Beranda Opini Cetak Biru pada Pendidikan Nasional, Bagaimana Pandangan Sosiologi dan Sosiologi Pendidikannya?

Cetak Biru pada Pendidikan Nasional, Bagaimana Pandangan Sosiologi dan Sosiologi Pendidikannya?

Ilustrasi - foto istimewa Republika.co.id

Oleh: Haliza Meizahro Awwaly.S, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Pembelajaran pendidikan merupakan suatu interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar yang dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Melalui pendidikan juga merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas manusia. Namun masih banyak sekali urgensi yang dihadapi mengenai dunia pendidikan saat ini. Khususnya mengenai selalu berubahnya sistem pembelajaran bagi peserta didik. Untuk itu maka pendidikan ini sangatlah penting bagi setiap lapisan masyarakat.

Menurut Firman Anwar, pendidikan diciptakan untuk memberikan keterampilan hidup tertentu bagi siswa yang disesuaikan dengan potensi daerah dan pikiran hidup yang terkait dengan bidang studi tertentu dimana programnya bersifat intra dan ekstrakulikuler sehingga mereka diberi keleluasaan untuk memilih sesuai dengan bakat yang dimilikinya.
Tugas pendidkan sebetulnya bukan hanya proses pemindahan mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga dimaksudkan untuk mentransfer mengenai nilai-nilai.

Namun kebijakan pendidikan nasional saat ini memiliki banyak problematika yang tidak kunjung usai, seperti kebijakan kurikulum yang selalu berubah sesuai dengan kebijakan mentri yang menaunginya. Sehingga tidak terdapat patokan khusus bagaimana pendidikan yang baik dan cocok bagi masyarakat Indonesia. Tujuan pendidikan yang dijabarkan oleh UUSPN dirasa terlalu bersifat umum dan tidak terarah sehingga tujuan pendidikan ini tidak dapat dijabarkan oleh peraturan perundang-undangan dibawahnya.

Dan juga sistem pendidikan saat ini dirasa tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga masyarakat selalu kebingungan dengan bagaimana sebenarnya sistem pendidikan yang seharusnya dijalankan dan tidak berpatok pada kebijakan mentri yang menaunginya, dan lagi untuk menghindari anekdot ganti mentri ganti pendidikannya.

Karena dalam sudut pandang sosiologinya, perubahan kebijakan yang cepat dapat memberikan efek yang tidak sesuai harapan. Menurut Emile Durkheim perubahan yang cepat dapat menjadikan nilai dan norma tidak berjalan. Sebagaimana perubahan kebijakan ini, dikhawatirkan akan terjadi ketidak sesuaian antar peran dilapisan masyarakat.
Salah satu kebijakan baru di kementrian saat ini yang sebagai solusi adalah mengenai urgensi pembentukan cetak biru pendidikan nasional.

Disebutkan oleh Ahmad pada media online Kompas.com “dengan cetak biru setidaknya ada roadmap dan arah yang jelas merupakan turunan konstitusi, tetapi jika cetak biru hanya berbentutk Peraturan Mendikbud, bisa jadi tidak digubris Pemprov/Pemkab/Kota, RPJMN yang Perpes saja sering dibatalkan”. Karena cetak biru harus mmpertibangkan sampai pada 50-100 tahun kedepan. Kebijakan pendidikan ini harus segera dibenahi dengan falsafah pendidikan melalui strategi dengan kesepakatan bersama antara pemerintah dan pemangku kepentingan yang akan dituangkan dalam cetak biru pendidikan nasional. Dilanjutakn oleh Ahmad “ cetak biru ini sudah termasuk didalamnya keterkaitan dengan sektor-sektor pembangunan, perencanaan tenaga kerja nasional, tahapan perkembangan IPTEK dalam menjamin keunggulan bangsa dan berkelanjutan.

Cetak biru pendidikan harus jelas menggambarkan mengenai bagaimana pendidikan dapat menyatukan masyarakat melalui kesetaraan dalam pendidikan dan bagaimana pendidikan dapat komperhensif dan holistic yang dapat menjadi wahana terbangunnya semua kecerdasan mulai dari sosial, religi, intelektual, ataupun dalam menghadapi masalah. Melalui cetak biru ini, maka akan memudahkan penyelenggara pendidikan untuk mengimplementasikan sistem pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dan perubahan sosial yang cenderung positif akan terjadi, sesuai dengan teori evolusi Darwin yang mengungkapkan perubahan sosial akan terjadi secara lambat untuk waktu yang lama didalam sistem masyarakat, menurut teori ini, perubahan sosial terjadi karena perubahan pada cara pengorganisasian masyarakat, sistem kerja, pola pemikiran, dan perkembangan sesuai. Sebagaimana cetak biru ini jika berhasil dilakukan maka akan terjadi perubahan sosial secara evolusi karena buah hasil dari pendidikan akan terasa diwaktu yang mendatang dan tidak dengan secara instan.

Melalui perubahan maka akan terjadi sistem pendidikan yang lebih baik dan akan menghasilkan peserta didik dan juga pendidik yang bermutu sesuai dengan apayang dituhkan lapangan atau masyarakat.

Dan lagi bila cetak biru sudah dapat terealisasikan maka fungsi sekolah menurut Nasution(2011:14) akan terlaksa dengan baik. Yaitu membantu seseorang untuk mendapatkan pekerjaan sesuai bisangnya, karena dalam cetak biru akan difiksasikan mengenai apa saja bidang keilmuan yang dibutuhkan oleh peserta didik, yaitu melalui keterampilan dasarnya. Dan juga sekolah sebagai alat untuk mentranmisi kebudayaan, sekolah juga yang mengajarkan mengenai peranan sosial, sebagaimana yang tadi jelaskan bahwa cetak biru ini dapat menyatukan masyarakat sesuai dengan perannya. Dan juga sekolah dapat membentuk tenaga pembangun dan juga memiliki kesempatan untuk memperbaiki nasib dan menciptakan integrasi sosial. dan tempat untuk menitipkan anak, dan sebagai tempat mendapatkan jodoh sebagai bonusnya jika ditingkat perguruan tinggi.

Daftar Pustaka
Ariana, Sunda.2017.Manajemen Pendidikan:Peran Pendidikan Dalam Menanamkan Budaya Inovatif dan Komperatif. Edisi I. Yogyakarta:ANDI

(***)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News