Author: Elisabethanakartikalana

Pertunjukan Lenong Betawi

Teater Tradisional atau yang dikenal dengan istilah “Teater Daerah” merupakan suatu pertunjukan drama yang dimana para pemain berasal dari daerah setempat dengan membawakan cerita yang bersumber dari kisah-kisah yang sejak dulu mulai dan dirasakan sebagai milik sendiri bagi setiap orang di lingkungannya. Salah satunya adalah Lenong. Lenong mulai berkembang akhir abad ke-19. Sebelum orang-orang mengenal Komedi Stambul dan Teater Bangsawan. Hampir di semua wilayah Jakarta ada perkumpulan atau grup Lenong. Lenong bukan hanya sekedar hiburan semata namun sarana ekspresi perjuangan dan protes sosial. Lakonnya mengandung pesan moral, menolong yang kelemahan, membenci keserkahan dan perbuatan tercela. Hampir dalam semua lakonnya selalu muncul seorang yang berjiwa kesatria untuk membela rakyat kecil yang tertindas.Lenong pada umumnya menggunakan bahasa Betawi dalam pementasannya. Dengan menggunakan bahasa Betawi, terjadi keakraban antara pemain dan penonton. Banyaknya penonton yang memberi respon spontan dan pemain menanggapi. Dialog dalam lakon lenong umumnya bersifat polos dan spontan. Karena cerita yang dibawakan masalah sehari-hari, kostum/pakaian yang digunakan adalah pakaian sehari-hari.

Teater Bunga Penutup Abad

Bunga Penutup Abad adalah pementasan teater yang diadaptasikan roman Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer. Yang di selenggarakan oleh Titimangsa Foundation, sebuah yayasan nirlaba yang begerak di bidang budaya, terutama seni pertunjukan. “Bunga Penutup Abad mendapatkan antusias yang luar biasa pada saat pementasan sebelumnya dan berhubung keterbatasan tempat, ada banyak masyarakat yang belum berkesempatan melihat langsung pementasan ini di atas panggung,” kata Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation. “Dengan ini, masyarakat di mana saja dapat menyaksikan pementasan tersebut dan melihat para aktor terbaik Indonesia beradu akting di panggung teater,” lanjutnya. Bunga Penutup Abad ditayangkan merupakan rekaman pementasan yang digelar pada 25 dan 26 Agustus 2016 lalu. Pementasan ini menampilkan aksi dari Happy Salma sebagai Nyai Ontosoroh, Reza Rahadian sebagai Minke, Lukman Sardi sebagai Jean Marais dan Chelsea Islan sebagai Annelies, serta aktris pendatang baru Sabia Arifin sebagai May Marais dan disutradarai Wawan Sofwan. Bunga Penutup Abad ini menceritakan tentang kehidupan Nyai Ontosoroh dan Minke setelah kepergian Annelies ke Belanda. Nyai Ontosoroh sangat khawatir mengenai keberadaan Annelies dan mengutus seorang pegawainya untuk menemani kemana pun Annelies pergi, bernama Robert Jan Dapperste atau Panji Darman. Kehidupan Annelies sejak dari pelabuhan di Surabaya yang di kabarkan oleh Panji Darman melalui surat-suratnya yang dikirimkan pada Minke dan Nyai Ontosoroh.

