Beranda Opini Pentingkah Penggunaan Gawai Pada Anak Dibawah Umur untuk Pendidikan

Pentingkah Penggunaan Gawai Pada Anak Dibawah Umur untuk Pendidikan

Ilustrasi - foto istimewa liputan6.com

Oleh: Muhammad Ilham Alfajri, Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Untirta

Kemajuan teknologi semakin bertumbuh secara maju dan pesat. Dengan maju dan pesatnya teknologi membuat setiap orang dapat mudah menjangkau sesuatu apa yang kita inginkan. Jadi tidak heran dalam dunia ini yang menggunakan teknologi sungguh banyak mulai dari kalangan orang tua, remaja maupun anak-anak dibawah umur. Anak dibawah umur berarti seorang lelaki atau perempuan yang belum mengalami masa pubertas atau sekitar usia (0-12tahun).

Gawai merupakan teknologi yang terus menerus akan semakin canggih, dari yang hanya fungsinya menerima telpon dan sms saja kini berkembang canggih menjadi hanya satu aplikasi saja semua bisa dilakukan. Berdasarkan data dan informasi dari we are social (pada Jan 2019), jika dilihat bahwa penggunaan gawai (ponsel pintar dan tablet ) lebih tinggi dari jumlah penduduk di Indonesia. Jumlah penduduk di Indonesia 268,2 juta sedangkan penggunaan gawai mencapai 355,5 juta orang. Artinya peredaran gawai di Indonesia lebih banyak dari jumlah penduduk Indonesia. Bisa terjadi jika satu orang memiliki 2 gawai atau lebih.

Dalam Penggunann gawai pada zaman ini, yang kita lihat dalam masyarakat anak-anak dibawah umur sudah mengerti dan memahami dalam penggunaanya bahkan sudah tidak gagal iptek (gaptek). Biasanya dalam penggunan gawai pada anak-anak dimulai pada usia 3 tahun. Padahal dalam umur segitu. Si anak memiliki pemikiran yang belum bisa menentukan apa yang dianggap benar atau salah maka dari itu gawai bisa digunakan secara positif atau negatif tergantung dari si anak. Untuk itu, harus ada pengawasan dari orang tua atau kerabat dekatnya. Orang tua merupakan indikator utama untuk membimbing anak-anaknya. Bimbingan dan arahan yang diberikan orang tua pada si anak sangat diperlukan, berupa penjelasan terhadap apa yang menjadi penting atau tidaknya. Sehingga si anak dapat memahami dari penggunan gawai yang baik dan benar.

Dunia pendidikan memang terlihat sangat penting untuk mencerdaskan anak-anak bangsa. Didalam Pendidikan memberikan suatu pembelajaran yang dapat mengunggah karakter bangsa. Karakter bangsa yang cerdas akan mendorong kemajuan dalam negara kita ini. Untuk itu pendidikan menjadi tolak ukur untuk memajukan bangsa dan negara kita.
Pembelajaran memberikan suatu media. Media yang diberikan, berupa pengajaran lewat aplikasi-aplikasi yang ada digawai-Nya. Banyak sekali didalamnya ada aplikasi-aplikasi penunjanng yang lamban laun semakin berkembang untuk meningkatkn kreativitas si anak. Tetapi pembelajaran pada gawai ini memiliki hal yang bisa dibilang positif ataupun negatif.

Jika disisi positif, pengguna gawai bisa menggunakan yang sesuai dengan tujuannya. Adapun disisi negatifnya, mungkin untuk sisi negatifnya banyak sekali diantaranya ada anak yang ingin mengetahui untuk melihat hal lain selain pembelajaran. Selain itu dengan penggunaan gawai pada anak di bawah umur dapat merusak penglihatan terhadap si anak dan menjadi kencaduaan dalam penggunaan gawainya.

Menurut Soerjono Soekanto, mengemukakan Interaksi sosial harus adanya kontak sosial dan komunikasi . Jika dikaitkan dengan prespektif sosiologi tersebut, maka penggunaan gawai terhadap anak dibawah umur khususnya di umur sekitar 5-16 tahun secara terus menerus akan mengakibatkan kecanduaan terhadap gawai-nya sehingga interaksi sosial di dalam masyarakat tidak ada, karena si anak tidak adanya kontak sosial dan komunikasi secara langsung didalam masyarakat. Dan si anak juga lebih cenderung bersifat pasif terhadap lingkungan masyarakatnya. Anak-anak lebih diam dirumah dengan bermain gawai saja sudah merasa cukup tidak harus keluar rumah. Berbeda dengan generasi 90-an ketika belum mengenal gawai, anak-anak masih kental bermain bersama dilapangan sehingga adanya berinteraksi sosial dan timbul kontak sosial dan komunikasi secara langsung di masyarakat untuk mencari solusi setiap permasalahan sosial.

Dalam prespektif sosiolog yang lain, untuk menganalisis permasalahan sosial seperti masalah sosial pendidikan ini melihat dari Stuktural Fungsional, Konflik, dan Interaksi Simbolik. Adapun dalam kasus petingkah pengunaan gawai pada anak usia dibawah umur untuk pendidikan, Struktural Fungsional nya sendiri masih ada fungsi yang tidak sesuai fungsinya seperti ketika si anak di berikan untuk penggunaan gawai, maka sianak lebih cenderung disalahgunakan penggunaan gawai ini, bukan digunakan untuk dalam media pembelajaran tetapi melainkan untuk hal lainnya seperti melihat konten atau informasi yang bersifat negatif dan tidak produktif.

Konflik, adanya pertentangan antara pihak yang memberi dan penggunannya. Seperti sianak tidak mau ada pembatasan dalam penggunaan gawai, jika sianak tidak di beri maka si anak akan maka akan menangis dan timbulah konflik. Dan jika sianak ini kecenderungan dalam menggunakan gawai yang berlebihan maka dapat menimbulkan tidak adanya interaksi timbal balik ketika dalam pembelajaran dan lingkungan masyarakat. Interaksi Simbolik, jadi penggunaan gawai ini untuk pendidikan diharapkan kepada orang tua, guru dan fasilitator lainnya mampu membimbing dan mendidik anak-anak atau peserta didiknya dalam penggunan gawai ini dengan baik dan benar.

Mungkin dalam hal tersebut cara orang tua mendidik anaknya dalam penggunaan gawai, dengan mengatur dan membimbing pemakaian gawai pada sianak. Dalam mengantur penggunaan nya seperti orang tua memberitahu waktu kapan sianak boleh bermain gawai dan kapan ia tidak boleh menyentuh gawai tersebut. Saat sedang makan atau berkumpul bersama keluarga adalah waktu yang tepat tidak memberikan gawai pada anak, ia dapat mengahabiskan waktu sepenuhnya bersama keluarga. Ketika si anak merengek atau menangis tidak di berikan gawai, maka cara orang tua menghalihkan perhatiannya dengan mengajaknya bermain bersama. Temani sianak bermain agar tidak merasa bosan. Ciptakan permainan yang menarik dan seru seperti bermain puzzle. Dan dalam membimbing nya, bisa saja untuk orang tua atau guru melakukan salah satu cara dengan memberikan pehamaham tentang penggunaan gawai dengan baik dan benar agar sianak bisa bijak dalam menggunakan gawai-nya.

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News