Beranda Gaya Hidup Orang Cerdas Ternyata Mudah Terkena Gangguan Fisik dan Mental

Orang Cerdas Ternyata Mudah Terkena Gangguan Fisik dan Mental

Ilustrasi - foto istimewa rimma.co
Follow WhatsApp Channel BantenNews.co.id untuk Berita Terkini

Sejak masih sekolah, kita selalu menilai bahwa orang pintar itu hidupnya enak. Tetapi orang dengan tingkat intelektual tinggi juga dikaitkan dengan gejala gangguan mental dan imunologis, seperti depresi, bipolar, kecemasan berlebihan, ADHD serta gangguan fisik seperti asma dan gangguan imunitas.

Fenomena ini sudah dilakukan penelitian dan dipublikasikan di Science Direct. Para peneliti melakukan pengambilan data dengan mengirim email ke American Mensa Society. Mensa adalah organisasi yang berisikan orang-orang berintelektual tinggi, dengan IQ di atas 132.

1. Orang dengan intelektual tinggi kondisi mood-nya mudah berubah dan gampang sekali alergi

Para peneliti membandingkan data dari 3.715 responden dari Mensa dengan data dari survei nasional untuk melihat prevalensi dari beberapa gangguan para mereka yang memiliki intelektual tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya.

Hasilnya menunjukan orang dengan intelektual tinggi lebih mudah didiagnosa terkena gangguan spektrum autisme (ASD) sebanyak 20 persen, 80 persen lainnya didiagnosa mengidap ADHD, 83 persen mengidap kecemasan berlebihan dan 182 persen memiliki gangguan mood.

Survei ini mencangkup gangguan mood, kecemasan, gangguan hiperaktif-perhatian dan autisme. Hal ini juga termasuk gangguan alergi lingkungan tertentu, asma dan gangguan autoimun. Responden diminta melakukan melaporkan apakah pernah diperiksakan secara profesional dengan setiap gangguan atau indikasi gangguan tersebut.

Ketika ke penyakit fisiologis, orang dengan kemampuan kognitif mencapai 213 persen lebih berisiko terkena alergi lingkungan, sebesar 108 persen berisiko terkena asma dan 84 persen mengidap penyakit autoimun.

2. Orang intelek cenderung untuk “intelektual berlebihan” dan hiperreaktif pada sistem saraf pusat

Berikutnya penelitian dialihkan ke bagian psychoneuroimmunology (PNI). PNI meneliti bagaimana stress kronis menumpuk sebagai respon terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi komunikasi antara otak dan sistem imunitas.

Hasil penelitian menunjukan, orang yang sangat cerdas memiliki kecenderungan untuk “intellectual overexcitabilites” dan hiper reaktif pada sistem saraf pusatnya. Di satu sisi, membuat orang dengan kecerdasan tinggi meningkatkan kesadaran yang dapat membantu pekerjaan kreatif dan artistik mereka. Faktanya, kemampuan kognitif menjadi salah satu aspek dari untuk menjadikan mereka memiliki kapasitas yang lebih luas dan mendalam untuk memahami lingkungan mereka.

Baca Juga :  Dalam Sehari Ternyata Setiap Orang Habiskan Waktu 52 Menit Cuma untuk Gosip

Untuk memperjelas temuan mereka, Karpinski selaku anggota penelitian mengusulkan teori hiper otak/ hiper tubuh. Teori ini menyatakan, semua kenikmatan menjadi orang cerdas dikaitkan dengan “kelebihan gairah secara psikologis dan fisiologis, atau OE.

Konsep OE pertama kali dicetus oleh Kazimierz Dabrowski pada 1960-an. OE adalah reaksi intens yang luar biasa terhadap ancaman atau penghinaan lingkungan. Hal ini bisa mencangkup apa saja dari suara yang mengagetkan dan konfrontasi dengan orang lain.

Secara psikologis, OE mencangkup kecenderungan tinggi untuk merenung dan khawatir, sedangkan OE fisiologis muncul dari respon tubuh terhadap stres. Berdasarkan teori hiper otak/ hiper tubuh, kedua jensi OE ini banyak ditemui pada orang-orang cerdas dan berinteraksi satu sama lain dalam lingkaran setan yang menyebabkan disfungsi psikologis dan fisiologis.

Contohnya saja adalah orang cerdas dapat menanggapi komentar orang lain secara berlebihan, orang biasa jarang membayangkan hasil negatif terhadap kometar orang lain.

Untuk hiper-reaktivitas juga dapat menyebabkan depresi yang mendalam dan kesehatan mental yang buruk. Hal ini benar terjadi kepada penyair, novelis dan orang dengan kecerdasan verbal tinggi.

Respon emosional mereka yang intens terhadap lingkungan meningkatkan tendensi untuk khawatir dan cemas, yang keduanya menunjukan gangguan depresi dan gangguan kecemasan.

3. Logika sederhana dari penelitian ini adalah orang cerdas sibuk belajar sehingga gak ada waktu untuk olahraga

Hasil penelitian harus ditafsirkan dengan hati-hati karena mereka korelasional. Walau menunjukan gangguan lebih umum pada sampel orang IQ tinggi daripada masyarakat awan menunjukan nggak ada hubungan antara kecerdasan dengan gangguan tersebut.

Orang-orang yang bergabung ke Mensa tidak semerta-merta dilihat dari tes IQ semata. Sebagai contoh, orang yang seharian belajar akan mudah memiliki gangguan psikis dan fisik daripada orang yang rajin olahraga dan melakukan interaksi sosial.

Baca Juga :  Tips Cegah Kegemukan Meski Tetap Banyak Makan

Walau begitu, penemuan yang dilakukan Karpinski dan anggotanya mengatur tempat untuk penelitian dan menjanjikan pencerahan antara hubungan kecerdasan dan kesehatan. Kemungkinanya adalah bahwa hubungan kecerdasan dengan kesehatan mencerminkan pleiotropi, yang terjadi ketika gen mempengaruhi sifat yang tampak nggak ada hubungannya.

Sebuah studi tahun 2015 oleh Rosalind Arden dan kelompoknya menyimpulkan bahwa hubungan IQ dengan umur panjang dapat dijelaskan sebagian besar dari faktor genetik.

4. Tujuan sederhana dari penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kesejaterahan antara fisik dan psikologi

Gampangnya dari penelitian ini adalah dapat memberi wawasan bagaimana meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologi orang. Jika eksitasi berlebihan menjadikan mekanisme yang mendasari hubungan IQ dengan kesehatan, maka intervensi yang bertujuan untuk mengekang respon yang terkadang maladaptif dapat membantu orang menjadi lebih sehat dan bagagia.

Para penelti menyimpulkan bahwa penting untuk mempelajari lanjut tentang hubungan IQ dengan kesehatan, terutama untuk menunjukan sebab-akibat dan lebih lanjut menyoroti tentang dampak negatif memiliki IQ tinggi.

Nah, buat kamu yang suka banget belajar, tentu itu baik. Tapi alangkah lebih baik lagi kalau kamu sedikit refreshing juga agar gak gampang stres dan sakit. (Red)

Sumber : IDN Times

Temukan Berita BantenNews.co.id di Google News