Asiknya Mengenal Seni Teater Hingga Mengikuti Festival Teater

Siapa dari kalian yang menyukai teater? Teater sendiri adalah bentuk seni pertunjukan yang berawal dari ritual. Kita mungkin sering dengar tentang bagaimana peradaban Yunani Kuno mempelopori tragedi, komedi, satire sebagai bentuk puja-puji cerita dewa serta kritik sosial, kira-kira dimulai 500–300 SM. Drama kemudian berkembang dengan peradaban Romawi Kuno yang mengadaptasi cerita dari Yunani. Seni pertunjukan berbasis cerita kemudian berkembang ke abad pertengahan di Italia hingga ribuan tahun kemudian. Namun, seni pertunjukan khususnya teater juga memiliki bentuk lain di Asia, misalnya teater Sanskrit yang berkembang di India untuk menghidupkan cerita mitologi dalam Veda atau Bhagavadgita. Kemudian selama ratusan hingga ribuan tahun, seni teater berkembang ke berbagai belahan dunia sebagai seni pemanggungan yang menggabungkan berbagai macam jenis seni. Kemudian, film sendiri berkembang dari seni gambar bergerak bertemu dengan cahaya. Pewayangan dan permainan bayangan bahkan bisa jadi merupakan bentuk proto-film. Perkembangan film dimulai pada abad ke-19, dimulai dari terciptanya animasi dengan alat seperti zoetrope dan flipbook. Seiring perkembangan kamera, Lumiere Bersaudara kemudian mempelopori sinematografi tahun 1895 dengan membuat shooting film pertama sesederhana mengambil gambar orang-orang pulang pabrik. Setelah tahu bahwa orang-orang sirkus dan vaudeville bisa direkam, maka terpikirlah untuk membuat sebuah film cerita dan itu dimulai dari perkembangan film bisu di awal 1900an sampai dengan 1920. Di pertunjukan teater, penonton benar-benar menyaksikan indahnya seni peran yang hakiki. Para pemain harus benar-benar hapal naskah, ekspresi harus sampai kepada audiensi, dan tidak boleh ada yang meleset. Pada 1-9 Oktober 2022 kembali di gelar acara yang di tunggu-tunggu yaitu festival teater di Jakarta. Ini adalah kompetisi komunitas teater terbesar di Jakarta yang di gelar dengan tajuk, “Ingatan dan Kemudian”. Banyak komunitas yang ikut memeriahkan, sebanyak 15 komunitas teater yang telah mengikuti pertunjukan teater kecil di Taman Ismail Marzuki dan di Teater Luwes Institut Kesenian Jakarta. “Pada 50 tahun lalu, FTJ /Festival Teater Jakarta kini kembali digelar ke-49. Pada 2020 FTJ terpaksa tidak diselenggarakan lantaran adanya pandemi Covid-19. Dan tahun ini kembali bisa digelar secara langsung,” kata Ketua Pelaksana FTJ 2022, dalam pembukaan FYJ 2022, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Sabtu (1/10/2022). Usai di selenggarakan FTJ secara resmi, Teater Di RI menjadi komunitas pertama yang tampil di festival ini. Mempertunjukan naskah berjudul “Ranggalawe”, Teater Di RI tampil memukau seluruh penonton di Teater Kecil.

Anak-anak di Ruhama Belajar Drama

Pada dasarnya naskah drama menjadi karya sastra jika dihadirkan hanya sebagai sebuah naskah tertulis. Karya tersebut akan memiliki dimensi yangberbeda jika divisualisasikan dalam bentuk seni pertunjukan. Penyimak pertunjukan drama tersebut dapat menikmati dan menilai sebuah karya melalui bacaan maupun menyaksikannya melalui seni pertunjukan. ​Pada kesempatan kali ini saya datang ke salah satu rumah Yatim dan Pesantren Ruhama untuk mengajarkan bagaimana belajar drama atau pertunjukan. Metode pembelajaran bemain peran (role playing) akan membangkitkan kreatif, inovasi dan mengembangkan peran siswa selama proses pembelajaran. Kejadian atau proses analogis yang dimunculkan dalam bemain peran (role playing) akan memudahkan siswa untuk memahami proses atau kejadian sebenarnya yang tidak dapat diamati secara langsung. Pengembangan kosa kata, istilah, wawasan pengetahuan, keterampilan menjawab, sikap menghargai teman serta imajinasi berperan memiliki kontribusi besar dalam pembentukan kepribadian siswa. Siswa juga akan lebih paham unsur-unsur drama seperti tokoh dan perwatakan, alur, tema dan amanat yang tekandung dalam drama. ​Penerapan pembelajaran dengan metode bemain peran (role playing) akan mampu mengembangkan ranah kognitif, psikomotorik dan afektif siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Diharapkan hasil belajar dan aktivitas siswa bisa maksimal dengan penggunaan metode bermain peran (role playing).

