Beranda Pendidikan Gelar Rembuk Literasi, Dewan Perpustakaan Banten Hadirkan Pembicara dari Malaysia

Gelar Rembuk Literasi, Dewan Perpustakaan Banten Hadirkan Pembicara dari Malaysia

Suasana rembuk literasi yang digelar Dewan Perpustakaan Banten di Kabupaten Lebak. (foto : ist)

 

LEBAK – Rembuk Literasi yang digelar Dewan Perpustakaan (DP) Provinsi Banten di Kampung Literasi TBM Kedai Proses di Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Selasa – Rabu (30/4-1/1), tidak hanya menghadirkan pembicara lokal dan nasional, namun juga pembicara dari Malaysia.

Untuk diketahui, untuk memantik Rembuk Literasi, DP menghadirkan empat pembicara yakni, Ketua DP Banten DC Aryadi, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (DKP) Lebak Asep Komar Hidayat, Akademisi UIN Rraden Intan Lampung DR Arman dan pegiat literasi dari negeri  Malaysia, Sarina Aziz.

Kehadiran Sarina dalam acara tersebut tidak terjadi begitu saja. Sebagai aktivis literasi, perempuan yang biasa dipanggil Kak Ina tersebut sudah mengamati perkembangan gerakan literasi di Indonesia.

“Sebagai negara serumpun, saya mengamati dan terlibat langsung dengan gerakan literasi yang dilakukan di Malaysia dan Indonesia,” kata Sarina.

Menurut Ina, terdapat kelebihan dan kekurangan dari kedua negara tersebut. Namun kondisi tersebut menjadi aksi bersama untuk saling belajar. “Sebenarnya kalian lebih beruntung karena masyarakatnya lebih welcome sehingga gerakan literasi tidak hanya dilakukan di ruang-ruang kelas,” paparnya.

Di tempat yang sama, Ketua DP Provinsi Banten DC Aryadi mengatakan, Rembuk Literasi tersebut upaya bersama untuk saling menguatkan dan mencari solusi terkait persoalan kerja-kerja literasi yang sudah dilakukan di tempatnya masing-masing.

“Selain salah satu program kerja tahun 2018 – 2019, tujuan acara ini untuk menggali persoalan literasi dari berbagai latar belakang yang kemudian dilanjutkan dengan membuat rencana aksi literasi,” kata DC.

Dikatakan DC, acara yang baru digelar pertamakalinya itu mengundang 100 peserta yang berasal dari berbagai kalangan, mahasiswa, guru, pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM), pustakawan, aparat pemerintah dan lain-lain.

“Ini baru pertama kali dilaksanakan sehingga diharapkan menjadi gerakan bersama bahwa literasi bukan hanya persoalan baca tulis saja, namun lebih luas dari itu,” ujarnya. (ink/red)

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News