SERANG – Calon Presiden (Capres) Nomor urut 01, Joko Widodo atau Jokowi kembali kalah di Provinsi Banten. Perolehan suara Jokowi malah turun di Banten pada Pemilu 2019 versi quick count atau hitung cepat.
Padahal petahana didampingi putera daerah.
Pemilu 2014 Jokowi yang berpasangan dengan Jusuf Kalla kalah dari Prabowo yang berpasangan dengan Hatta Rajasa dengan selisih suara 42,9 persen dan 57,1 persen.
Pada Pemilu kali ini, Jokowi berpasangan dengan Ma’ruf Amin namun perolehan suara merosot drastis di Banten. Berdasarkan hasil sementara hitung cepat beberapa lembaga survei Jokowi kalah telak dari rivalnya Prabowo di provinsi para jawara.
Lembaga survei Indo Barometer merilis perolehan suara:
-Joko Widodo – Ma’ruf Amin: 37,5%
– Prabowo Subianto – Sandiaga Uno: 62,95%
Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis perolehan suara:
-Joko Widodo-Ma’ruf Amin: 37,49%
-Prabowo Subianto-Sandiaga Uno: 62,51%
Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Serang Leo Agustino mengatakan, banyak faktor perolehan suara Jokowi tergerus di Banten pada Pemilu 2019 meski menggandeng seorang ulama yang merupakan putera daerah.
Pertama, peminggiran atau pemojokan Ma’ruf juga terus digoreng oleh lawan politiknya. Kedua, loyal voters Prabowo di Banten memang sangat tinggi dan ini berhasil dikelola dengan baik oleh Badan Pemenangan Paslon 02.
Ketiga, hasil Pilpres 2019 kemarin menunjukkan bahwa masih sangat banyak haters Jokowi di Banten. Isu Jokowi PKI, Jokowi budak asing dan aseng terus dirawat oleh lawan politiknya, serta yang lainnya.
Sayangnya, menurut Leo, isu-isu dan fitnah-fitnah yang menyerang kedua figur Paslon 01 ini tidak begitu masif direspon oleh Tim Kampanye Daerah (TKD) untuk meluruskan ke masyarakat level bawah.
Sehingga, isu SARA terutama politik identitas terus dirawat dan dikelola oleh lawan politik Paslon 01 sehingga suara mereka tidak berkembang di Banten. Ini terlihat dari banyaknya simpatisan 212 di Tangerang Raya yang berhasil mempengaruhi pemilih pemula dalam Pemilu 2019.
“Hasil pengamatan Saya di lapangan, TKD dan partai politik koalisi tidak bekerja optimal selama proses dinamika masa kampanye,” kata Leo saat dikonfirmasi, Jumat (19/4/2019) dikutip dari merdeka.com.
Kemudian, dua klan Dinasti politik di Banten seperti Dinasti Ratu Atut Chosiyah dan Dinasti Jayabaya tidak optimal membantu pemenangan Paslon 01 Jokowi-Amin.
“Dukungan dinasti tidak makaimal, padahal seperti Dinasti Atut dan Jayabaya merupakan penguasa di Banten. Jayabaya misalkan di Lebak, keluarga Atut hampir di seluruh kabupaten/kota,” katanya. (Red)