SERANG – Provinsi Banten memiliki setidaknya 14 potensi bencana. Mulai dari bencana alam dan bencana nonalam, seperti bencana industri di wilayah Banten Utara dan bencana alam di Banten Selatan.
Bencana alam sendiri meliputi gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Sedangkan bencana nonalam berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit dan sebagainya. Ada juga bencana nonalam berupa bencana sosial yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.
Melihat banyaknya potensi bencana di Provinsi Banten tersebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten menggandeng semua pemangku kepentingan untuk berkolaborasi.
Plh Sekda Banten, Virgojanti menekankan pentingnya kolaborasi dalam penanggulangan bencana.
“Bencana itu tidak bisa diselesaikan hanya oleh BPBD Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Semuanya alhamdulillah dapat berkolaborasi dengan baik,” ujar Virgo di sela peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) di kantor BPBD Banten, Kota Serang, Jumat, (26/42024).
Kolaborasi pentahelix, menurutnya melibatkan berbagai elemen seperti pemerintah, swasta, komunitas, media, dan akademisi. Itu menjadi kunci dalam penanganan bencana yang efektif dan efisien.
Hal itu juga sejalan dengan arahan dalam Rakornas Penanggulangan Bencana (PB) yang menekankan pentingnya kolaborasi dalam penanggulangan bencana.
Kepala Pelaksana BPBD Banten Nana Suryana menambahkan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan OPD lintas sektoral di Banten dalam meningkatkan mitigasi bencana di daerah.
“Kolaborasi dan peningkatan koordinasi ini sangatlah penting,” ungkapnya.
Digitalisasi mitigasi bencana juga menjadi fokus utama BPBD Banten. “Kita dalam hal ini sudah ada instansi terkait yaitu melalui Badan Meteorologi dan Geofisika, artinya bahwa informasi-informasi digital ini sudah mulai dilakukan sehingga mitigasi bencana yang dilakukan oleh lintas sektor dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran,” ujarnya.
(Dhe/Red)