CILEGON – Menteri Koordinator Pembangunan Manusia & Kebudayaan Muhadjir Effendy mengapresiasi angka stunting Provinsi Banten yang berhasil ditekan menjadi 23 persen pada tahun 2019 lalu. Menurutnya, angka tersebut sudah di bawah angka rata-rata Nasional yang sebesar 26 persen.
“Tadi dilapori Pak Wagub (Wagub Banten Andika Hazrumy) stunting di Banten turun menjadi 23 persen. Itu bagus, di bawah rata-rata Nasional yang sekitar 26 persen,” kata Muhadzir kepada pers usai bertatap muka dengan keluarga yang memiliki balita stunting di kantor Kelurahan Masigit, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, Jumat (12/3/2021).
Muhadjir melakukan kunjungan kerja ke Kota Cilegon, dalam rangka monitoring dan evaluasi pelaksanaan PPKM atau pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat Mikro. Dalam kunjungan tersebut, Muhadjir didampingi Wakil Gubernur Banten, Andika Hazrumy dan Walikota Cilegon Helldy Agustian.
Dikatakan Muhadjir, kunjungannya ke Kelurahan Masigit tersebut sengaja dilakukan untuk mengetahui bagaimana kelurahan tersebut berhasil menekan angka stunting pada balita.
“Jadi rupanya memang di sini kerjasama dan koordinasi dari stakeholder stuntingnya berjalan baik. Kordinasi puskesmas, perangkat kelurahan sampai bidannya berjalan,” paparnya melalui siaran tertulis.
Lebih jauh Muhadjir mengungkapkan, target percepatan penurunan prevalensi stunting atau kekerdilan pada anak di Indonesia yang ditetapkan sebesar 14 persen pada tahun 2024 mendatang bukanlah sebuah pekerjaan yang ringan. Menurutnya, Presiden Joko Widodo telah menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) untuk menjadi Ketua Pelaksanaan program percepatan tersebut.
Dalam mencapai target penurunan prevalensi stunting tersebut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan akan berperan sebagai koordinator program di mana Kepala BKKBN akan bertindak sebagai ketua pelaksana. BKKBN yang memiliki infrastruktur organisasi hingga ke tingkat daerah nantinya juga akan dibantu oleh kementerian dan lembaga yang berkaitan.
“Jadi BKKBN memegang kendali pencegahan stunting saat ini. Bukan wilayahnya Kementerian Kesehatan lagi,” katanya.
Sebelumnya dalam acara tatap muka dengan keluarga yang memiliki balita stunting di kantor Kelurahan Masigit tersebut, Andika melaporkan kepada Muhadjir, penanganan gizi buruk (stunting) Pemerintah Provinsi Banten berhasil menekan angka stunting dari 29,6 % pada tahun 2017 menjadi 23,4 % pada tahun 2019.
“Adapun untuk peningkatan kapasitas kelembagaan Posyandu untuk konvergensi stuntingterdapat sebanyak 32 kegiatan yang sudah dilaksanakan di KabupatenSerang 3 desa dan Kab Pandeglang 5 desa,” ungkapnya.
Untuk tenaga kesehatan Bidan sendiri sebagai bagian dari upaya menekan stunting, kata Andika, di Provinsi Banten terdapat sebanyak 6.911 Bidan dengan rincian Kota Cilegon 331 orang, Kota Serang 568 orang, Kota Tangerang 949 orang, Kota Tangsel 801 orang dan Kabupaten Lebak 1.201 orang. Berikutnya, Kabupaten Pandeglang 936 orang,Kabupaten Serang 780 orang dan Kabupaten Tangerang 1.345 orang.
Untuk diketahui, kunjungan kerja Muhadjir di Kota Cilegon tersebut diawali dengan meninjau lokasi isolasi mandiri di Perumahan Taman Cilegon Indah, dimana terdapat sebuah UMKM konveksi dinyatakan semua karyawannya yang berjumlah 11 orang positif covid 19.
Menurut Muhadjir, isolasi mandiri dalam kerangka PPKM Mikro seperti yang dilakukan UMKM di Cilegon tersebut sudah sangat tepat. “Jadi sekarang itu kita mulai dari lingkup yang kecil, kalau harus isolasi ya lingkup RT, RW. Kalau (lingkup) besar ya malah repot,” katanya.
Andika sendiri menjelaskan, kunjungan Muhadzir ke Kota Cilegon tersebut secara umum memang terkait dengan evaluasi dan monitoring pelaksanaan PPKM Mikro. Namun demikian, secara khusus sebagai Menko PMK, Muhadjir dalam kunjungannya juga ingin secara spesifik memonitor penanganan stunting, di mana dikhawatirkan angka stunting akan kembali naik atau sulit ditekan di masa pandemi covid 19 ini. (Red)