KAB. SERANG – Bencana banjir yang melanda dua kecamatan di Kabupaten Serang yaitu di Padarincang dan Cinangka, Jumat (7/3/2025) dini hari.
Selain pemukiman warga yang terdampak, banjir juga merendam areal pesawahan dan berakibat kerugian besar bagi para petani.
Salah satu warga terdampak, Khadijah (60) mengungkapkan air masuk secara mendadak dari belakang rumahnya, membuat seluruh perabotan dan kasur terendam tanpa sempat diselamatkan.
“Banjir datang tiba-tiba saat saya hendak sahur. Saya mau ambil nasi, tiba-tiba air sudah masuk,” ujarnya saat ditemui di lokasi pengungsian di masjid terdekat.
Ia menuturkan, di rumahnya terdapat enam orang, dua di antaranya balita. Menurutnya, banjir di daerahnya bukan hal baru.
Namun kali ini datang dengan cepat dan volumenya cukup besar meski hujan hanya turun semalaman.
“Biasanya banjir terjadi setelah tahun baru, sekitar sepinggang orang dewasa. Tapi kali ini air datang begitu deras, tidak tahu dari mana asalnya,” ucapnya.
Khadijah mengungkapkan, banjir yang datang kali ini merupakan banjir pertama yang dialaminya pada saat bulan Ramadan. Meski begitu, ia bersyukur masih bisa menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan.
“Alhamdulillah puasa masih lancar, meskipun ini pertama kalinya banjir besar terjadi saat Ramadan. Mudah-mudahan tidak mengganggu ibadah,” harapnya.
Selain rumah-rumah yang terendam, banjir juga merendam bentangan sawah milik warga Desa Rancasanggal, Kecamatan Cinangka, yang sebagian bersar mengais nafkah dengan bertani.
Dengan rendaman banjir, kata Khadijah, menyebabkan bibit dan tanaman lainnya mati hingga menyebabkan gagal panen.
“Sawah-sawah terendam, ada yang baru ditanam, ada juga yang sudah siap panen. Tahun ini saja sudah tiga kali banjir, dan semuanya mengakibatkan gagal panen,” keluhnya.
Ia juga mengungkapkan, banjir berdampak pada aktivitas ekonomi dan pendidikan.
“Kalau terus-terusan begini, anak-anak tidak bisa sekolah, suami juga sulit bekerja. Kami hanya bisa mengandalkan bantuan, meskipun terkadang ada yang memberi nasi bungkus,” ungkapnya.
Tak lupa, Khadijah juga menambahkan, fasilitas pengungsian di daerahnya sangat minim. Meskipun banjir kerap melanda wilayah, belum ada alternatif tempat bagi warga yang terdampak banjir.
“Tidak ada posko pengungsian di sini. Jadi kami mengungsi di masjid atau di majelis pondok pesantren salafi jika tidak terendam. Tahun lalu pun warga mengungsi di masjid,” katanya.
Sementara itu Ketua BPD Rancasanggal, Siti Rohmah menuturkan, banjir kali ini berbeda dengan sebelumnya. Air datang dengan cepat seperti banjir bandang atau banjir kiriman.
“Seperti tanggul jebol, air langsung masuk sekitar pukul 02.00 WIB. Satu desa terendam, paling parah di sekitar kali Bojong,” jelasnya.
Ia membandingkan kejadian ini dengan banjir sebelumnya. Di mana pada tahun 2022, banjir bahkan berlangsung hingga dua pekan.
“Tahun lalu banjir berasal dari air Rawa Danau, tapi tidak separah ini. Kejadian ini lebih mirip banjir tahun 2022 yang merendam rumah warga selama berminggu-minggu. Semoga kali ini tidak berlangsung lama,” ujarnya.
Menurut Rohmah, perbedaan utama antara banjir kali ini dan yang terjadi pada 2022 adalah penyebabnya.
“Dulu murni karena curah hujan tinggi, tapi sekarang air datang deras seperti banjir bandang, sehingga warga khawatir,” jelasnya.
Meskipun tidak ada rumah yang roboh, daerah yang paling parah terdampak berada di dekat Sungai Tawa Danau.
“Rendamannya cukup parah di ujung wilayah yang dekat sungai,” tambahnya.
Warga berharap, pemerintah segera memberikan bantuan dan solusi jangka panjang untuk mengatasi banjir yang terus berulang di daerah tersebut.
Hingga berita ini disiarkan, rendaman air masih menggenangi ratusan rumah warga di Desa Rancasanggal, kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang. Ketinggian muka air (TMA) di Desa Citasuk diperkirakan mencapai 100-200 cm.
Penulis : Rasyid
Editor: Tb Moch. Ibnu Rushd