Peran dan Manfaat Editor

Editor mempunyai peran penting dalam penyunting teks naskah. Editor adalah seorang penyunting. Penyunting mempunyai teknik membaca ulang konsep, memperhatikan kesalahan-kesalahan yang terjadi, memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi. Editor adalah orang yang mempunyai peran dalam proses penyutingan. Dalam kata lain editor bertanggung jawab atas teks naskah dalam penerbitan atau media massa. Tugas editor adalah mencari, memperbaiki dan menerbitkan sebuah naskah. Editor bertanggung jawab atas teks tersebut maka tak jarang kita temui untuk menulis artikel dan dimuat di media massa tidaklah mudah. Manfaat adanya seorang editor : 1. Membuat Konsep Naskah Selain menyeleksi naskah, editor juga bertugas untuk membuat konsep buku. Misalnya, ingin menerbitkan buku apa, buku hendak dibuat seperti apa (ukuran, bentuk, halaman), ditujukan kepada siapa, strategi promosi, dan berbagai persiapan lain. Biasanya, editor juga bekerja sama dengan tim redaksi serta penulis untuk mematangkan konsep buku yang akan dibuat. 2. Menghubungi Penulis Editor tidak hanya bergumul dengan naskah dan buku-buku, tetapi juga dengan pemilik naskah alias si penulis. Biasanya, editor yang menghubungi penulis terkait informasi naskah diterima/ditolak, urusan akad/perjanjian naskah, pemberitahuan buku terbit, dan lain-lain. Editor juga mengingatkan penulis yang memiliki tenggat waktu menulis, meminta perbaikan, dan lain-lain. 3. Menyunting Naskah Inti pekerjaan dari seorang editor, yakni menyunting naskah. Lebih mudahnya, mempersiapkan naskah sehingga enak dibaca dan mudah dipahami pembaca. Biasanya proses menyunting terdiri dari mengecek salah ketik, penggunaan EBI dan tata bahasa yang benar, kesesuaian gaya bahasa dengan sasaran pembaca, dan mengecek kebenaran isi naskah. 4. Mengecek Naskah Setelah Dilayout. Setelah naskah selesai diedit, akan masuk ke proses selanjutnya, yaitu layout atau tata letak. Kalau ini sudah bukan bagian editor lagi, melainkan tugas penata letak. Setelah naskah ditata letak (termasuk ditambah ilustrasi dll., tergantung bukunya), editor memeriksa lagi naskah tersebut. Jangan sampai masih ada yang salah atau kurang. Selesai diperiksa dengan saksama dan dinilai sudah layak, maka naskah tersebut akan masuk proses selanjutnya, yaitu turun cetak. 5. Menulis Back Cover Menulis back cover adalah tugas editor yang bisa dibilang gampang-gampang susah. Dianggap gampang, karena editor sudah tahu isi naskah dan kelebihan naskah yang akan ditonjolkan. Akan tetapi, menjadi tantangan tersendiri untuk mengemas isi dan kelebihan tersebut dan menampilkannya di bagian belakang buku. Editor harus membuat back cover yang membuat pembaca tertarik.

Kritik Sastra Puisi WS Rendra,’Surat kepada Bunda Tentang Calon Menantunya’

