April 2025 – Indonesia
Siapa sangka, kulit jeruk yang biasa dibuang atau kulit pisang yang terlupakan di tong sampah, ternyata menyimpan “harta karun” yang sangat berharga bagi industri makanan. Apanya yah yang kira-kira berharga???
yapss namanya adalah pektin, dimana pektin merupakan senyawa alami yang kini menjadi sorotan sebagai pengganti bahan aditif sintetis dalam berbagai produk pangan. Pektin adalah salah satu jenis dari golongan hidrokoloid atau kelompok zat yang dapat membentuk gel atau larutan menjadi kental ketika bercampur dengan air. Di dunia pangan, hidrokoloid adalah pahlawan tak terlihat: mereka membuat selai jadi padat sempurna, permen kenyal menggoda, dan saus salad tetap halus dan stabil.
Dari tadi kita ngomongin pektin dan hidrokoloid, emang beda??
Jadi hidrokoloid merupakan komponen polimer yang berasal dari sayuran, hewan, atau mikroba yang umumnya memiliki kemampuan menyerap dan mengikat air (Herawati, 2018). Hidrokoloid banyak digunakan dalam industri makanan untuk menghasilkan berbagai fungsi termasuk mengentalkan dan membentuk gel, menstabilkan busa, mengemulsi dan mendispersi, menghambat pembentukan es dan kristal gula, pembentukan dan pelepasan rasa yang terkendali, dan lainnya (Gao et al, 2020).
Sedangkan pektin menurut Husni et al. (2021), adalah senyawa polisakarida yang larut dalam air dan merupakan asam-asam pektinat yang mengandung gugus-gugus metoksil. Fungsi utamanya sebagai bahan pengental dan pembentuk gel. Jadi pektin ini masuk kedalam salah satu jenis hidrokoloid karena fungsinya sebagai pengental dan pembentuk gel.
Yang menarik, pektin tidak harus berasal dari pabrik besar. Di lingkungan sekitar kita, ia tersembunyi di balik kulit buah-buahan lokal seperti jeruk, apel, pisang, bahkan kulit buah naga dan pepaya. Dengan teknik sederhana seperti perebusan dalam larutan asam, pektin bisa diekstrak dan dikeringkan menjadi bubuk multifungsi yang siap pakai.
Di era di mana masyarakat semakin peduli pada kesehatan dan keberlanjutan, pektin dari bahan alami menjadi pilihan ideal. Ia berperan bukan hanya sebagai pengental alami, tapi juga sebagai serat larut yang baik untuk sistem pencernaan.
Bahkan, tren makanan sehat dan clean label (produk bebas bahan kimia sintetis) mendorong banyak industri untuk mulai melirik pektin lokal sebagai solusi inovatif. Selain sehat dan aman, pektin juga membantu mengurangi ketergantungan pada bahan impor — membuka peluang bagi industri rumahan, UMKM, hingga startup pangan berkelanjutan.
Berikut proses pembuatan pektin dari limbah kulit jeruk (Arimpi dan Setianty, 2019)
1) Persiapan Bahan Baku
Kulit jeruk dicuci, dipotong kecil (±0,5 cm), lalu dikeringkan dalam oven suhu 60°C. Setelah kering, kulit jeruk dihancurkan hingga menjadi serbuk.
2) Ekstraksi Pektin
Sebanyak 25 gram serbuk kulit jeruk dicampur dengan 750 ml larutan H₂SO₄ 0,050 N. Campuran dipanaskan dalam ultrasound bath bersuhu 70°C selama 30 menit, lalu disaring untuk diambil cairannya (filtrat).
3) Pengendapan Pektin
Filtrat yang sudah dingin dicampur etanol (75%, 85%, atau 95%) dengan perbandingan 1:1, lalu didiamkan selama 14–20 jam. Endapan pektin yang terbentuk disaring.
4) Pencucian Pektin
Endapan pektin dicuci berulang kali dengan etanol 96% hingga bebas asam (ditandai dengan larutan bekas cuci berubah merah saat ditetesi fenolftalein).
5) Pengeringan Pektin
Pektin yang sudah dicuci dikeringkan dalam oven bersuhu 50°C hingga beratnya stabil, lalu ditimbang.
Dari Sampah Jadi Solusi
Dengan mengolah limbah buah menjadi pektin, masyarakat tidak hanya mengurangi limbah organik, tapi juga menciptakan produk bernilai ekonomis tinggi. Sebuah langkah kecil yang bisa berdampak besar untuk lingkungan dan perekonomian lokal.
Jadi, lain kali kamu makan jeruk atau pisang, jangan buru-buru buang kulitnya. Siapa tahu, di sanalah masa depan inovasi pangan Indonesia bermula.
Referensi
Arimpi, A., dan Setianty, P. 2019. Pembuatan Pektin dari Limbah Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) dengan Metode Ekstraksi Gelombang Ultrasonik Menggunakan Pelarut Asam Sulfat (H2SO4). Jurnal Teknik Kimia USU, 8(1): 18-24.
Gao, X., Tong, J., Guo, L., Yu, L., Li, S., Yang, B., Wang, L., Liu, Y., Li, F., Guo, J., Zhai, S., Liu, C., Rehman, A., Farahnaky, A., Wang, P., Wang, Z., and Cao, X. 2020. Influence of gluten and starch granules interactions on dough mixing properties in wheat (Triticum aestivum L.). Food Hydrocolloids, 106: 105885.
Herawati, H. 2018. Potensi hidrokoloid sebagai bahan tambahan pada produk pangan dan nonpangan bermutu. Jurnal Litbang Pertanian, 37(1):17-25.
Husni, P., Uvita, K. I., dan Uswatul, H. 2021. Uji dan Karakterisasi Serbuk Pektin Hasil Ekstraksi Albedo Durian sebagai Kandidat Eksipien Farmasi. Majalah Farmasetika, 6(3): 202-212.