TANGSEL – Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memperlihatkan angka stunting atau kekurangan gizi pada anak di Kota berjuluk layak anak tersebut naik sebanyak 19 persen selama 2021.
Kepala Dinkes Tangsel, Alin Hendarlin Mahdaniar mengungkapkan, pada tahun 2019 penderita stunting hanya di kisaran 14 persen. Namun terus merangkak naik pada tahun 2021.
“Begitu survei tahun 2021 jadi 19 persen,” kata Alin Hendarlin, Selasa (18/1/2022).
Peningkatan tersebut terbongkar dari hasil survei yang dilakukan di lapangan. Di mana, kata dia, ada beberapa kasus baru yang muncul.
Namun begitu, Alin tak merinci daerah mana saja yang ditemukan kasus baru tersebut.
“Artinya berarti ditemukan kasus baru. Nah jadi yang harus kita lakukan saat ini ialah bagaimana kita mengatasi kasus yang sudah ada dan tidak menambah kasus baru,” jelasnya.
Alin membeberkan faktor yang menjadi memicu lonjakan itu, di antaranya soal asupan gizi. Kini penanganan terus dilakukan guna mencegah munculnya kasus-kasus baru.
“Kita harus mempersiapkan bagaimana mempersiapkan wanita untuk hamil misalnya, yang program pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri, kemudian konsultasi perkawinan itu pada saat pre-menikah,” papar dia.
“Kemudian setelah menikah bagaimana dia bisa menjaga 1.000 hari kehidupan. Terus bagaimana setelah lahir asupan gizi untuk anaknya, dan ini yang terus kita lakukan dengan mengedukasi ke masyarakat karena memang kita nggak bisa berjalan sendiri,” tambahnya.
Penanganan serius untuk menekan angka stunting itu terlihat dari rencana Pemkot Tangsel menjadikan RSU Serpong Utara sebagai fasilitas kesehatan yang khusus menangani bayi stunting.
“Ke depan kita mempersiapkan sarana prasarana dan SDM-nya, untuk rumah sakit ini bisa dijadikan untuk penanganan mulai dari promosi preventif sampai dengan kuratifnya untuk stunting,” tandasnya. (Ihy/Red)