Lahirnya kritik sastra telah melengkapi bidang studi sastra atau wilayah ilmu sastra menjadi teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra. Kritik sastra merupakan bidang studi sastra yang berhubungan dengan pertimbangan karya yang membahas bernilai atau tidaknya sebuah karya sastra. Salah satu puisi karya W.S Rendra adalah,”Surat kepada bunda: Tentang calon menantunya”. Dalam puisi tersebut banyak sekali bahasa kiasan dan bahasa retorik. Bahasa kiasan adalah kata-kata yang tidak formal namun membuat kesan indah, sedangkan bahasa retorik adalah kata-kata yang memiliki makna namun tidak memerlukan jawaban. Berikut isi puisi dari WS Rendra: Mama yang tercinta Akhirnya kutemukan juga jodohku Seseorang yang bagai kau Sederhana dalam tingkah laku dan bicara Serta sangat menyayangiku Terpupuslah sudah masa-masa sepiku Hendaknya berhenti gemetar rusuh Hatimu yang baik itu Yang selalu mencintaiku Kerna kapal yang berlayar Telah berlabuh dan ditambatkan Dan sepatu yang berat serta nakal Yang dulu biasa menempuh Jalan-jalan yang mengkhawatirkan Dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara Kini telah aku lepaskan Dan berganti dengan sandal rumah Yang tenteram, jinak dan sederhana Mama Burung dara jantan yang nakal Yang sejak dulu kau piara Kini terbang dan telah menemu jodohnya Ia telah meninggalkan kandang yang kaubuatkan Dan tiada akan pulang buat selama-lamanya Ibuku Aku telah menemukan jodohku Janganlah kau cemburu Hendaknya hatimu yang baik itu mengerti Pada waktunya, aku mesti kaulepaskan pergi Begitu kata alam. Begitu kau mengerti Bagai dulu bundamu melepas kau Kawin dengan ayahku. Dan bagai Bunda ayahku melepaskannya Untuk mengawinimu Tentu sangatlah berat Tetapi itu harus. Mama! Dan akhirnya tak akan begitu berat Apabila telah dimengerti Apabila telah disadari Hari Sabtu yang akan datang Aku akan membawanya kepadamu Ciumlah kedua pipinya Dan panggillah ia dengan kata: Anakku! Bila malam telah datang Kisahkan padanya Riwayat para leluhur kita Yang ternama dan perkasa Dan biarkan ia nanti Tidur di sampingmu Ia pun anakmu Sekali waktu nanti Ia akan melahirkan cucu-cucumu Mereka akan sehat-sehat dan lucu-lucu Dan kepada mereka Ibunya akan bercerita Riwayat yang baik tentang nenek mereka Bunda bapak mereka Ciuman abadi Dari anak lelakimu yang jauh. 1. Perbandingan, contoh: Seseorang yang bagai kau Dan bagai bunda ayahku melepaskannya Untuk mengawinimu Bagai dulu bundamu melepas kau 2. Metafora, contohnya: Dan berganti dengan sandal rumah yang tenteram, jinak, sederhana Burung dara yang nakal 3. Personifikasi, contohnhya: Terpupuslah sudah masa-masa sepiku hendaknya berhenti gemetar rusuh Dan sepatu yang berat serta nakal 4. Hiperbola, contohnya: Jalan-jalan yang mengkhawatirkan dalam hidup lelaki yang kasar dan sengsara Kini terbang dan menemui jodohnya. 5. Repetisi, contohnya: Begitu kata alam, begitu kau mengerti Apabila telah dimengerti apabila telah disadari Puisi ini dapat dianalisis menurut kritik mimetik. Kritik mimetik adalah kritik yang memandang karya sastra sebagai pencerminan kenyataan kehidupan manusia, banyaknya bahasa retorik untuk melukiskan kehidupannya.

Pengabdian Masyarakat Rumah Yatim dan Pesantren Ruhama

Pengabdian masyarakat adalah kegiatan aktivitas mahasiswa yang memanfaatkan ilmu pengetahuan untuk membantu memajukan kesejahteraan masyarakat. Mahasiswa berperan sebagai kontrol sosial dengan memberikan ilmu, saran dan solusi untuk permasalahan di masyarakat. Dokumentasi pribadi. Pada tanggal 24 Februari 2022, mahasiswa program S1 Sastra Indonesia Universitas Pamulang telah melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian ini dilaksanakan di Rumah Yatim dan pesantren Ruhama Bogor. Bertema mengatasi kebosanan dalam membaca cerita, mahasiswa mampu memberikan ilmu kepada adik-adik di Rumah Yatim dan pesantren tersebut. Dokumentasi pribadi. Di susun oleh Syarif Rahman sebagai ketua, Elisabet Hana Kartika Lana (anggota), Anisya Nurlita (anggota) dan Muhammad Dwi Saputro (anggota) serta dosen pembimbing pak Sabri Koebanu,S.S.,M.Pd. menyusun kegiatan sehingga berjalan sesuai rencana, seperti pengarahan di pagi hari menyiapkan perlengkapan yang perlu di bawa, kata sambutan, materi tentang mengatasi kebosanan dalam cerita, sesi tanya jawab, kuis, pembagian hadiah, pembagian makanan, sesi dokumentasi dan doa penutup. Dokumentasi pribadi. Tema mengatasi kebosanan dalam membaca cerita ini agar adik-adik di panti bisa dengan nyaman membaca cerita tanpa merasakan kebosanan. Kebosanan harus di hindari dengan melakukan hal-hal positif seperti membaca buku dan itu yang menjadi unsur dalam kegiatan masyarakat di Rumah Yatim dan pesantren Ruhama Bogor. Dokumentasi Pribadizkm Kesan dan pesan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah setiap manusia dilahirkan dengan sempurna, namun setiap manusia memiliki takdir yang berbeda-beda. Sama dengan adik-adik di panti yang harus jauh dari sanak saudara tidak ada yang mau untuk kehilangan dan jauh dari orang yang paling di sayang, namun banyak hal positif yang dapat kita lakukan untuk mensyukuri hidup. Salah satunya dengan rajin membaca.