SERANG – Faktor risiko penyakit jantung tidak hanya kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan tidak olahraga secara teratur. Kesehatan mental yang buruk juga mempengaruhi tekanan darah dan kesehatan jantung seseorang.
Sebuah studi baru menemukan semua orang harus berhati-hati karena kesehatan mental yang buruk bisa meningkatkan risiko penyakit jantung.
Ilmuwan University of South Australia telah menemukan kesehatan mental bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, karena berhubungan dengan variasi tekanan darah dan detak jantung.
Variasi detak jantung yang berkurang (HRV) biasanya terjadi pada orang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menunjukkan bahwa espons stres tubuh buruk memperburuk efek negatif dari stres kronis.
Penelitian yang dipublikasikan di BioMedical Engineering menemukan hubungan kuat antara masalah kesehatan mental dan tekanan darah yang berfluktuasi secara luas, sehingga menyebabkan penyakit kardiovaskular dan kerusakan organ.
Mereka menyelidiki variabilitas tekanan darah (BV) pada individu dengan masalah kesehatan mental, terutama kecemasan atau gangguan kecemasan umum, depresi atau gangguan depresi mayor, dan gangguan panik tanpa hipertensi.
Semua penelitian yang berkaitan dengan BPV jangka pendek menggunakan pemantauan tekanan darah rawat jalan dan di rumah menemukan BPV yang lebih tinggi pada individu dengan depresi atau gangguan panik.
“Masalah kesehatan mental secara signifikan berkaitan dengan peningkatan BPV pada orang dewasa yang lebih muda dan setengah baya,” kata penelitian tersebut dikutip dati suara.com (jaringan BantenNews.co.id).
Semua studi BPV ultra-pendek menggunakan penilaian otonom jantung standar, tekanan darah jari non-invasif terus menerus dan sinyal detak jantung, yang menemukan hubungan antara BPV dan masalah kesehatan mental signifikan.
Tinjauan sekarang ini menemukan bahwa orang dengan masalah kesehatan mental berkaitan dengan peningkatan BPV tanpa memandang usia secara signifikan.
Peneliti UniSA Dr Renly Lim dan rekan dari universitas Malaysia juga menemukan bukti yang jelas bahwa penyakit mental mengganggu fungsi otonom tubuh, termasuk tekanan darah, detak jantung, suhu dan pernapasan.
“Kami meninjau 12 studi pada orang dengan kecemasan, depresi dan ganguan panik tanpa memandang usia menemukan penyakit mental secara signifikan terkait dengan variasi tekanan darah yang lebih besar di siang hari,” kata Dr Lim.
Mereka juga menemukan bahwa orang yang sakit jiwa, detak jantungnya tidak beradaptasi dengan stresor eksternal sebagaimana mestinya.
“Jantung yang sehat bukanlah jantung yyang berdetak seperti metronom. Sebaliknya, ia harus menyesuaikan diri untuk menghadapi tantangan lingkungan dan psikologis. Detak jantung yang terus berubah sebenarnya adalah tanda kesehatan yang baik,” jelasnya.
Sedangkan, ekanan sistolik harus turun antara 10 hingga 20 persen untuk memungkinkan jantung beristirahat pada malam hari.
Para peneliti menemukan bahwa pada orang dengan masalah kesehatan mental, tekanan darah mereka cenderung tidak turun pada malam hari.
Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, termasuk disfungsi otonom, kualitas tidur yang buruk, dan gangguan ritme sirkadian yang mengatur siklus tidur-bangun.
(Red)