Strategi dan Metode Dakwah ala Abu Bakar Ash Shiddiq

Oleh : Aprillia Putri Setiyani
Program Studi Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dakwah secara bahasa artinya memanggil, mengundang, ajakan, imbauan dan hidangan. Dakwah juga bisa diartikan sebagai seruan atau ajakan. Agama Islam disebarkan salah satunya melalui jalur dakwah. Tujuan dakwah dalam Islam paling utama adalah menegakkan amar makruf nahi mungkar agar umat manusia berada di jalan yang lurus.

Abdullah bin Abu Quhafah atau yang lebih dikenal dengan Abu Bakar Ash-Shiddiq, adalah salah satu pemeluk Islam awal, salah satu sahabat utama Nabi, dan khalifah pertama yang dibaiat sepeninggal Nabi Muhammad. Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar Ash-Shiddiq meneruskan perjuangan memimpin umat Islam.

Macam-Macam Metode Dakwah Abu Bakar Ash-Shiddiq

  1. Metode Dakwah Bil-Lisan (Pidato Abu Bakar ash-Shiddiq dalam Menggunakan Metode Dakwah)

Abu Bakar ash-Shiddiq yang begitu taat, pecinta yang begitu mengasih, menginginkan kehidupan yang baik untuk siapa pun. Setelah Abu Bakar dibaiat di Saqifah, Abu Bakar mulai berpidato dan setelah memuji Allah Pemilik segala pujian, beliau berkata: “Amma badu, hai sekalian manusia sesungguhnya aku telah dipilih sebagai pimpinan atas kalian dan aku bukanlah yang terbaik, maka jika aku berbuat kebaikan, bantulah aku, dan jika aku bertindak keliru, maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sementara dusta adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya insya Allah. Sebaliknya siapa yang kuat di antara kalian, maka dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali aku timpakan kepada mereka kehinaan, dan tidaklah suatu kekejian tersebar di tengah suatu kaum kecuali azab Allah akan ditimpakan kepada seluruh kaum tersebut. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya.Tetapi jika aku tidak mematuhi keduanya, maka tiada kewajiban taat atas kalian terhadapku. Sekarang berdirilah kalian melaksanakan shalat, semoga Allah merahmati kalian.(Al-Hafizh ibnu katsir, 2002: 58).

  1. Metode Dakwah Bit-Tadwin (Pengumpulan al-Quran)

Pengumpulan ayat-ayat al-Quran pada masa pemerintahan Abu Bakar merupakan strategi dakwah. Dalam perang Yamamah dalam misi menumpas nabi palsu Musailamah Al-Kadzdzab, banyak sahabat penghafal Al-Quran yang gugur dalam peperangan tersebut. Keadaan tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan umat Islam akan habisnya para penghafal Al-Quran karena gugur di medan peperangan. Oleh karena itu Umar bin Khathab mengusulkan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-ayat al-Quran yang tertulis di berbagai media seperti pelepah kurma, tulang onta, dan lain-lain yang disimpan oleh para sahabat. Pada awalnya Abu Bakar agak berat melaksanakan tugas tersebut, karena belum pernah dilakasanakan pada masa Nabi Muhammad SAW. Namun, karena alasan Umar bin Khabtab yang rasional, yaitu banyaknya sahabat penghafal al-Quran yang gugur di medan pertempuran dan dikhawatir akan habis seluruhnya, akhirnya Abu Bakar menyetujuinya. Abu Bakar menugaskan kepada Zaid bin Sabit, penulis wahyu pada masa Nabi Muhammad SAW, untuk mengerjakan tugas pengumpulan itu. (Rizem Aizid , 200-201).

  1. Metode Dakwah Bil-Yad (dengan Tangan)

Kata tangan dapat diartikan sebagai kekuatan kekuasaan Khalifah Abu Bakar mengunakan kekuatan kekuasaan sebagai strategi dakwah kepada orang-orang yang membangkang. Dakwah Memerangi Orang Ingkar Membayar Zakat.

