Kota Tangerang Selatan baru diresmikan pada 29 Oktober 2008 oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto. Dapat dikatakan bahwa tarian ini adalah tarian yang baru dibuat pasca terbentuknya Kota Tangerang Selatan. Tarian ini merupakan cerminan kondisi dan potensi besar yang dimiliki Kota Tangerang Selatan dalam memproduksi Anggrek Vanda Douglas atau sering disebut Pandoglas.
Pada mulanya, kesenian tari ini bernama Nong Pandoglas, hingga pada akhirnya nama itu diubah menjadi tari Nong Anggrek. Berawal dari seorang perempuan yang dipanggil dengan sebutan “Nong”. Hal itulah yang mendasari pemilihan nama depan tarian ini. Sedangkan “Anggrek”, diambil dari nama bunga anggrek yang menjadi komoditi sekaligus ikon Tangerang Selatan.
Tarian ini mulai dikenal sejak 2010 dan dibentuk dengan penuh filosofi, mulai dari gerakan, hingga pakaian para penarinya. Sesuai dengan namanya, gerakan tarian ini merefleksikan kehidupan bunga Anggrek jenis Vanda Douglas, yang banyak dibudidayakan di Kota Tangsel. Gerakan yang melambai, menggambarkan bunga anggrek yang terkena angin, ditambah gerak bunga anggrek mekar, hingga gerak tumbuhan yang ada di atas permukaan situ (danau)
1. Filosofi penari
Tari Nong Anggrek selalu dibawakan oleh tujuh penari yang cantik jelita. Berfilosofi dari Bunga Anggrek Vanda Douglas itu terdiri dari tujuh hinggga 10 bunga tiap tangkai, tapi setiap panen itu adalah tujuh. Selain dari itu Tangsel memiliki 7 situ, jadi ketika rok penari mekar adalah mencerminkan situ-situ di Tangsel, itulah yang menjadi filosofi dari jumlah penari
2. Filosofi kostum
Dari segi kostum pun juga memiliki makna. Mengambil filosofi dari Kota Tangsel yang masyarakatnya kebanyakan terdiri dari 4 etnis, yaitu Etnis Betawi, Jawa, Sunda dan Tionghoa. Pemilihan warna kostum juga memiliki makna dalam setiap warna yang ada.
Biru menggambarkan sumber daya air berupa situ (serupa danau) yang banyak terdapat di wilayah Tangerang Selatan, warna biru juga melambangkan ketenangan dan kesejukan.
Hijau lekat dengan sejarah wilayah Tangerang Selatan yang dahulu dipenuhi perkebunan karet dan tanaman bambu dan warna hijau mengandung makna kesejahteraan.
Warna lainnya yaitu merah muda yang bermakna keterbukaan sekaligus ketenangan dalam menyikapi setiap permasalahan. Selain itu merah muda juga melambangkan potensi perkebunan tumbuhan anggrek Vanda Douglas sebagai komoditi unggulan dari kota Tangerang Selatan.
3. Filosofi musik
Gambang kromong ialah alat musik khas Betawi. Namun, pada tarian ini, irama musik disajikan secara berbeda, yakni lebih sarat nuansa Sunda. Inilah yang membuat gambang kromong menjadi musik yang khas, sekaligus berbeda dengan versi Betawi.
Perbedaan itu dirasa cukup beralasan. Pasalnya, kedekatan Tangerang Selatan dengan kebudayaan Betawi menjadikan kota ini lingkar luar kebudayaan Betawi, kendati secara administratif berada di bawah provinsi Banten yang juga pernah menjadi provinsi Jawa Barat.Meskipun secara irama berbeda, namun alat musik yang digunakan hampir sama, yaitu gambang, kromong, gong, gendang, suling, krecek, sukong, dan tehyan.
Tarian Nong Anggrek disajikan dengan indah sebagai gambaran bunga anggrek, melalui kombinasi gerakan kaki mumutar dan meloncat bersamaan dengan tangan mengepakkan dan mengibaskan rok yang dikenakan para penari
4. Gerakan Tari Nong Anggrek
Pada fase pertama penari mulai membentuk posisi bunga anggrek.
Fase kedua diwarnai gerakan melompat yang digabungkan dengan gerakan tangan para penari.
Fase ketiga gerakan mengayun, pemilihan gerak yang menggambarkan naik turunnya perekonomian di Tangerang Selatan.
Fase keempat bercirikan motif gerakan berombak.
Fase kelima yang menggunakan gerakan lemah gemulai anggrek. Hingga akhirnya, Nong Anggrek memasuki bagian puncak atau adegan pamungkas yang sekaligus menjadi bagian inti dari tari Nong Anggrek.
Fase keenam adalah gerakan lenggang anggrek. Gabungan gerak tangan yang direntangkan, ditambah dengan gerakan memutar badan ke arah kanan, dikombinasikan dengan gerakan melompat bersamaan dengan gerak kaki.
Seluruh gerakan dalam tari Nong Anggrek, tersaji secara harmonis bersama unsur musik yang khas. Sehingga membuat tarian ini tak sekedar indah, tetapi juga menjadi simbol keberagaman. Tarian ini ditutup oleh mekarnya simbol bunga anggrek yang tersemat di kepala para penari.
Sumber gambar :https://sanggar-tari-ragam-budaya-nusantara.business.site/