Oleh : Sayifullah, Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Provinsi Banten telah memasuki usia 2 dekade sejak pertama kali diresmikan sebagai provinsi baru pada tahun 2000. Beberapa daerah yang ada di Banten juga memiliki usia administratif tidak jauh berbeda dengan usia provinsi yang terletak di ujung barat Pulau Jawa ini. Beberapa daerah tersebut di antaranya adalah Kota Cilegon, Kota Tangerang Selatan dan Kota Serang. Lahirnya Provinsi Banten beserta daerah pemekaran lainnya di tingkat kabupaten atau kota, merupakan upaya pembangunan untuk memberikan hasil yang lebih optimal dan dapat dirasakan dampaknya oleh masyarakat Banten.
Hasil pembangunan di Provinsi Banten tentunya dapat kita amati melalui beberapa indikator terpilih, baik pada aspek dimensi ukuran ekonomi ataupun aspek dimensi ukuran sosial. Sejalan dengan bergesernya cara pandang pembangunan, penting bagi kita untuk bisa melihat keberhasilan pembangunan tidak hanya semata pada dimensi ukuran ekonomi saja, tetapi juga melalui dimensi ukuran sosial dalam hal ini adalah pada aspek dimensi ukuran manusia (SDM) sebagai subyek dan obyek pembangunan. Beberapa indikator terpilih yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan dari aspek ukuran manusia atau SDM ini diantaranya adalah : Indek Pembangunan Manusia, Harapan Hidup, Lama Sekolah, Melek Huruf, Jumlah Tenaga Kesehatan, Kemiskinan, Tingkat Pengangguran.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Banten menunjukkan angka rata-rata di atas 70 selama periode 2015-2020. Angka IPM Banten adalah sebesar 72,45 di tahun 2020 dan meningkat dari IPM tahun 2015 yaitu 70,27. Angka IPM Banten yang meningkat selama periode 2015-2020 dapat dimaknai bahwa secara umum kualitas manusia di Banten termasuk kategori tinggi selama periode tersebut. Lalu bagaimana keadaannya bila dilihat dalam lintas daerah kabupaten/kota? Bila dilihat terhadap lintas daerah kabupaten/kota yang ada di Banten, IPM di Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Serang, angka IPM-nya masih berada pada angka di bawah 70.
Rata-rata umur harapan hidup masyarakat Banten dalam lima tahun terakhir adalah 69 tahun lebih. Dua dari delapan kabupaten dan kota di Banten, umur harapan hidupnya sudah di atas 70 tahun yaitu Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan. Pada kabupaten/ kota yang lain yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kota Cilegon dan Kota Serang, umur harapan hidupnya masih di bawah 69 tahun. Melihat umur harapan hidup di Banten, masyarakat Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan adalah relatif lebih panjang usia harapan hidupnya. Keadaan ini menggambarkan secara relatif keadaan kesehatan serta kualitas hidup yang baik di dua kota tersebut.
Ukuran pembangunan pada sektor pendidikan dapat dilihat dengan mengamati Angka Partisipasi Murni (APM). Angka partisipasi murni adalah angka yang menunjukkan keterlibatan penduduk usia sekolah dalam memasuki “bangku sekolah” mulai dari pendidikan tingkat dasar sampai dengan menengah. Melihat angka APM ini menjadi penting mengingat pencanangan pemerintah yang telah mewajibkan wajib belajar sampai dengan 12 tahun yaitu sampai dengan sekolah tingkat menengah. APM pada pendidikan dasar di tingkat SD/MI di Banten telah mencapai di atas 95, sedangkan di tingkat SMP/MTs masih di bawah 90 yaitu antara 79-82 dan APM untuk tingkat SMA/MA di Banten masih di bawah 60. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan yang akan dimasuki semakin rendah APM-nya. Keadaan ini perlu menjadi perhatian, khususnya bagi pemerintah daerah, sebagai dasar dalam upaya untuk peningkatan kualitas pendidikan di Banten melalui lebih banyaknya masyarakat Banten masuk sekolah sampai dengan pendidikan menengah.
Pada sisi lain kita dapat melihat pembangunan sektor pendidikan melalui ukuran Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Rata-rata lama sekolah masyarakat Banten umumnya belum sampai menamatkan hingga jenjang SMP/MTs. Rata-rata lama sekolah masyarakat Banten adalah berkisar 8 tahun lebih. Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kota Cilegon adalah daerah dengan rata-rata lama sekolah yang relatif lebih baik dibandingkan dengan daerah lainnya di Banten meskipun belum sampai menamatkan hingga jenjang SMP/MTs. Ketiga kota ini angka rata-rata lama sekolahnya sudah di atas rata-rata provinsi yaitu dengan angka RLS adalah 11,81 untuk Kota Tangerang Selatan, 10,69 untuk Kota Tangerang dan 9,87 untuk Kota Cilegon.