Abu Bakar juga mengaskan tekadnya untuk memerangi orang yang enggan membayar zakat seraya berkata: “Demi Allah aku akan memerangi siapa pun yang memisahkan sholat dengan zakat. Zakat adalah harta dikatakan kecuali dengan alasan” (Haekal, 2015:89). Abu Bakar juga menggunakan kekuatan kekuasaan untuk menumpas nabi palsu, kaum murtad dari agama Islam, dan dakwah ke wilayah Irak dan Syria.

  1. Metode Dakwah Bil-Hal (Kelembagaan)

Dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, Abu Bakar membentuk kelompok  untuk mengurus tugas masing-masing dalam pemerintahan,antara lain ada :

1) Mentri keuangan yang mengurus Baitul Mal (Abu Ubaidah al-Jarah )

2) Kementrian atau Departemen Kehakiman (Umả bin al-khotob dan Abu Bakar)

3) Sekertaris (Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib atau Utsman bin Affan).

4) Lembaga Pertahanan dan Keamanan (Khalid bin Walid, Musanna bin Harisah, Amr bin Ash, dan Zaid bin Sufyan)

Untuk memperlancar jalannya pemerintahan di bidang eksekutif Abu Bakar mendelegasikan tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun di daerah kepada sahabat lain. Misalnya, untuk pemerintahan pusat ia menujuk Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai bendaharawan. Untuk daerah-daerah kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi-provinsi dan untuk setiap provinsi ditujuk seorang amir (Dedi, 2008:70).

  1. Metode Usawatun-Hasanah (Keteladanan)

Dalam Bahasa Arab “keteladaan” . Abu Bakar menerapkan metode ini dalam dakwah islamnya baik sebelum menjadi khalifah maupun setelah menjabat sebagai khalifah. Selain sopan dan santun, Abu Bakar ash-Shiddiq juga terkenal tawadhu dan rendah hati. Ia seorang pekerja keras sejak dahulu. Sebagai pengusaha sukses sejak sebelum Islam datang. Abu Bakar pada mulanya adalah orang kaya. Ia menafkahkan semua hartanya untuk perjuangan Nabi Muhammad SAW. dan Islam. Abu Bakar merasa bahagia menafkahkan hartanya itu sehingga lupa bahwa ia sudah miskin. Ia juga masih melakukan pekerjaan-pekerjan orang kecil seperti memerah susu, meskipun ia adalah pemimpin umat Islam. Abu Bakar yang rendah hati bukan karena ia tidak punya apa-apa, tetapi justru ia memiliki segalanya (Hidayatullah, 2014:122)

Semasa menjadi Khalifah, Beliau memiliki beberapa konsep dakwah seperti dakwah dengan lemah lembut, tegas, mengumpulkan mushaf Al-Quran, keteladanan, dakwah melalui ekspansi, melalui perilaku beliau dan pidato. Seluruhnya dapat dinikmati oleh peradaban manusia di masa sekarang adalah usaha Abu Bakar dalam mengumpulkan mushaf Al-quran. Hingga saat ini menjadi satu-satunya kitab suci yang dijadikan sebagai pedoman seluruh umat Islam yang ada di muka bumi ini.  Konsep dakwah yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq masih cocok jika digunakan di zaman sekarang. Dikarenakan  Abu Bakar menggunakan konsep dakwah sebagai upaya mengatur masyarakat baik muslim dan non muslim maupun kelompok lain. Pada masa khalifah Abu Bakar, kelompok masyarakat terdiri dari berbagai macam agama, tidak semua masyarakat memeluk agama Islam. maka kondisi tersebut tidak berbeda dengan kondisi masyarakat pada saat ini, masih banyak masayarakat yang belum memeluk agama Islam dan menyeleweng dari ajaran. Jadi InsyaAllah konsep dakwah Abu Bakar masih cocok apabila diterapkan di zaman sekarang.

Bagikan Artikel Ini