Sisi Gelap Terangnya Gender

    Oleh: Fayad Dzikrul Rachman

Berbicara soal gender tentunya bukan hal yang tabu lagi untuk dibicarakan, maraknya gerakan dan tuntutan terkait dengan keadilan dan kesetaraan gender antara kaum laki-laki yang cenderung maskulin dan perempuan yang juga cenderung feminism telah digembor-gemborkan di seluruh dunia, di Indonesia sendiri, keadilan dan kesetaraan gender ini mulai di perjuangkan sejak masa R.A. Kartini, dimana beliau dikenal sebagai tokoh emansipasi oleh masyarakat, dan dengan dasar ini kemudian R.A Kartini menjadikan emansiapasi sebagai ujung tonggak kebebasan perempuan Indonesia untuk mengeyam pendidikan yang setara dengan kaum laki-laki.

Beliau ingin mendobrak kontruksi masyarakat yang beranggapan bahwa yang pantas menerima pendidikan hanyalah laki-laki semata, baginnya, perempuan pun layak dan harus untuk mendapatkan pendidikan, karena ia berfikir tanpa pendidikan, perempuan tidak akan maju. Dalam hal mengurusi rumah tangga pun, jika perempuan tidak memiki pendidikan ia tidak akan bisa mengurusi rumah tangga yang baik, bahkan yang lebih parahnya lagi jika perempuan tidak mengeyam pendidikan, ia akan sulit melahirkan generasi yang berkualitas.

Meskipun sudah memberikan upaya untuk meningkatkan rasa keadilan dan kesetaraan gender yang sudah mengakar sejak zaman manusia purba, pun belum mampu mengubah diskrimanasi terhadap gender itu sendiri, streotip-streotip yang menempatkan perempuan adalah makhluk yang lemah di bandingkan dengan laki-laki terus lahir dan berkembang, sehingga menyebabkan ketidakadilan gender terus muncul di kalangan masyarakat. Budaya patriarki yang mengakar terus mendorong kaum perempuan untuk selalu tertindas dan tereksploitasi.

Dengan tulisan yang singkat ini, penulis akan berusaha menjabarkan mengenai sisi gelap dan terangnya gender dalam tatanan social. Metode dan pendekatan yang akan penulis gunakan yaitu dengan cara menggunakan metode pendekatan literature. Dimana sumber data yang tercantum berasal dari kajian-kajian literature yang kemudian penulis peroleh dari sumber-sumber literature yang berkaitan dengan pembahasan yang akan dipaparkan.

Sebelum jauh masuk ke pembahasan, kita perlu terlebih dahulu mengetahui dasar yang akan kita bahas yaitu gender, gender sendiri ialah perspektif atau cara pandang manusia terhadap perempuan atau laki-laki yang bukan didasarkan pada perbedaan lawan jenis secara kodrat biologis. gender dalam aspek kehidupan manusia memberikan warna terhadap perbedaan antara perempuan dan laki-laki termasuk memberikan warna dalam kehidupan social dimana kedudukan perempuan selalu dianggap lebih rendah daripada laki-laki. Misalnya, perempuan itu dikenal lemah lembut, emosional, cantik atau keibuan. Sementara itu laki-laki dianggap kuat, jantan, rasional, perkasa, gagah. Ciri dari sifat itu sendiri merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Maksudnya ada saja laki-laki yang memiliki sifat keibuan, emosiaonal, lemah lembut smentara ada juga perempuan yang rasional, kuat dan perkasa.

Dalam hal jenis kelamin dan gender. HT Wilson memahami gender sebagai dasar untuk menentukan pengaruh budaya dan kehidupan serta faktor kolektif dalam pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Agak sejalan dengan pandangan yang dikutip oleh Showalther, yang mendefinisikan gender bukan hanya sebagai perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam konstruksi sosial dan budaya, tetapi juga menekankan bahwa gender adalah konsep analitis yang dapat kita gunakan untuk menjelaskan hal-hal tertentu (gender is an analisis Konsep seksualitas) Konsep yang kami upayakan untuk memperjelas maknanya dan topik yang terus kami pelajari saat kami mencoba mendefinisikannya).

Gender dan seks merupakan dua hal yang berbeda, karena seks atau jenis kelamin merupakan sifat alamiah. While gender ialah peran yang dibentuk oleh keadaan di masyarakat, sosial, dan budaya. Gender menekankan pada aspek maskulinitas dan feminitas seseorang dalam budaya tersebut pada hakikatnya. Gender merupakan kontruksi yang dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, dan dilegitiminasi secara sosial dan budaya, yang dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, dan dilegitiminasi secara sosial dan budaya.

Gender sendiri merupakan kajian yang tergantung dari aspek maskulinitas (masculinity) dan feminitas (feminity) seseorang. Peran gender tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan identitas dan beraneka karakteristik yang diasumsikan masyarakat kepada laki-laki dan perempuan lebih dari sekedar perbedaan fisiologis saja, tetapi merambah ke segala nilai, So Perbedaan gender ini melahirkan bermacam-macam ketidakadilan.

Dalam kajian gender, selanjutnya kita juga akan membahas tentang kesetaraan gender, dimana kesetaraan gender ini memiliki makna terealisasinya kesamaan kondisi bagi perempuan dan laki-laki untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya manusia agar mampu berperan dan ikut andil dalam menikmati hasil pembagunan

Kesetaraan gender adalah penciptaan kondisi yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk memiliki kesempatan dan hak yang sama sebagai manusia sehingga mereka dapat berperan dan berpartisipasi dalam pembangunan politik, ekonomi, masyarakat, budaya, pendidikan, pertahanan dan keamanan untuk memperoleh manfaat dari hasil pembangunan tersebut.

