Audini Bilkis Arista, Mahasiswi Administrasi Publik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pasokan pangan adalah jumlah pangan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pasokan pangan yang stabil merupakan kunci ketahanan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Provinsi Banten, Sebagai daerah dengan jumlah penduduk yang terus bertambah dan pertumbuhan ekonomi yang dinamis, Banten menghadapi tantangan dalam memastikan ketersediaan pangan yang cukup, aman, dan terjangkau bagi seluruh masyarakatnya terutama beras yang menjadi kebutuhan pokok utama.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, terjadi penurunan luas panen padi di Provinsi Banten dari tahun 2022 sampai dengan tahun 2024. Pada tahun 2022, luas panen padi mencapai 337.241 hektar. Namun, terjadi penurunan pada tahun 2023 sebanyak 26.041 hektar atau 7,72%. Tahun 2023 luas panen padi yang dihasilkan mencapai sekitar 311.200 hektar. kemudian mengalami penurunan kembali di tahun 2024, yaitu sebanyak 12.109 hektar. Luas panen pada tahun 2024 hanya mencapai 299.091 hektar. Hal tersebut menjadi penyebab terjadinya penurunan produksi padi di Provinsi banten. Produksi padi di Provinsi Banten pada tahun 2022 menghasilkan 1.788.583 ton GKG (Gabah Kering Giling) dan mengalami penurunan sebanyak 102.100 ton atau 5,71% pada tahun 2023 yang hanya menghasilkan 1.686.483 ton GKG (Gabah Kering Giling). Kemudian, pada tahun 2024 produksi padi di Provinsi Banten menghasilkan sebanyak 1.550.623 ton GKG (Gabah Kering Giling) dan mengalami penurunan kembali sebanyak 135.860 ton GKG (Gabah Kering Giling) dari tahun 2023. Kondisi ini menyebabkan terjadi penurunan dalam produksi beras untuk konsumsi pangan penduduk di Provinsi Banten dari tahun 2022 sampai dengan tahun 2024. Pada tahun 2022 produksi beras mencapai 1.018.653 ton dan terjadi penurunan pada tahun 2023 sebanyak 58.149 ton atau 5,71% yang dimana hanya menghasilkan 960.504 ton. Penurunan kembali terjadi pada tahun 2024, yaitu terjadi penurunan sebanyak 77.376 ton dengan produksi beras yang dihasilkan hanya mencapai 883.128 ribu ton.
Penurunan ini merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius, karena mengingat beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Faktor-faktor seperti perubahan iklim, alih fungsi lahan, permasalahan dalam sistem pertanian perlu dikaji lebih lanjut untuk mencari solusi yang dapat meningkatkan kembali produksi padi di Provinsi Banten. Jika produksi beras di Banten terus menyusut, hal ini dapat membuat Provinsi Banten semakin ketergantungan terhadap pasokan pangan dari daerah lain bahkan impor. Oleh sebab itu harga beras akan meningkat dan melemahkan ketahanan pangan lokal. Kemandirian pangan yang dulu akan menjadi sebuah kebanggaan tetapi bisa berubah menjadi ketergantungan yang membahayakan. Apabila tidak ada langkah yang konkret, bukan tidak mungkin produksi beras di Provinsi Banten akan semakin menyusut. Ketahanan pangan bukan hanya soal produksi tetapi juga soal keberpihakan terhadap petani.
Langkah strategis seperti peningkatan teknologi pertanian, optimalisasi lahan, dan tidak kalah penting dukungan kebijakan dari pemerintah yang berpihak kepada petani, seperti subsidi pupuk dan alat pertanian, bantuan pelatihan, serta perlindungan terhadap lahan pertanian agar tidak mudah dialihkan ke sektor lain menjadi sangat penting guna menjaga ketahanan pangan di Provinsi Banten. Dengan penerapan solusi ini diharapkan kestabilan pasokan beras di Provinsi Banten dapat terjaga, sehingga ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat dapat terus meningkat.