.

Sebagai perwujudan nyata, manusia perlu memelihara, merawat, menjaga, melindungi dan melestarikan alam beserta seluruh isinya. Manusia tidak boleh merusak dan menghancurkan alam beserta seluruh isinya tanpa alasan yang benar. Alam dan seluruh isinya juga berhak untuk dicintai, disayangi dan mendapat kepedulian manusia.

Namun masih banyak kita jumpai berbagai masalah lingkungan mulai dari pencemaran udara, air, tanah dan hal lainnya yang dapat mengganggu dan merusak ekosistem. Padahal semua itu adalah komponen penting untuk keberlangsungan mahluk hidup yang seharusnya kita jaga dengan baik. Semakin hari kondisi lingkungan

Asap kendaraan bermotor menusuk hidung menyesakkan dada. Aroma busuk sampah menambah sesak ruang oksigen kita. Bukit-bukit yang dulu menyejukan kini berganti dengan gersangnya lahan. Suhu bumi semakin hari semakin panas. Sampah berserakan menghiasi tepian jalan, aliran sungai keruh dengan oroma yang tak sedap.

Tidak hanya itu, vandalisme di dinding-dinding beton ulah tangan-tangan tidak bertanggungjawab ikut mewarnai rusaknya lingkungan kita. Berkali-kali dinding di cat ulang, berkali-kali pula orang tidak bertanggungjawab mengotorinya dengan tulisan-tulisan yang tidak jelas. Bahkan kata-kata yang sangat tidak pantas.

Gambar 1: Vandalisme di dinding gedung

Dalam hal ini pemerintah bukan hanya harus mengeluarkan kebijakan, tetapi juga harus tegas dalam menindak setiap orang yang mengganggu dan merusak lingkungan. Karena jika hanya kebijakan tanpa tindakan, itu tidak membuat jera pelaku. Kita sebagai mahluk yang bermoral harus sedikit demi sedikit menuju sadar akan pentingnya mencintai, menjaga dan melestarikan lingkungan demi keberlangsungan mahluk hidup lainnya. Dan untuk itu, perlu adanya penyuluhan khusus terkait etika terhadap lingkungan.

Sejatinya, manusia menginginkan keindahan kenyamanan dan ketenangan dalam hidup, namun mereka sendiri yang merusak keindahan, kebersihan, kenyamanan dan ketenangan itu  sendiri.

Bagikan Artikel Ini