Bagaimana sih cara menyikapi Budaya dan Teori Barat dalam Konteks Global?

Sebagai mahasiswa yang hidup di era globalisasi, kita tidak bisa mengabaikan pengaruh besar yang dimiliki oleh budaya dan teori Barat. Masyarakat Barat sering kali dipandang sebagai pelopor dalam berbagai bidang, mulai dari teknologi, ekonomi. Namun, di balik kemajuan tersebut, terdapat sejumlah tantangan dan kritik yang perlu kita cermati. Sadar tidak sih ? hampir semua standar modern di dunia ini berasal dari Barat? Mulai dari demokrasi, hak asasi manusia, sampai gaya hidup kekinian semua seolah punya cap made in Barat.

Budaya barat terutama di negara maju sangat mengedepankan individualisme baik positif maupun negatif. bagaimana tidak?individualisme mendorong masyarakat lebih kreativitas dan inovasi. Namun, di sisi lain, hal ini dapat mengikis nilai-nilai kebersamaan dan solidaritas yang sangat dijunjung tinggi dalam budaya kita. Sebagai mahasiswa, kita perlu menemukan keseimbangan antara mengadopsi nilai-nilai positif dari budaya Barat dan mempertahankan identitas serta nilai-nilai lokal kita.

Selanjutnya dalam hal kondisi sosial, masyarakat Barat sering kali menghadapi tantangan seperti kesenjangan sosial, isu kesehatan mental, dan krisis identitas.

contoh di amerika,pasangan sangat bebas melakukan hal yang mungkin menurut kita tidak wajar,akan tetapi mereka terang – terangan melakukan itu di hadapan publik.

Krisis indentitas dapat terjadi pada individu yang mengalami kebingungan tentang siapa mereka, apa yang mereka inginkan dalam hidup, atau bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain. Krisis ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan dalam kehidupan, tekanan sosial, atau ekspektasi budaya. seperti perdebatan mengenai identitas gender dan hak-hak transgender telah menjadi isu yang kontroversial di banyak negara Barat mereka menganggap hal yang sudah lumrah untuk transgender atau LGBT.

Meskipun mereka memiliki sistem yang canggih dan infrastruktur yang baik, masalah-masalah ini menunjukkan bahwa kemajuan material tidak selalu sejalan dengan kesejahteraan sosial. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita untuk tidak hanya mengejar kemajuan, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Yang lebih mengkhawatirkan, kita sering mengadopsi teori Barat tanpa filter. Ambil contoh gaya hidup konsumtif yang dipromosikan lewat media dan iklan Barat. Kita jadi terbiasa menganggap bahwa kebahagiaan itu identik dengan belanja atau penampilan ala selebritas Hollywood. Padahal, nilai-nilai lokal kita mungkin lebih mengedepankan kesederhanaan dan kebersamaan.

Tapi, bukan berarti kita harus anti Barat sama sekali. Banyak pemikiran mereka yang memang revolusioner, seperti kesetaraan hak atau kemajuan sains. Persoalannya adalah bagaimana memilah yang sesuai dengan nilai dan kebutuhan kita. Jepang dan Korea Selatan contohnya mereka berhasil mengadopsi teknologi dan demokrasi ala Barat, tapi tetap mempertahankan identitas budayanya.

Akhirnya, sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk menjembatani antara budaya Barat dan budaya lokal. Kita harus mampu mengambil yang terbaik dari kedua dunia, sambil tetap kritis terhadap dampak yang mungkin ditimbulkan. Dengan cara ini, kita tidak hanya menjadi konsumen budaya, tetapi juga produsen yang aktif dalam membentuk masa depan masyarakat kita.

Penulis : Erlinda Afsari Putri, Angga Rosidin S.I.P., M.A.P

Bagikan Artikel Ini