LEBAK – Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang kembali diperpanjang di Banten menumbuhkan dilema tersendiri bagi masyarakat. Di satu sisi, ini adalah ikhtiar pencegahan penyebaran covid 19, di sisi lain, berdampak pada banyak sektor, termasuk pendidikan.
Motor Literasi, sebuah komunitas yang peduli pada pengembangan literasi di desa berusaha untuk ikut terlibat dalam mengisi kekosongan tersebut.
Pada hari Jumat, 25 Desember, Motor Literasi dan Forum TBM Banten membawa ratusan buku untuk disumbangkan kepada TBM di Sawarna.
“Pemerintah sudah berusaha membuat alternatif dengan pembelajaran daring sehingga tetap ada proses pembelajaran, tetapi harus ditunjang oleh pendidikan nonformal. Mendirikan taman bacaan di desa-desa adalah usaha yang menarik agar siswa tetap dapat berinteraksi langsung dengan ilmu pengetahuan,” ujar Firman Venayaksa, pendiri Motor Literasi yang mensupport pendirian TBM di banyak tempat, termasuk di Sawarna.
“Mendirikan TBM di Sawarna adalah tantangan tersendiri. Kita harus bantu orang-orang seperti Bu Tatu yang terpanggil untuk menginisiasi pendirian taman baca,” lanjut Firman.
Bu Tatu sendiri adalah guru mengaji di daerah Sawarna yang terkenal dengan wisata pantainya. Ia terpanggil untuk membuat TBM sebagai ikhtiar agar anak-anak tetap bisa belajar di era pandemi ini.
Ia memanfaatkan tempat mengaji yang diurusnya selama 15 tahun. Dengan mendirikan TBM, ia berharap anak-anak di desa tersebut bisa memanfaatkan waktu luangnya.
Di tempat yang sama, Ruhandi, Kepala Desa Warungbanten, berharap agar TBM ini bisa dioptimalkan. Ia menuturkan bahwa mendirikan TBM adalah pekerjaan mulia. (You/Red)