Kesetaraan gender juga dikenal sebagai kesetaraan gender yang mengacu pada gagasan bahwa laki-laki dan perempuan harus diperlakukan sama dan tidak boleh didiskriminasi berdasarkan jenis kelamin kecuali karena alasan biologi.

Gerakan untuk kesetaraan antara laki-laki dan perempuan disebut feminis, Feminisme secara umum adalah gerakan perempuan yang menolak semua yang terpinggirkan ditundukkan dan didegradasi oleh budaya mainstream baik secara politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial secara umum. Gerakan feminisme adalah gerakan untuk persamaan hak antara laki-laki dan perempuan.

Gerakan kesetaraan gender. Menurut The New Encyclopedia of Britanica menyatakan: ” Feminism is a belief largely rooted in the West’s socioeconomic and political equality of the sexes represented throughout the world. by various organizations committed to action in promoting women’s rights. (Feminisme adalah kepercayaan yang berasal dari Barat tentang kesetaraan sosial ekonomi dan politik antara laki-laki dan perempuan yang disebarkan ke seluruh dunia melalui organisasi yang bekerja atas nama hak dan kepentingan perempuan).

Di masa lalu laki-laki pada dasarnya adalah kepala rumah tangga yang hanya fokus hidup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Meski secara binheren perempuan adalah ibu rumah tangga yang hanya fokus pada pekerjaan rumah tangga, memasak mengasuh anak dan melayani. sulit bagi perempuan untuk menjadi perempuan yang bertanggung jawab dalam bekerja. Namun di zaman sekarang ini banyak wanita yang bekerja dan berkarir karena menyadari bahwa mereka tidak bisa hanya mengandalkan suami.

Saat ini anyak perusahaan yang memuka lowongan untuk wanita dengan kriteria tertentu hal ini isa diseut kesetaraan gender sudah mulai terwujud. Bahkan elakangan ini lowongan kerja untuk perempuan telah anyak dipulikasikan menghilangkan konotasi lemah perempuan dalam udaya Jawa kuno.

Adanya pemerataan ini berdampak positif :

• Perekonomian keluarga berjalan baik karena suami mencari nafkah istri menambah penghasilan keluarga.

• Dalam kasus lain perempuan dapat mentransfer pengetahuan mereka ke beragai bidang.

• Dampak lainnya adalah membantu Anda mendapatkan kepercayaan diri dan menjaga penampilan Anda. Dalam bekerja perempuan harus percaya diri agar potensi yang ada dalam dirinya keluar. Dan di tempat kerja wanita harus menjaga penampilannya karena banyak orang yang mencermatinya.

Namun budaya kesetaraan gender perempuan di tempat kerja juga berdampak negatif pada individu itu sendiri dan keluarganya antara lain:

1. Untuk anak-anak

Biasanya wanita sibuk bekerja seharian di kantor atau di perusahaan, selepas pulang dari pekerjaannya ia merasa lelah, jadi tidak Banyak berkomunikasi dengan anak apalagi untuk bermain dengan anak, sehingga membuat anak kurang tertarik untuk diasuh oleh ibunya. Anak akan menemukan kesenangan di luar keluarga tanpa pengawasan yang ketat sehingga dikhawatirkan anak akan bebas bersosialisasi.

2. Kepada Suami

Dibalik kebanggaan seorang suami ada istri yang berkarir, namun di dalam hatinya ia juga memiliki kekhawatiran. Perasaan ini bisa datang dari beberapa hal seperti seorang wanita yang sibuk dengan pekerjaannya dan memiliki beberapa masalah atau masalah di kantor sehingga dia takut hal ini akan terlarut-larut dalam keluarga yang menyebabkan putusnya hubungan. masalah.Kurangnya komunikasi yang mendalam juga dapat menyebabkan kurang harmonisnya suami dan istri.

3. Terhadap masyarakat

Opini publik tentang perempuan dalam pekerjaan yang berbeda, Beberapa berpikir itu baik dan beberapa tidak. Pandangan positifnya adalah bahwa wanita juga dapat membantu suami mereka secara finansial dalam keluarga. Sementara anggapan negatif muncul tentang pekerjaan yang mereka lakukan baik atau tidaknya pekerjaan itu mereka dianggap tidak mampu mengasuh anak dan suaminya dengan baik yang kerap menjadi perbincangan warga.

Dari pemaparan di atas, bisa kita lihat bagaimana gender ini bisa mengarahkan kita kepada sisi gelap gelapnya gender atau malah sebaliknya, Kesetaraan gender saat ini memiliki efek positif dan negatif. Tidak dapat dipungkiri bahwa kesetaraan gender telah terjadi di bidang sosial budaya politik dan ekonomi. Konsep kesetaraan, gender berfokus pada situasi di mana tidak ada individu yang ditolak aksesnya ke hak-hak ini berdasarkan gender mereka. Kesetaraan gender juga menciptakan kesempatan yang sama bagi setiap orang laki-laki dan perempuan di bidang yang berbeda.

DAFTRA PUSTAKA

Yuni Sulistyowati, “Kesetaraan Gender Dalam Lingkup Pendidikan Dan Tata Sosial,” Indonesian Journal of Gender Studies 1, no. 2 (2020): 1–14, http://jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/ijougs/article/view/2317/1556.

Nurlaela Isnawati, “Gelap Terang Kartini,” Araska, 2019 hal 10

Sulistyowati, “Kesetaraan Gender Dalam Lingkup Pendidikan Dan Tata Sosial.”

https://www.kompasiana.com/nisaistiani3859/6193d3ff06310e357f15dbd2/dampak-positid-dan-negatif-kesetaraan-gender-dalam-budaya-jawa

Bagikan Artikel Ini