Keberhasilan pendidikan, khususnya di tingkat dasar adalah terbebasnya masyarakat yang telah mengikuti jenjang pendidikan ini dari persoalan buta huruf. Lebih dari 97 persen masyarakat Banten telah terbebas dari buta huruf. Fakta lainnya menunjukkan bahwa angka melek huruf ini terus bertambah selama periode 2015-2020. Tiga daerah dengan angka melek huruf tertinggi adalah Kota Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Upaya guna mewujudkan masyarakat yang terbebas dari buta huruf perlu untuk terus ditingkatkan terutama sekali pada daerah dengan angka melek huruf yang berada di bawah angka melek huruf di tingkat provinsi, misalnya yaitu di Kabupaten Lebak yang angka melek hurufnya baru mencapai 94,63 di tahun 2020.
Ketersediaan layanan kesehatan dan akses terhadap layanan kesehatan, berperan penting guna menjamin terciptanya masyarakat yang sehat dan produktif. Pada aspek ketersediaan sumberdaya manusia di bidang kesehatan, keberadaan tenaga kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat di Banten masih relatif terbatas. Keterbatasan ini dapat terlihat baik pada sisi jumlah maupun sebarannya. Tenaga kesehatan yang cukup dari sisi kuantitas dan kualitasnya, misalnya dokter, umumnya lebih banyak di daerah perkotaan seperti Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Serang. Pada ketiga daerah ini jumlah ketersediaan dokternya sudah diatas 300, bahkan untuk Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, jumlahnya sudah di atas 800. Keadaan ini berbanding terbalik dengan daerah lainnya yang ada di Banten.
Persentase rata-rata penduduk miskin di Banten berkisar pada angka lebih dari 5 persen di lima tahun terakhir. Penduduk miskin ini umumnya berada pada daerah perdesaan yang ada di kabupaten. Kabupaten Lebak (9,24), Kabupaten Pandeglang (9,92) dan Kabupaten Tangerang (6,23) adalah daerah dengan persentase kemiskinan yang lebih tinggi dari rata-rata provinsi. Selain ketiga daerah tersebut, Kota Serang dan Kota Tangerang juga perlu mendapat perhatian khusus. Pada dua kota ini persentase kemiskinan masih relative tinggi bila dibandingkan dengan persentase kemiskinan di tingkat provinsi. Di Kota Serang penduduk miskinnya adalah 6,06 persen dan di Kota Tangeranga adalah 5,22 persen
Pengangguran terbuka di Provinsi Banten umumnya relatif tinggi yaitu 10,64 persen, bahkan lebih tinggi dari tingkat pengangguran terbuka nasional. Daerah-daerah di Provinsi Banten yang tingkat pengangguran terbukanya relatif tinggi adalah di Kabupaten Tangerang (13,06 persen), Kabupaten Serang (12,22 persen), dan Kota Cilegon (12,69 persen). Selain ketiga daerah ini, kabupaten dan kota yang lain juga sebenarnya masih cukup tinggi, sebab angka pengangguran terbukanya masih di atas ukuran pengangguran terbuka yang moderat yaitu 5-6 persen. Pengangguran yang tinggi Banten merupakan Pekerjaan Rumah (PR) yang besar bagi pemerintah daerah. Perlu sinergitas antara pemerintah dan swasta dalam upaya mengatasi persoalan ini sebab ketersediaan lapangan pekerjaan tidak bisa hanya dari sisi pemerintah saja tetapi juga berkaitan dengan perkembangan dunia usahanya.
Banten pada usianya yang telah memasuki dua dekade telah banyak berubah dari sisi fisik atau infrastruktur. Hal ini sangat baik bagi masyarakat, khususnya dalam membuka akses dan konektivitas ekonomi bagi daerah-daerah yang ada di Banten, sehingga terjadi peningkatan pendapatan atau ekonomi masyarakat. Tetapi pada aspek lain, perlu juga bagi Pemerintah Daerah untuk memperhatikan keberhasilan pembangunannya melalui pengamatan pada ukuran yang lain, yaitu sisi manusia (SDM). Hakikat pembangunan sebagaimana diungkap oleh cara pandang baru adalah bagaimana pembangunan dapat meningkatkan kualitas manusianya, memanusiakan manusianya. Wallahu a’lam bishawab. (*)